Sukses

Anggy Umbara dan Sineas Lain Ungkap Problem Film Indonesia Selain Regenerasi Penulis Naskah

Selain regenerasi penulis skenario, sistem distribusi dan keragaman tema film Indonesia beberapa tahun terakhir juga disorot.

Liputan6.com, Jakarta - Melahirkan film Indonesia terlaris sepanjang massa yakni Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! part 1 dan 2, Anggy Umbara kini dipercaya menjadi salah satu juri ajang Falcon Script Hunt 2020.

Anggy Umbara tak sendiri. Ia ditemani enam sutradara lain yakni Rako Prijanto, Ifa Ifansyah, Danial Rifky, Indra Gunawan, Herwin Novianto, dan sutradara Dilan 1990, Fajar Bustomi.

Dalam kesempatan ini, Anggy Umbara menjelaskan bahwa regenerasi penulis skenario bukan satu-satunya problem di industri film Indonesia yang bangkit sejak dirilisnya Petualangan Sherina (2000).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Perihal Intellectual Property

“Regenerasi itu satu hal. Jika melihat lebih detail, belum ada ruang leluasa untuk para penulis skenario cerita asli karena tren yang ada di industri film saat ini mengarah pada intellectual property,” Anggy Umbara menerangkan.

Intellectual property adalah sumber lain yang lebih dulu populer yang kemudian diusung ke layar lebar. Sumber itu bisa berupa film klasik yang dibuat ulang, novel laris, cerpen viral, dan lain-lain.

3 dari 5 halaman

Cerita Asli Layar Lebar

“Padahal sebenarnya cerita asli yang dibuat langsung untuk layar lebar, kalau mau dicari, banyak,” Anggy Umbara mengulas. Problem lain yakni ekosistem industri film dari hulu ke hilir.

Ini disampaikan Ifa Isfansyah dalam konferensi pers virtual “Falcon Script Hunt 2020” yang digelar Senin (7/9/2020). Sistem pendistribusian film Indonesia beberapa tahun terakhir patut disorot.

4 dari 5 halaman

Seratusan Film Per Tahun

“Ada 130 atau 140 film Indonesia baru diproduksi dan siap edar di bioskop. Artinya tiap minggu ada sekitar 3 film baru dirilis. Bagaimana memastikan film ini terdistribusi ke audiens dengan lebih merata. Itu persoalan yang mesti segera dicari titik terangnya,” Ifa Isfansyah mengulas.

Ini sekaligus sinyal, ada lebih dari 100 cerita yang ditawarkan ke penonton per tahun. “Apakah seratusan naskah itu sudah mencerminkan keragaman tema?” tanya sutradara film Garuda di Dadaku.

Ia melanjutkan, “Industri film Tanah Air butuh sebanyak itu penulis naskah untuk menyegarkan tema film kita. Dengan program ini, industri film kita makin punya banyak stok cerita dan naskah bagus.” 

5 dari 5 halaman

Mereka Perlu Diberi Kesempatan

Falcon Script Hunt 2020 yang menyiapkan hadiah total 350 juta rupiah menempatkan 7 sineas ini sebagai juri yang akan memfilmkan 7 skenario terpilih. Kompetisi dimulai 1 September hingga 31 Oktober 2020.

Rako Prijanto menambahkan, “Saya percaya penulis muda kita punya ide-ide segar. Mereka perlu diberi kesempatan. Ini merespons perkembangan film Indonesia yang bergulir bersama pergerakan teknologi sinema dan platform digital.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.