Sukses

Bank Indonesia Kerek Suku Bunga Jadi 6% Bikin IHSG Anjlok, Ini Kata Analis

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin terbenam usai Bank Indonesia (BI) memutuskan kerek suku bunga 0,25 persen menjadi 6 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih betah di zona merah pada perdagangan saham Kamis (19/10/2023). IHSG yang merosot tersebut terjadi di tengah pengumuman Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 0,25 persen menjadi 6 persen.

Dikutip dari data RTI, Kamis, 19 Oktober 2023 pada pukul 14.46 WIB, IHSG anjlok 0,75 persen ke posisi 6.875. Indeks LQ45 merosot 1,08 persen ke posisi 915,24. Seluruh indeks acuan kompak tertekan.

IHSG berada di level tertinggi 6.927,98 dan terendah 6.859,17. Sebanyak 394 saham melemah sehingga menekan IHSG. 160 saham menguat dan 193 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.240.526 kali dengan volume perdagangan 18,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,8 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.824.

Mayoritas sektor saham (IDX-IC) kompak tertekan kecuali sektor saham kesehatan naik 0,59 persen, sektor saham teknologi mendaki 0,02 persen dan sektor saham infrastruktur melonjak 0,72 persen.

Sementara itu, sektor saham energi turun 0,74 persen, sektor saham basic tergelincir 1,33 persen, sektor saham industri terpangkas 0,73 persen.

Selain itu, sektor saham nonsiklikal merosot 0,88 persen, sektor saham siklikal tergelincir 0,79 persen, sektor saham keuangan turun 1,1 persen, sektor saham properti merosot 1,71 persen dan sektor saham transportasi terpangkas 2,09 persen, dan catat koreksi terbesar.

Kata Analis

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Martha Christina menuturkan, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia di luar ekspektasi. Sebelumnya suku bunga Bank Indonesia diprediksi tetap 5,75 persen. “Ini di luar ekspektasi maka pengaruhi IHSG. Pengaruh secara umum negatif,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia berpengaruh negatif ke seluruh sektor saham. Hal itu juga termasuk ke perbankan, properti dan otomotif. Penaikan suku bunga, menurut Martha akan menahan laju ekonomi.

Martha menuturkan, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan seiring antisipasi penaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) pada akhir 2023. Langlah ini dilakukan untuk menjaga kestabilan rupiah seiring penguatan dolar Amerika Serikat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Top Gainers-Losers pada 19 Oktober 2023

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

  • Saham SWAT meroket 27,45 persen
  • Saham PAMG meroket 25,45 persen
  • Saham NICL meroket 26,14 persen
  • Saham MARI meroket 23,58 persen
  • Saham UNIQ meroket 20 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

  • Saham ASPI merosot 25 persen
  • Saham HUMI merosot 24,76 persen
  • Saham GLVA merosot 24,71 persen
  • Saham PEGE merosot 16,89 persen
  • Saham SATU merosot 15,91 persen

 

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

  • Saham BMRI senilai Rp 677,7 miliar
  • Saham BBRI senilai Rp 533 miliar
  • Saham BREN senilai Rp 492,3 miliar
  • Saham BBCA senilai Rp 435,2 miliar
  • Saham MARI senilai Rp 381,9 miliar

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

  • Saham MARI tercatat 77.597 kali
  • Saham GTRA tercatat 50.634 kali
  • Saham BREN tercatat 41.083 kali
  • Saham HUMI tercatat 38.003 kali
  • Saham STRK tercatat 32.733 kali
3 dari 3 halaman

Bank Indonesia Kerek Suku Bunga 0,25 Persen

Dikutip dari Antara, Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuan yaitu BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25 basis poin ke posisi 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Oktober 2023.

Suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility naik masing-masing 0,25 basis poin menjadi 5,25 persen dan 6,75 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, kenaikan ini untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dari ketidakpastian global, serta langkah pre emptive dan untuk memitigasi dampaknya terhadap imported inflation

 “Sehingga inflasi akan tetap dalam sasaran tiga plus minus satu persen pada sisa tahun 2023 dan 2,5 plus minus satu persen pada tahun 2024," tutur Perry.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.