Sukses

Hati-hati, Penjahat Dunia Nyata Mulai Beralih ke Internet

Muncul kekhawatiran baru bahwa penjahat dunia nyata kini mulai melirik dunia maya untuk melancarkan kejahatannya.

Liputan6.com, Jakarta - Penjahat cyber dikenal sebagai biang keladi yang menyebabkan gangguan di dunia maya. Namun kini kekhawatiran terbaru muncul. Menurut pendiri Kaspersky Lab, Eugene Kaspersky, penjahat tradisional dunia nyata mulai beralih ke online.

Perbedaan antara penjahat dunia nyata dan penjahat cyber semakin kabur. Jika dahulu, pencuri, perampok, dan penipu menggunakan senjata untuk melakukan serangan, kini mereka mulai beralih menggunakan penipuan phishing, serangan denial-of-service, dan trojan. 

Tipe kejahatan cyber kini mulai tumbuh dengan menggunakan malware untuk mendukung aksi kejahatan tradisional. Menurut Kaspersky, para penjahat mulai menggunakan alat-alat serangan cyber untuk mencuri dan menipu di dunia nyata.

Dalam sebuah wawancara dengan The Telegraph, Kaspersky menggambarkan bagaiman kartel narkoba Amerika Latin meretas sistem komputer SCADA yang menjalankan pelabuhan Antwerp. Alhasil, mereka bisa membongkar kontainer yang penuh dengan kokain tanpa sepengetahuan petugas.

Contoh lain yaitu kecelakaan pesawat Spanair pada Agustus 2008, yang terjadi setelah lepas landas dari Bandara Barajas. Menurut laporan, sistem komputer internal pesawat telah terinfeksi malware, sehingga masalah teknis pesawat tidak bisa dideteksi.

"Ini bukan fiksi ilmiah, ini juga bukan sebuah skenario yang kita sedang tunggu. Tapi ini telah terjadi. Ini adalah hal yang sangat menakutkan karena sistem ada di mana-mana, seluruh dunia dikelola oleh sistem komputer, mulai dari lift hingga jaringan listrik," kata Kaspersky seperti dikutip dari Telegraph.

Kasperksy mengatakan dengan maraknya 'Internet of Things' dan perangkat yang terhubung dengan internet di dalam gedung dan kendaraan, potensi untuk spionase cyber juga meningkat.

Diungkapkan Kaspersy, siapa pun yang menemukan alat-alat spionase di komputer, harus curiga bahwa data mereka telah dicuri. Karena itu, mereka seharusnya tidak lagi mempercayai data mereka, karena panjahat cyber bisa saja telah mengubahnya.

"Mafia tradisional memasuki ruang cyber dengan berbagai ide tentang bagaimana menggunakan cyber untuk mendukung kejahatan tradisional. Saya takut teroris akan pindah ke ruang cyber," tuturnya.

Dalam ruang cyber, kata Kaspersky, ada jarak yang sangat pendek antara penjahat, aktivis, dan teroris. Jika ada pihak yang melakukan serangan cyber dan merugikan negara, katanya, maka itu dinilai sebagai bentuk terorisme.

Untuk itu, Kaspersky mengatakan, dibutuhkan peraturan untuk membuat standar yang lebih baik bagi keamanan infrastruktur penting. Baik dari sisi fisik dan cyber.

"Untuk melindungi infrastruktur penting, pilihan satu-satunya adalah mengembangkan sistem operasi dan aplikasi yang sangat aman, serta membuat regulasi yang sangat ketat untuk sistem-sistem itu. Kita membutuhkan banyak engineer dan kita harus mengalokasikan banyak sumber daya untuk itu," ungkapnya.

"Tidak ada satu pun bangsa di dunia ini yang mampu melakukannya dalam waktu singkat, jadi kita berada dalam bahaya karena sistem-sistem yang ada saat ini rentan dan kita tidak bisa membereskannya dalam sekejap," pungkas Kaspersky.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.