Sukses

Mendialogkan Pemikiran Kritis untuk Membangun Pendidikan Bangsa yang Lebih Beradab

Dirjen Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Iwan Syahril menyatakan, kebijakan Merdeka Belajar dan Program Organisasi Penggerak berorientasi pada murid dan kualitas hasil pembelajaran mereka.

Liputan6.com, Jakarta Dirjen Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Iwan Syahril menyatakan, kebijakan Merdeka Belajar dan Program Organisasi Penggerak berorientasi pada murid dan kualitas hasil pembelajaran mereka.

“Kita harus menciptakan pembelajaran yang lebih berpihak kepada murid, yang memerdekakan murid dan mengajarkan hal yang sesuai dengan tahap perkembangan setiap pribadi," ujarnya pada Seminar “Mengembangkan Kehidupan Berbangsa Yang Lebih Beradab” yang digelar di Universitas Sanata Dharma, Sabtu (17//6/2023).

Hal ini, sambung Iwan Syahril, penting dilakukan untuk mendorong terwujudnya profil pelajar Pancasila yaitu SDM Indonesia yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia kreatif, gotong royong, kritis, mandiri dan berkebhinekaan global.

Eny Winarti, dosen FKIP Universitas Sanata Dharma menyatakan, di era standardisasi, keberhasilan pendidikan seringkali disederhanakan dari sisi data kuantitatif berkenaan dengan ketersediaan kurikulum dan perangkat pembelajaran lainnya, tanpa memperhatikan konteks oleh siapa, kepada siapa, di mana dan bagaimana perangkat tersebut dijalankan.

"Perlu cara pandang secara komprehensif untuk mengevaluasi keberhasilan pendidikan. Adat kebiasaan dan kondisi masyarakat menduduki peran penting dalam pendidikan," ujarnya.

Pemahaman tentang sosiologi masyarakat yang terlibat dalam proses pendidikan, kata dia, akan menjadi penentu keberhasilan pendidikan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tema Aktual

Wakil Rektor III Sanata Dharma  Y Titik Kristiani menyampaikan, tema tentang keberadaban bangsa sangat aktual, terutama dalam rangka menyadari keberadaan kita sebagai warga global.

“Keberadaban suatu bangsa dilihat dari kenaikan level kualitas kehidupan masyarakatnya. Dari sisi aspek kognitif bangsa yang beradab memiliki pribadi-pribadi yang sungguh memiliki kemampuan berpikir yang kreatif inovatif kritis yang sungguh melihat dunia ini secara lebih bermakna," ujarnya.

Dari aspek afektif ditandai oleh adanya sensitivitas terhadap kehidupan dan relasi sosial yang semakin bermatabat.

"Keberadaban ini juga ditunjukkan dengan bagaimana kita sebagai pribadi sebagai warga bangsa makin menyadari bahwa orang-orang di sekitar kita adalah orang-orang berharga yang layak dihargai martabatnya,” tegasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.