Sukses

Mengenal Yi He, Pembawa Acara TV yang Kini Jadi Pemimpin Binance Labs Senilai Rp 110 Triliun

Yi He akan menjadi pemimpin baru unit usaha modal ventura Binance Labs, menggantikan Bill Chin yang mengundurkan diri pada awal 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Binance mengumumkan salah satu pendirinya, Yi He, akan menjadi pemimpin baru unit usaha modal ventura perusahaan, Binance Labs, menggantikan Bill Chin yang mengundurkan diri pada awal 2022.

Yi, yang bergabung dengan Binance tepat sebelum diluncurkan pada tahun 2017, akan mengawasi strategi global dan operasi sehari-hari Binance Labs dengan fokus khusus pada mendukung proyek infrastruktur dan meningkatkan utilitas dalam proyek kripto dan blockchain.

Sebelumnya dia adalah pendiri OKCoin dan pembawa acara TV untuk China Travel TV Channel.

Mengutip laman Bloomberg, Selasa (16/8/2022), saat ini Binance Labs mengelola total aset sebesar US$ 7,5 miliar atau lebih dari Rp 110 triliun.

Pencapaian tersebut menjadikannya salah satu pemain modal ventura terbesar dalam industri kripto, yang menyaingi perusahaan raksasa dengan fokus pada aset digital seperti firma investasi Silicon Valley Andreessen Horowitz, yang sejauh ini bernilai US$ 7,6 miliar atau sekitar Rp 112 triliun.

Sejak didirikan pada 2018, Binance Labs mengatakan telah membuat imbal hasil 2.100 persen. Perombakan kepemimpinan menunjukkan prioritas Binance terhadap investasi ventura selama penurunan pasar saat ini.

“Setelah melalui dua bear market, saya mengerti bahwa ini adalah waktu terbaik untuk berinvestasi dengan lebih agresif,” ujar Yi dalam sebuah wawancara.

Dia berencana untuk mempekerjakan lebih banyak staf untuk Binance Labs, sekitar dua kali lipat menjadi sebanyak 40 orang. Dia mengaku akan berfokus pada berbagai proyek yang akan membuka jalan bagi adopsi kripto dan blockchain.

Pesaing utama Binance, FTX, aktif menyelamatkan berbagai proyek kripto yang bermasalah. Disinggung soal pendekatan Binance, He menuturkan "Gaya kami bijaksana dan stabil. Kami melihat aset secara global, tetapi kami perlu tahu apa yang layak dibeli.”

Dia mengatakan bahwa sejumlah proyek bukan hanya tidak menguntungkan tetapi juga memiliki “lubang tanpa dasar” dalam hal utang karena kegagalan dalam manajemen risiko, dan Binance tidak menyediakan utang tanpa agunan.

“Kami tidak bisa membeli sesuatu karena hanya ingin membelinya. Kami tidak perlu memompa valuasi kami atau membuat cerita. Kami butuh hasil,” katanya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Pelopor Blockchain

Yi, yang saat ini menjabat Chief Marketing Officer Binance, mendirikan perusahaan bersama Chief Executive Officer, Changpeng "CZ" Zhao, setelah meninggalkan bursa kripto Tiongkok OKCoin.

Sebagai seorang mantan pembawa acara TV yang mengubah dirinya sebagai pengusaha kripto, dia adalah salah satu pelopor dalam komunitas blockchain Tiongkok dan telah secara aktif terlibat dengan unit modal ventura bursa tersebut sejak awal berdiri.

Binance Labs baru-baru ini memperoleh dana US$ 500 juta yang didukung oleh investor termasuk DST Global Partners dan Breyer Capital.

Unit ini telah berinvestasi di lebih dari 200 proyek mulai dari game dan platform keuangan terdesentralisasi hingga infrastruktur kripto, termasuk Sandbox dan STEPN, serta startup blockchain Aptos Inc.

"Ini saat yang tepat bagi Yi untuk mengambil peran lebih besar di Labs karena bear market menghadirkan peluang tak tertandingi untuk mengidentifikasi berbagai proyek dengan keuletan untuk berkembang dalam kondisi pasar yang sulit," ujar CEO Zhao dalam sebuah pernyataan.

Dua dari investasi Binance yang paling signifikan diselimuti oleh ketidakpastian. Bursa tersebut sebelumnya mengumumkan komitmen US$ 500 juta untuk rencana pengambilalihan Twitter Inc. oleh Elon Musk, tetapi kesepakatan tersebut mengalami sengketa hukum karena Musk berusaha untuk membatalkan tawarannya senilai US$ 44 miliar.

Binance juga setuju untuk menginvestasikan US$ 200 juta di Forbes, tetapi rencana penerbit berita terkait untuk go public melalui perusahaan cek kosong gagal.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 5 halaman

Pengguna Pertukaran Kripto Binance Melonjak di Tengah Inflasi

Salah satu pertukaran cryptocurrency terbesar di dunia, Binance melihat lonjakan klien karena meningkatnya inflasi dan dolar yang kuat secara historis yang telah menekan mata uang pasar berkembang.

Hal itu diungkapkan oleh seorang eksekutif Binance, Maximiliano Hinz kepada Reuters pada Rabu, 10 Agustus 2022 tanpa mengungkapkan angka. 

 

"Sekarang kami melihat inflasi meningkat di seluruh dunia, kami melihat semakin banyak orang mencari cryptocurrency, seperti bitcoin, sebagai cara untuk melindungi diri mereka dari inflasi,” kata Hinz, dikutip dari Channel News Asia, Senin (15/8/2022). 

Hinz menunjuk contoh Argentina, di mana inflasi tahunan mencapai 90 persen. Negara itu telah tumbuh menjadi salah satu pasar utama perusahaan, katanya, bersama dengan Brasil dan Meksiko.

Argentina melihat warga menuangkan tabungan ke dalam bitcoin tahun ini meskipun ada jatuhnya harga kripto.

Sementara El Salvador telah menjadi berita utama untuk mengadopsi bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, Hinz mengatakan negara-negara Amerika Latin lainnya belum meloloskan undang-undang cryptocurrency yang berarti, meskipun ia tidak selalu menganggap itu sebagai hal yang buruk bagi perusahaan.

"Regulasi adalah kerangka kerja, tetapi tidak selalu negatif ada sesuatu yang tidak diatur. Jika sesuatu tidak dilarang, maka itu legal,” ujar Hinz.

Di bawah Presiden Nayib Bukele, El Salvador telah membuat taruhan besar pada bitcoin, menjadikannya alat pembayaran yang sah dan membeli cryptocurrency senilai lebih dari USD 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun, yang telah kehilangan sekitar 50 persen nilainya di tengah aksi jual cryptocurrency yang lebih luas tahun ini.

DisclaimerSetiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

4 dari 5 halaman

Mantan Pejabat AS: Kripto Lebih Mirip Saham Internet Ketimbang Mata Uang

Sebelumnya, mantan Pejabat Pengawas Mata Uang AS selama Pemerintahan Trump, Brian Brooks mengungkapkan pandangannya tentang cryptocurrency. Ia menilai, kripto harus dilihat lebih seperti saham internet daripada mata uang. 

Kesalahpahaman terbesar seputar cryptocurrency adalah jika mereka tidak melakukan pekerjaan yang baik untuk menggantikan dolar AS,kripto gagal dalam misinya,” kata Brooks, dikutip dari CNBC, Senin, 8 Agustus 2022.

Sekarang Brooks adalah CEO penambangan bitcoin dan perusahaan teknologi kripto Bitfury Group. 

“Sebagian besar kripto adalah tentang mengganti sistem perbankan terpusat dengan jaringan yang memungkinkan kontrol pengguna versus kontrol bank. Namun, aset kripto yang memiliki harga lebih seperti saham internet,” ujar Brooks. 

Brooks memaparkan, investasi kripto lebih seperti bertaruh di saham Google. Eethereum atau Ripple atau apa pun yang mencoba menggantikan dolar AS, itu sama saja mencoba mengganti sistem transmisi nilai.

Seperti diketahui, seluruh pasar kripto telah merosot pada 2022, yang menyebabkan kekhawatiran akan “musim dingin kripto” lainnya. 

Beberapa perusahaan kripto dan teknologi dengan cepat membalikkan rencana perekrutan, sementara banyak, termasuk pertukaran terkemuka Coinbase, telah memberhentikan pekerja di tengah penurunan harga dan perdagangan kripto.

Hal Ini juga membuat banyak orang di industri memperkirakan akan ada ribuan token digital berpotensi runtuh, kekhawatiran yang hanya tumbuh setelah keruntuhan baru-baru ini dari apa yang disebut terra USD algoritmik stablecoin dan token digital Luna. 

5 dari 5 halaman

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.