Sukses

Rainier W Hardjanto Pionir NFT Amal Indonesia Dukung Art and Me Indonesia dengan Kegiatan Berbagi

Rainier W Hardjanto berbagi dan berinvestasi di Art and Me Indonesia sebagai pendiri dan pionir NFT amal pertama Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Seorang Rainier Wardhana Hardjanto (16) alias Rainier W Hardjanto, sejak tiga tahun lalu tersentuh melihat anak-anak tuna rungu, tuna wicara, anak dengan kondisi sindroma down. Namun mereka selalu memperlihatkan wajah gembira dan tulus.

Rainier yang pada saat itu, baru saja memasuki masa remaja, datang ke acara yang diadakan oleh Yayasan ISDI (Ikatan Sindroma Down indonesia) dan POTADS (Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome). Acara digelar dalam rangka memperingati Hari Down Syndrome Dunia tahum 2019.

Lantas, pemuda yang menjadi pendiri dan pionir NFT amal pertama di Indonesia ini pun menyumbangkan 9 lukisannya di acara bertema Lelang Amal untuk membangun Training Centre kepada anak-anak down syndrome yang diadakan di Plaza Indonesia.

Rainier mengaku sangat terkesan saat berkenalan dengan anak-anak down syndrome yang dibawa oleh orang tua mereka masing-masing.

“Mereka terlihat gembira, tertawa, walaupun tampak beda. Dan orang tua mereka sangat menyayangi mereka,” ujar Rainier dalam pernyataannya di Jakarta, Kamis (5/5/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 9 halaman

Membangun Training Center

Saat itu Rainier bersama dengan putri pelukis kawakan Indonesia Kartika Affandi dan Pelukis Jerman Rudolf Schmidt menyumbangkan lukisan untuk membangun “training centre” anak dengan sindroma down pada tanggal 21 Maret 2019.

Tanggal 21 Maret adalah hari sindroma down sedunia dan bagi Rainier adalah suatu kehormatan untuk berbagi karyanya dengan anak anak sindroma down.

Rainier sangat ingin berbagi kepada anak sindroma down karena bagi Rainier semua anak mempunyai hak untuk memiliki masa depan yang cerah dan setiap anak punya keunikan tersendiri yang sangat spesial.

Banyak orang yang masih berpikir bahwa anak dengan sindroma down adalah beban masyarakat dan harus diaborsi, tetapi pemikiran yang buruk seperti ini harus dihentikan dengan kampanye yang baik dari kita semua yang terus mencintai anak disabilitas ini.

 

3 dari 9 halaman

Membangun Awareness

Berangkat dari sinilah “Art and Me Indonesia” dibentuk pada tahun 2020 sebagai platform “www.artnme.com” yang bertujuan menggalang awareness terhadap para anak penyandang cacat dan anak panti asuhan.

“Mereka punya bakat terpendam, walaupun skill yang dimiliki tidak sama dengan kita. Lebih tepat jika kita menyebut mereka itu memiliki different ability bukan disability,” ungkap siswa Sekolah British School Jakarta ini.

Setelah banyak berteman dan bermain dengan mereka, Rainier menemukan tak sedikit dari mereka yang memiliki talenta dan potensi, seperti menari, main golf, bermain musik atau melukis.

Beberapa hasil lukisan mereka diproduksi oleh tim “Art and Me Indonesia” menjadi sebuah tas, tshirt, tumbler, scarf, pouch dan lain-lain.

Merchandise ini dijual dan seluruh keuntungannya digunakan untuk mensupport keluarga dengan anak disable bekerjasama dengan YPAC, ISDI, beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) dan panti asuhan.

“Kami ingin bakat dan karya mereka dihargai dan dapat dinikmati masyarakat lebih luas,” tegas Rainier.

Dia menjelaskan “Art and Me Indonesia” dibangun dengan komitmen tinggi agar semua berjalan secara sustainable.

“Saya tidak mau hit and run saja. Hanya sekali terus berhenti. Saya ingin gerakan ini terus berlangsung, sekali pun saya akan sibuk saat melanjutkan kuliah nantinya," tutur Rainier.

 

4 dari 9 halaman

Menggelar Acara Anak SLB dan Panti Asuhan

Dalam rangka Hari Natal 2021, Rainier menggelar virtual painting dan art competition yang melibatkan tak kurang dari 300 teman SLB dan panti asuhan seluruh Indonesia. Untuk itu, ia memerlukan dana yang tidak sedikit.

Rainier menghubungi beberapa pihak yang menyediakan hadiah untuk para pemenang lomba lukis ini. Tak hanya itu, Rainier juga menerima tawaran kerjasama dari beberapa pihak yang akan membantunya memproduksi tas dan baju dari hasil lukisan.

Ini yang disebutnya sebagai gerakan yang menghasilkan awareness dalam lingkup yang luas.

"Semakin banyak orang yang peduli, akan semakin berkelanjutan gerakan ini nantinya," ucap Rainier.

 

5 dari 9 halaman

Youth Empowerment

Apa pencapaian “Art and Me Indonesia” setelah tiga tahun berdiri? “We’re so blessed!” Banyak support datang dan yang terpenting, awareness yang dicita-citakan sudah mulai terlihat wujudnya.

Dalam rangka Hari International Day of Disable Person Desember 2021, Rainier bekerjasama dengan beberapa perusahaan untuk mengadakan program give back.

“Art and Me Indonesia” menyumbangkan protein berupa susu, ayam, telur, makanan bergizi, untuk anak SLB, panti asuhan, dan puskesmas di seluruh Jabodetabek di saat Pandemi Covid-19 melanda dengan angka yang tinggi di Indonesia.

Tahun ini 2022 “Art and Me Indonesia” bekerjasama dengan Unicef menjalankan program give back.

“Selama ini, anak disable dikenal sebagai kalangan yang perlu disupport. Namun kali ini, mereka justru ingin memberi, lewat karya,” tutur Rainier.

Lewat program kolaborasi bersama Unicef ini, karya dari teman-teman disable akan dipasarkan dan hasilnya disumbangkan pada anak-anak yang membutuhkan di Indonesia.

 

6 dari 9 halaman

Terbiasa Sejak Kecil

Rainier yang sejak kecil memang telah terbiasa bekerja sosial. Waktu masih duduk di kelas 5 SD, ia aktif mengajar bahasa Inggris bagi anak-anak tidak mampu yang tinggal di dekat lingkungan rumahnya.

Rainier juga tak jarang merayakan ulang tahun bersama anak-anak yatim piatu di panti asuhan. Di tengah suasana pandemi, Rainier tidak bisa banyak bertemu dan bermain dengan teman-teman SLB dan panti asuhannya. Namun ia aktif menggelar webinar dan aktivitas lain secara virtual.

Rainier juga hobi catur dan “coding” Computer, sehingga ia mengajar anak panti asuhan catur sekaligus juga coding. Ada beberapa nama teman tuna rungu yang punya hubungan dekat di hati Rainier.

Walaupun komunikasi terbatas, karena mereka tidak bisa lancar berbicara seperti layaknya orang normal, namun Rainier kerap menangkap aura tulus dan kegembiraan dari mereka.

Inilah yang membuat Rainier terus bergerak, membuat program pemberdayaan dan mengetuk hati banyak orang untuk berbuat lebih banyak lagi untuk mensupport mereka.

Tahun 2022 ini Rainier juga akan bekerjasama dengan beberapa perusahaan untuk mengkolaborasikan karya anak anak disabilitas dan anak panti asuhan ini agar dijadikan produk bersama perusahaan yang kemudian bisa dipromosikan dan dijualkan untuk hasilnya akan kembali disumbangkan untuk pendidikan anak disabilitas dan panti asuhan.

 

7 dari 9 halaman

Penggalangan Dana

Selama pandemi yang berkepanjangan membuat Rainier berpikir untuk mendapatkan cara penggalangan dana yang lebih fantastis dan modern mengikuti perkembangan jaman sesuai dengan kegemaran Rainier di Computer Science dan Coding, yaitu melalui NFT.

Upaya memandirikan anak berkebutuhan khusus biasanya didorong dengan mengembangkan bakat dan potensi anak sesuai minat sehingga merasa nyaman dengan kelebihan yang mereka miliki.

Hal ini, bisa dilakukan melalui pengembangan mental dengan mengembangkan aset motorik sehingga mampu menciptakan suatu karya yang bernilai dan bermanfaat tidak untuk mereka saja tetapi juga masyarakat luas.

Pembeli beramal atau ber-charity sosial dan bisa menjualkan kembali art NFT-nya dengan harga yang lebih bagus sehingga prinsipnya adalah berbagi dan berinvestasi.

