Sukses

Tidak Ada Isu Agama di Pokemon Go

Sorotan terhadap Pokemon Go yang dikaitkan dengan agama dinilai tidak relevan dan berlebihan.

Liputan6.com, Jakarta - Sorotan terhadap Pokemon Go yang dikaitkan dengan agama dinilai tidak relevan dan berlebihan.

Menurut Budi Rahardjo, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, kegaduhan atas fenomena Pokemon Go cukup melenceng, jika dikaitkan dengan isu agama.

"Pokemon Go dikembangkan orang yang anti-Islam? Wah, ini sudah kejauhan teorinya. Alasannya karena banyak Pokemon di masjid," tutur Budi di Bandung, Minggu (24/7/2016).

Menurut Budi, database untuk penempatan Pokemon berasal dari perbaikan aplikasi permainan Ingress yang dikembangkan oleh Niantic Labs, perusahaan yang membuat dua aplikasi tersebut.

Ingress adalah permainan digital berbasis perangkat mobile yang menantang gamer untuk mengeksplorasi dunia dan menguasai tempat-tempat tertentu sebagai kawasan miliknya.

Baik Ingress maupun Pokemon memanfaatkan teknologi augmented reality dan juga didasarkan pada pemetaan lokasi dengan GPS, sehingga mengajak pengguna mencari kekuatan virtual di tempat-tempat seperti museum, monumen, dan ruang terbuka publik. Ingress dirilis pada 2013 untuk Android, kemudian disusul untuk iOS pada 2014.

Masjid, sambung Budi, kebetulan adalah tempat banyak orang berkumpul dan terdata di Ingress sebelumnya. "Apalagi, Indonesia adalah negeri muslim terbesar di dunia. Itu saja, jadi tidak ada konspirasi di sini," ujar Budi.

Menurut dia, Niantic bagaimanapun merupakan perusahaan swasta murni komersial. Mereka sangat menghargai kerahasiaan data penggunanya. Jika tidak, bisnisnya akan hancur dengan sendirinya.

Perusahaan digital besar umumnya sangat tidak suka menyerahkan data ini ke pemerintah, meskipun mereka kadang menjual data ini untuk keperluan bisnis lainnya semisal iklan.

"Jadi secara umum, perusahaan Nintendo tidak bekerja sama dengan CIA, meski CIA terkenal melakukan penyadapan-penyadapan terhadap perusahaan-perusahaan Amerika juga. Jadi boleh jadi terjadi penyadapan, tetapi tanpa sepengetahuan perusahaan sendiri. Jadi terjadi spy-and-contra-spy antara mereka. Adu kepintaran," imbuh Budi.

(Muhammad Sufyan/Why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini