Sukses

Saham Tesla Naik Usai Pecat Karyawan, Harganya Sekarang Segini

Aksi PHK ternyata memberikan dampak positif baik kinerja saham perusahaan teknologi otomotif Tesla. Dalam dua hari berturut-turut harga saham Tesla naik usai melakukan PHK.

Liputan6.com, Jakarta - Saham Tesla Inc. (TSLA) naik 1,50% menjadi USD 177,46 pada hari Jumat waktu Amerika Serikat, di tengah sesi perdagangan yang beragam untuk pasar saham.

Melansir MarketWatch, Sabtu (18/5/2024) saham Tesla ditutup di harga USD 21,83 dari level tertingginya dalam 52 minggu (USD 299,29), yang dicapai produsen mobil listrik milik Elon Musk itu pada 19 Juli 2024.

Volume perdagangan (76,5 juta) tetap 20,8 juta di bawah volume rata-rata 50 hari sebesar 97,3 juta.

Ini adalah kenaikan hari kedua berturut-turut bagi saham Tesla. Sementara itu, bursa Dow Jones Industrial Average DJIA naik 0,34% menjadi 40,003.59 dan NASDAQ Composite Index COMP turun 0,07% menjadi 16,685.97.

Kenaikan saham Tesla terjadi menyusul pengumuman kepada Departemen Pengembangan Ketenagakerjaan California pekan ini, bahwa perusahaan melakukan PHK terhadap sekitar 600 karyawan di fasilitas manufaktur dan kantor teknik antara Fremont dan Palo Alto.

PHK terakhir ini menghilangkan banyak posisi di pabrik Tesla di California, mulai dari posisi entry level hingga direktur, dan berdampak pada berbagai departemen, sehingga berdampak pada pekerja pabrik, pengembang perangkat lunak, dan insinyur robotika.

PHK tersebut dilaporkan dalam pengajuan Undang-Undang Penyesuaian dan Pelatihan Ulang Pekerja, atau WARN, yang diperoleh melalui permintaan catatan publik.

Pada April 2024, CEO Tesla Elon Musk mengatakan kepada karyawannya dalam sebuah memo bahwa perusahaan akan memangkas lebih dari 10% tenaga kerja globalnya, yang berjumlah 140,473 karyawan pada akhir tahun 2023.

Pengajuan sebelumnya mengungkapkan bahwa Tesla akan memangkas lebih dari 6.300 pekerjaan di seluruh California; Austin, Texas; dan Kerbau, New York.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Elon Musk Ajak Warren Buffett Beli Saham Tesla, Mungkinkah?

Bos Tesla, Elon Musk menilai Warren Buffett harusnya membeli saham Tesla. Pernyataan itu menanggapi cuitan di platform X yang menyarankan Berkshire Hathaway harus menjual seluruh sahamnya di Apple senilai USD 135 miliar, dan sebagai gantinya membeli Tesla.

"Dia (Buffett) harus mengambil posisi di Tesla. Ini adalah langkah yang jelas," cuit Musk, dikutip dari Business Insider, Minggu (12/5/2024).

Komentar tersebut muncul sehari setelah rapat pemegang saham tahunan Berkshire Hathaway. Di mana perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa mereka memang memangkas sebagian kepemilikannya di Apple sekitar 10%.

Namun impian Musk agar Berkshire Hathaway memberi Tesla persetujuan dan membeli sahamnya mungkin tidak akan pernah terwujud. Pasalnya, pandangan yang dibuat oleh Buffett dan mendiang Charlie Munger sebelumnya tidak memberikan kesan positif terhadap industri otomotif yang ultra-kompetitif.

 

3 dari 3 halaman

Berkshire Hathaway Punya 10% Saham BYD

Namun informasi saja, Buffett dan Munger sudah tidak asing lagi dalam investasinya pada produsen kendaraan listrik. Sebab Berkshire Hathaway mengakuisisi 10% saham BYD pada tahun 2008, jadi apa pun bisa terjadi. Meski investasi BYD mereka sukses, Buffett dan Munger mengatakan pada pertemuan pemegang saham tahunan Berkshire Hathaway tahun 2023 bahwa berinvestasi di industri otomotif terlalu sulit.

"Charlie dan saya sudah lama merasa bahwa industri otomotif terlalu sulit. Ini hanyalah sebuah bisnis yang memiliki banyak pesaing di seluruh dunia. Mereka tidak akan menyerah. Dan sepertinya selalu ada pemenang dalam bisnis apa pun." waktu, tapi itu tidak memberi Anda tempat permanen," kata Buffett saat itu.

"Saya rasa saya tahu di mana Apple akan berada dalam lima atau sepuluh tahun ke depan... Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan perusahaan mobil dalam lima atau sepuluh tahun ke depan," tambah Buffett.

Sentimen tersebut didukung oleh Munger, yang mengatakan bahwa meskipun kendaraan listrik mengalami pertumbuhan yang pesat, kendaraan listrik juga memiliki biaya modal dan risiko yang besar.

“Hal ini menimbulkan biaya modal dan risiko yang sangat besar, dan saya tidak menyukai biaya modal yang besar dan risiko yang besar,” kata Munger.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini