Sukses

Trauma Healing Lewat Dongeng Ajak Anak-Anak Bondowoso Lupakan Bencana Angin Puting Beliung

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemerintah Kabupaten Bondowoso menggelar program trauma healing untuk anak-anak korban angin puting beliung yang melanda kawasan tersebut.

 

Liputan6.com, Bondowoso - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemerintah Kabupaten Bondowoso menggelar program trauma healing untuk anak-anak korban angin puting beliung yang melanda kawasan tersebut.

Wajah puluhan anak usia sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar di Desa Walidono, Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, itu tidak lagi murung. Mereka bisa tersenyum dan tertawa lepas bersama teman-temannya.

Seorang anggota polisi wanita dari Polres Bondowoso mengajak anak-anak itu bernyanyi bersama sambil menggerakkan tangan dan tubuhnya. Sesekali anak-anak itu melompat dan meliuk-liukkan tubuhnya untuk menggambarkan angka-angka tertentu. Setelah itu seorang anggota Tagana melanjutkan dengan mengajak beberapa anak kelas 5 dan 6 untuk berdiri dan melafalkan sila-sila Pancasila.

Tiba waktunya anak-anak yang rumahnya hancur akibat puting beliung itu mendengarkan dongeng. Kak Pita, anggota komunitas mendongeng di Kabupaten Bondowoso, membawakan cerita tentang seekor beruang yang punya kebiasaan suka membuang-buang makanan.

Saat itu, Kak Pita membawa buku cerita berukuran besar yang menjadi dasar dari cerita dongengnya dan dipertontonkan kepada para siswa TK dan SD yang duduk lesehan. Sesekali ia memeragakan beruang sedang makan yang disambut celetukan serta tawa anak-anak.

Dongeng kemudian dilanjutkan oleh Kak Evy Yulistiowati Pramono, yang menjelaskan mengenai nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita beruang serakah itu.

Akibat keserakahannya itu, sisa makanan yang dibuang oleh beruang mengundang gerombolan semut dan tikus untuk datang. Hewan tersebut, terutama tikus, tentu datang dengan menyisakan kotoran serta kencing yang membuat bau.

Evy, yang sehari-hari menjadi guru Bimbingan Konseling SMK di Bondowoso memberikan pesan agar kita memanfaatkan makanan hingga habis, dan tidak membuangnya sia-sia.

Di akhir sesi, anak-anak diberi hadiah berupa makanan ringan. Selain itu, sebagian dari mereka bisa menikmati buku yang dibawa tim perpustakaan keliling milik Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemkab Bondowoso.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemkab Bondowoso Taufan Restuanto menjelaskan bahwa pihaknya menemukan fakta anak-anak yang rumahnya rusak akibat angin puting beliung itu mengalami trauma, ketakutan, dan kepanikan.

"Karena itu pemkab menunjuk dinas perpustakaan dan kearsipan untuk melakukan pendampingan terhadap anak-anak itu agar mereka tidak mengalami trauma berkepanjangan," ujarnya, Senin (22/1/2024).

Kemudian dipilihlah program "trauma healing" lewat mendongeng. Untuk menyukseskan program ini dinas perpustakaan dan kearsipan kemudian menggandeng komunitas pendongeng yang ada di Kota Tapay dan penghasil kopi tersebut.

Kegiatan yang digelar di sejumlah sekolah dasar negeri di Desa Walidono, Kecamatan Prajekan, tersebut juga melibatkan dinas pendidikan, dinas sosial, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bondowoso, dan Polres Bondowoso.

Setelah mengikuti acara mendongeng, anak-anak itu mulai terlihat ceria kembali. Seorang siswa yang sebelumnya diduga kuat mengalami trauma, mulai terlihat tersenyum dan mengaku senang mengikuti acara trauma healing itu.

"Senang mendengarkan dongeng, dan sekarang saya sudah tidak takut lagi," kata Fila, siswa Kelas 1 SDN 1 Walidono.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tidak Cukup Satu Kali

Angin puting beliung tersebut, sesuai data BPBD Kabupaten Bondowoso,  mengakibatkan 202 rumah rusak dan menyisakan trauma bagi anak-anak. Bukan sekadar tiupan angin kencang yang merusak atap dan dinding rumah mereka, tapi anak-anak juga mengalami trauma ketika para orang tua berteriak histeris mendapati atap rumahnya hancur tersapu angin.

 

 

Bagi Evy Yulistiowati yang juga mengelola pendidikan anak usia dini (PAUD), kehadiran kelompok masyarakat yang peduli kepada para korban akan memiliki makna penting bagi anak-anak korban bencana untuk lebih bersikap optimistis menghadapi masa depan yang lebih baik.

Hanya saja, pendampingan itu tidak cukup dalam satu kali pertemuan, sehingga diperlukan pendampingan lanjutan untuk menguatkan jiwa anak dalam menghadapi kenyataan dan tantangan hidup di masa-masa mendatang.

Pemerintah daerah sudah menunjukkan kepeduliannya dengan menyediakan bantuan untuk memenuhi kebutuhan darurat para korban, termasuk program perbaikan rumah dan kegiatan trauma healing.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.