Hal inilah yang memunculkan ide Rainier Wardhana Hardjanto untuk mendirikan Non Fungible Token (NFT) Amal Indonesia, sebagai wadah untuk menerima kreasi, khususnya para anak berkebutuhan khusus maupun panti asuhan dan memasarkannya melalui kerjasama dengan NFT Artist Indonesia.

NFT Charity ini juga didukung oleh kalangan artis seperti Raffi Nagita, Titi Kamal, Erin Taulany, Vega Darwanti, Sinyorita, Selvy Kitty, Gritte Agatha, Sarwendah, Maria Vania, Reisa Brotoasmoro, dan Nindy Ayunda yang membantu posting lukisan wajah cantik mereka karya anak tuna rungu di Instagram para artis tersebut.

Secara simbolis dukungan juga disampaikan oleh Kepala Staf Presiden Republik Indonesia (KSP) Jenderal Dr. Moeldoko kepada karya anak disabilitas pada 31 Januari 2022 lalu dengan ditandai Rainier menyerahkan hasil karya anak disabilitas kepada mantan Panglima TNI tersebut di Rumah Dinasnya di Menteng, bersama dua anak tuna rungu Raiful dan Rahmawati yang melukis gambar Jenderal Moeldoko tersebut.

Lukisan anak disabilitas “Art and Me Indonesia” juga dihargai dan diapresiasi oleh Ketua DPD RI AA La Nyalla Mahmud Mattalitti dan istri, lalu juga Dewi Bambang Soesatyo, istri Ketua MPR RI, istri Dubes Rusia untuk Indonesia, istri Dubes Kolombia untuk IndonesIa, istri Dubes Indonesia untuk Bulgaria Noni Bogananta dan banyak lagi pecinta lukisan Art and Me Indonesia.

 

8 dari 9 halaman

Lukisan yang Dijual Lewat NFT

Reiner juga menjelaskan, "Art & Me Indonesia adalah NFT amal pertama di Indonesia yang bisa dibeli karyanya di marketplace IndoSea dan Opensea. Yang dijual adalah karya lukis dari anak berkebutuhan khusus dan panti asuhan. Selain membeli karya bersertifikat NFT, penyumbang juga akan mendapatkan lukisan aslinya dikirim ke alamat pembeli."

Jadi, lanjutnya, dengan membeli lukisan hasil karya anak berkebutuhan khusus, pembeli akan mendapat sertifikat NFT, dan anak berkebutuhan khusus akan mampu menghasilkan uang untuk menopang kehidupan mereka sendiri tanpa membebani orang lain

Tak hanya berhenti di satu individu pembeli, Art NFT ini dapat dijual kembali oleh pembelinya dengan harga yang dianggap lebih baik dengan cuan lumaya, karena hasil lukisan ini limited terbatas dan ada sertifikat NFT yang tidak bisa dipalsukan.

Rainer mengungkapkan pembeli bisa ber-charity sosial dan bisa menjualkan lagi Art NFT-nya dengan harga yang lebih bagus dan mengungtungkan.

"Jadi menyumbang sekaligus berinvestasi. Menarik sekali kan? Untungnya doubel, di dunia maupun di akhirat. Ini merupakan yang pertama di Indonesia, “Charity NFT” dan saya: Rainier Wardhana Hardjanto sebagai foundernya," ucapnya.

Saat ini karya anak disabilitas dan panti asuhan dijual di marketplace NFT, website, Art and Me Indonesia melalui Open Sea, dan juga dalam bentuk rupiah di Indosea dan situs artnme.com.

Ia menjelaskan NFT Amal ini dapat digunakan untuk membeli karya seni berupa lukisan dan aksesoris hingga berbagai karya seni lainnya karya anak disabilitas dan panti asuhan di dua website tersebut.

"Sebenarnya tak hanya anak berkebutuhan khusus saja. Tetapi, juga dibuka akses untuk hasil karya anak-anak dari panti asuhan dan pekarya seni yang ingin karyanya menjadi bagian dari kegiatan charity ini," jelas milenial dengan hobi melukis, coding programming, dan bermain catur ini.

Rainier menjelaskan NFT ini merupakan cara baru untuk menghasilkan uang di era digital dan merupakan produk investasi turunan dari kripto.

"Kelebihan NFT Charity ini, para pembeli tak hanya mendapatkan karya seni digital, tetapi juga dikirimkan lukisan aslinya ke alamat pembeli dan juga menyumbangkan 100% transaksinya untuk mendukung pengembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus," ungkap sociopreneur milenial yang masih studi di British School Jakarta year 12 ini dan mencintai kegiatan melukis sejak usia 5 tahun ini.

 

9 dari 9 halaman

Bakat Melukis

Bakat melukis Rainier mulai terasah saat belajar melukis di Hadiprana Sekolah Lukis sejak 2010. Rainier juga tergolong murid cerdas.

Dia berhasil mendapat penghargaan sebagai murid dengan nilai terbaik pada 2016-2017 di British School Jakarta. Rainier juga termasuk aktivis sebagai student council (OSIS) di British School.

Rainier memaparkan ia membuat non-profit organisasi Art & Me Indoneia ini sejak 2 tahun yang lalu.

Awalnya dijual di instagram “artandme.indonesia” @artnme.ind saja. Produknya berupa lukisan, aksesoris, baju, jam, dan bantal yang dihiasi lukisan anak berkebutuhan khusus dan panti asuhan.

Visi dan misi Art & me Indonesia adalah membantu mempromosikan karya anak anak disabilitas dan panti asuhan agar mereka bisa mandiri dan terus berkarya. Selain itu, menjualkan karya anak panti asuhan dan disabilitas serta mengangkat derajat anak panti asuhan dan disabilitas.

Di Indonesia kalangan disabilitas masih disisihkan dari yang lain dan kadang tidak mendapatkan penghargaan yang cukup. Padahal mereka butuh kasih sayang dan penghargaan yang sama seperti manusia lainnya.

"Maka, dengan adanya Art & Me Indonesia ini diharapkan mereka bisa memamerkan karya mereka sehingga dihargai, dikagumi, dan disayangi," ujar Reiner.

Kegiatan Art & Me Indonesia sejak 2 tahun yang lalu adalah mengadakan Art & Me Award (sayembara hasil karya anak disabilitas dan anak panti asuhan), menjual hasil karya para anak tersebut, membuat produk (baju, jam, bantal) dengan lukisan peserta di produknya.

Telah banyak yang membeli dan menghargai lukisan anak-anak Art & Me Indonesia seperti terpampang testimonialnya di instagram maupun websitenya.

Sudah sekitar 50 anak disabilitas dan panti asuhan yang ikut memamerkan dan menjual karyanya di instagram Art & Me Indonesia (@artandme.ind , @artandme.indonesia).

Kemudian dibuat juga www.artnme.com untuk menjual karya di website tersebut lewat payment gateway, dan yang terbaru diluncurkan penjualan Charity NFT atau NFT Amal melalui opensea marketplace opensea.io/collection/artandmeindonesia, dan juga di Indosea sebagai pencetus pionir yang pertama Charity NFT di Indonesia.

Visi dan misi dari charity NFT yang dicetuskan bulan Januari 2022 adalah agar karya anak berkebutuhan khusus dan panti asuhan dihargai dan diakui di dunia NFT

"Dengan adanya wadah ini maka anak-anak berkebutuhan khusus dapat berkreasi dan dihargai di dunia NFT," tegas Rainier Wardhana Hardjanto yang juga adalah President & Founder Coding Club, President Chess Club di British School Jakarta, dan sedang membuat aplikasi untuk membantu anak disabilitas di seluruh dunia.

Kecintaan Rainier pada anak-anak berkebutuhan khusus telah dilakukannya sejak beberapa tahun yang lalu di berbagai kegiatan.

Pada Hari Down Syndrome Sedunia tanggal 21 Maret 2019, Rainier telah juga melelang lukisannya bersama pelukis kenamaan Indonesia, Kartika Afandi serta pelukis kawakan asal Jerman Rudolf Schmidt, yang hasilnya diperuntukkan untuk penggalangan donasi amal untuk anak anak down syndrome, di acara “Move Right” Lion Club Jakarta Selatan Tulip di Plaza Indonesia.

Rainier juga mengadakan acara belajar memasak di Yayasan Down Syndrome Indonesia bersama Oxone setiap minggu selama setahun pada tahun 2019 sebagai wujud dukungannya untuk mengembangkan talenta anak disabilitas.*

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.