Sukses

1.354 UMKM Ramaikan Pasar Takjil Ramadan Ngrandu Buko di Banyuwangi

Ngrandu Buko berasal dari bahasa Osing (suku asli Banyuwangi), yang artinya menunggu waktu berbuka. Pasar takjil ini digelar sebulan penuh mulai pukul 15.00 hingga

Liputan6.com, Banyuwangi Pemerintah Banyuwangi kembali menggelar pasar takjil ramadan Festival Ngerandu Buko untuk membangkitkan perekonomian warga.

Ngrandu Buko berasal dari bahasa Osing (suku asli Banyuwangi), yang artinya menunggu waktu berbuka. Pasar takjil ini digelar sebulan penuh mulai pukul 15.00 hingga 21.00. 

Ribuan warga dan UMKM terlibat dalam fetival yang digelar serentak di 39 titik seluruh kelurahan dan desa-desa se-Banyuwangi, 12 Maret - 9 April 2024. Total ada 1.354 UMKM yang terlibat. 

“Berburu takjil ini sudah menjadi tradisi kita saat Ramadan. Momentum ini kita tangkap untuk menumbuhkan ekonomi kerakyatan,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Kamis (14/3/2024)

Aneka kuliner dari makanan tradisional hingga makanan kekinian dijajakan di sana. Mulai darii makanan khas Banyuwangi seperti patola, pisang precet, hingga aneka minuman segar seperti es blewah dan es teler dijual di sana. 

Selain aneka kuliner, sejumlah lokasi pasar takjil juga akan menyuguhkan atraksi bernuansa islami untuk menghibur para pengunjung. 

“Ini upaya memberikan ruang bagi pelaku UMKM agar mereka bisa meraih rezeki di bulan Ramadhan. Kami instruksikan  kepada semua camat, lurah, hingga kepala desa, untuk memfasilitasi pasar takjil di wilayah masing-masing,” kata Bupati Ipuk.

"Tidak hanya pelaku usaha, namun banyak warga biasanya juga mengambil kesempatan ini untuk menambah pemasukan dengan menjual kuliner rumahan. Karena itu momen Ramadan harus dimaksimalkan," tambah Ipuk.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengunjung Diimbau Membawa Kantong Belanja

Ipuk berpesan agar pelaksanaan pasar takjil dikoordinasikan dengan baik, sehingga tidak menimbulkan kemacetan serta penumpukan sampah. 

“Setiap pedagang wajib menyediakan tempat sampah. Kami juga mengimbau agar pengunjung membawa kantong belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik,” pesan Ipuk.

“Makanan dan minumannya juga harus dipastikan aman dan menyehatkan. Para camat harus berkoordinasi dengan puskesmas setempat untuk melakukan pemeriksaan secara berkala,” pesan Ipuk.

Dalam festival ini, baik pedagang maupun pembeli didorong untuk melakukan transaksi secara non tunai (cashless). Seluruh UMKM telah difasilitasi QRIS untuk mendorong tumbuhnya ekonomi digital.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.