Sukses

Dicekal FBI dan CIA, Pihak Huawei Tetap Ekspansi di AS

Huawei tetap semangat melakukan ekspansi di pasar teknologi Amerika Serikat (AS) meskipun produk mereka dicekal badan intelijen karena dituding tidak aman.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menyuarakan kekhawatiran mereka pada perangkat Huawei. Perusahaan perangkat asal Tiongkok tersebut ditenggarai berpotensi memata-matai warga lewat produk mereka.

Alhasil, sejak 2012 sejumlah perusahaan AS dilarang membeli perangkat dari Huawei yang dianggap mengancam keamanan nasional.

Namun, hal itu tidak mematahkan semangat Huawei untuk melakukan ekspansi ke pasar AS.

Dilansir dari CNET, Minggu (1/4/2018), Richard Yu selaku CEO dari Consumer Business Group Huawei tegas mengatakan bahwa kecurigaan pemerintah AS tidaklah memiliki dasar.

"Kami memiliki komitmen pada pasar AS dan berupaya meraih kepercayaan konsumen AS dengan terus fokus pada produk dan inovasi berkelas dunia. Kami tidak akan tawar-menawar dalam hal kepercayaan itu," tulis Yu seperti yang dikutip.

Sekarang, produk-produk Huawei seperti P20 Pro terancam tidak bisa menjamah pasar AS karena pencekalan tersebut.

Perusahaan telekomunikasi AS seperti AT&T dan Verizon pun membatalkan penjualan produk-produk Huawei karena himbauan dari pemerintah AS.

Selain Huawei, produk ZTE juga mengalami nasib yang sama. Belakangan, Kanada pun ikut disarankan AS untuk waspada terhadap produk Huawei, tapi pihak Kanada tidak melakukan pencekalan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Alasan FBI dan CIA Menolak Huawei

Ada total enam badan intelijen AS yang mengimbau kewaspadaan dalam memakai produk Huawei dan ZTE karena masalah perlindungan informasi. 

Hal itu disampaikan di hadapan Senate Intelligence Committee (Komite Intelijen Senat).

Direktur FBI dan CIA juga menyampaikan pendapat mereka yang memberikan rekomendasi pada rakyat AS agar tidak memakai produk-produk yang dicurigai, seperti yang dilansir dari CNBC.

Hal itu ditenggarai adanya kecurigaan potensi memodifikasi atau mencuri informasi untuk kepentingan jahat, serta dalam melaksanakan spionase.

3 dari 3 halaman

Huawei Menolak Tudingan Itu

Kepada CNET, Richard Yu menolak tudingan dari pihak AS, dan mengungkapkan mereka bekerja dengan 46 dari 50 operator global.

Sebelumnya, Huawei melalui juru bicaranya memastikan kepada konsumen, perusahaan tidak memilliki niat untuk mengancam dan berpotensi melakukan serangan terhadap keamanan siber.

Perusahaan yang didirikan di Kota Shenzhen ini juga menganggap pemerintah AS semata berusaha menghambat bisnis mereka.

"Huawei sadar lingkup aktivitas-aktivitas pemerintahan AS yang sepertinya bertujuan menghambat bisnis Huawei di pasar AS," kata seorang juru bicara dalam pernyataannya.

Selain itu, Huawei juga menunjukkan bahwa perusahaan mereka dipercaya oleh 170 negara di dunia.

"Huawei dipercaya oleh pemerintah dan pelanggan di 170 negara di seluruh dunia dan tidak memberikan risiko keamanan siber yang lebih besar dari vendor ICT mana pun," ia melanjutkan.

(Tom/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.