Sukses

Teknologi Pengenalan Wajah Kelak Bisa Deteksi Suasana Hati

Kepolisian Inggris tertarik untuk menguji sistem pengenalan wajah yang ternyata memiliki kemampuan untuk mendeteksi suasana hati orang dengan memindai wajah mereka.

Liputan6.com, Jakarta - Tak bisa dimungkiri kalau ekspresi wajah mengekspresikan emosi kita. Misalnya, kita biasanya tersenyum saat bahagia, mengernyit saat marah, mengerutkan alis saat bingung atau saat marah.

Namun, terkadang kita membuat ekspresi yang mungkin tidak terlalu kentara sehingga orang yang ada di sekitar sulit untuk mendeteksi emosi kita.

Berkaitan dengan hal tersebut kepolisian Inggris tertarik untuk menguji sistem pengenalan wajah yang ternyata memiliki kemampuan untuk mendeteksi suasana hati orang dengan memindai wajah mereka. Demikian seperti dikutip dari Ubergizmo, Senin (24/8/2020).

Belum jelas bagaimana sistem pengenalan wajah ini akan bekerja, tetapi perlu dicatat bahwa ada beberapa yang mengklaim bahwa teknologi tersebut benar-benar berfungsi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kontroversial

Kembali pada tahun 2019, lembaga penelitian AI Now telah meminta regulator untuk melarang teknologi tersebut karena tampaknya dibangun di atas "fondasi yang sangat goyah".

Berbicara kepada BBC saat itu, salah satu pendiri AI Now, Prof Kate Crawford berkata, "Pada saat yang sama dengan teknologi ini diluncurkan, sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti substansial orang-orang memiliki hubungan yang konsisten antara emosi yang rasakan dan penampilan wajah."

Ada beberapa kasus di mana teknologi ini menyebabkan polisi salah menangkap penjahat. Sejumlah kota di Amerika Serikat (AS) juga melarang penggunaan teknologi pengenalan wajah di ruang publik.

Baru-baru ini, Departemen Kepolisian Kota New York (NYPD) mengumumkan bahwa mereka akan menguji ulang penggunaannya. 

 

3 dari 4 halaman

Pakai Teknologi Pengenalan Wajah, Polisi Salah Tangkap Penjahat

Beberapa negara, salah satunya China, menerapkan teknologi pengenalan wajah untuk membantu aparat kepolisian memburu seorang tersangka di tengah kerumunan. Namun sayangnya, pengenalan wajah tidak selalu bisa diandalkan.

Sejumlah laporan dan penelitian bahkan menunjukkan teknologi pengenalan wajah jauh dari akurat dan cenderung bias. Salah satunya seperti kasus terbaru di Detroit, Michigan, Amerika Serikat. Demikian seperti dikutip dari laman Ubergizmo, Minggu (12/7/2020).

Menurut informasi dari Detroit Free Press, polisi salah menangkap seorang pria yang mereka pikir sebagai tersangka dalam kasus pencurian, di mana tersangka tertangkap kamera sedang membobol mobil dan mencuri ponsel yang ada di dalamnya.

Ketika teknologi pengenalan wajah digunakan untuk menganalisis video, polisi tertuju ke seorang bernama Michael Oliver yang juga diidentifikasi dalam jajaran foto yang diperoleh korban.

Namun, Oliver protes kalau itu bukan dirinya. Ia pun langsung membuktikannya, seperti bagaimana Oliver memiliki tato di lengannya, sementara orang dalam video itu tidak. Kasus ini kemudian diberhentikan oleh seorang hakim.

 

4 dari 4 halaman

Perlu Pengembangan Lebih Lanjut

Meskipun ada potensi di balik pengenalan wajah, namun banyak kasus menunjukkan kalau teknologi ini masih perlu pengembangan lebih lanjut.

Ada beberapa kota di AS yang melarang penggunaan teknologi pengenalan wajah, seperti di Boston dan juga San Francisco.

(Isk/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini