Sukses

Amman Mineral Internasional Catat Produksi Tembaga Susut 36 Persen pada Semester I 2023

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mengalami berbagai tantangan eksternal yang pengaruhi produksi tembaga dan emas pada semester I 2023.

Liputan6.com, Jakarta - PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencatat produksi 134 juta ton tembaga hingga semester I 2023. Produksi tembaga ini turun 36 persen dari periode sama tahun lalu 209 juta ton tembaga.

Sementara itu, produksi emas tercatat 172 kilo ons emas pada semester I 2023. Produksi emas turun 51 persen dari periode sama tahun sebelumnya 350 kilo ons emas.

Pada semester I 2023, operasi pertambangan Amman Mineral Internasional secara efisien dan berada pada jalur yang tepat untuk menyamai angka total metrik ton yang ditambang pada tahun fiskal 2022 meski terdapat beberapa tantangan eksternal.

Dari Oktober 2022-April 2023, tambang Batu Hijau mengalami curah hujan yang sangat tinggi dan belum pernah terjadi sebelumnya sehingga menyebabkan tertundanya penambangan bijih segar dari fase 7.

Akibatnya, penambangan dialihkan sepenuhnya ke pengupasan batuan penutup fase 8, sehingga akan dapat mempercepat akses menuju bijih segar fase 8 dari jadwal awal.

Setelah musim hujan berlalu dan musim kemarau dimulai, perseroan meningkatkan pemompaan air pit sehingga dapat mengakses bijih fase 7 dengan kadar tinggi lebih cepat dari rencana awal pada Juli 2023.

“Pemroses tembaga terus berlangsung dengan kapasitas penuh sepanjang semester I 2023, meskipun terjadi penundanaan dalam penambangan bijih fase 7 dan pengapalan produk. Kami berhasil memproduksi 134 juta pon tembaga dan 172 kilo ons emas pada semester I 2023, yang mencerminkan ketahanan operasional bisnis kami,” ujar Direktur Utama Amman Mineral Internasional, Alexander Ramlie, seperti dikutip dari keterangan resmi, Sabtu (30/9/2023).

Ia menuturkan, perseroan mengatasi berbagai tantangan eksternal dan tetap optimalkan penggunaan mesin dan peralatan. Lokasi tambang perseroan alami curah hujan tinggi yang hampir dua kali lipat rata-rata tahunan historis, selama hampir tujuh bulan dari Oktober 2022-April 2023.

“Selama kami tidak dapat mengakses bijih segar dari Fase 7, kami fokus pada proses pengupasan batuan penutup Fase 8 untuk mengoptimalkan operasi kami,” ujar Alexander.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penjualan Tembaga

Ia menambahkan, saat mulai beralih ke musim kemarau, pihaknya meningkatkan pemompaan air pit sehingga dapat akses bijih segar dengan target produksi yang ditetapkan sebelum initial public offering (IPO) atau penawaran saham perdana untuk2023.

"Kami akan terus fokus pada peningkatan operasional dan tetap berkomitmen terhadap praktik berkelanjutan dalam aktivitas pertambangan, pemrosesan, dan pemurnian,” ujar dia.

Adapun AMMAN memiliki posisi strategis untuk memanfaatkan peningkatan permintaan tembaga di dunia, yang sangat penting bagi transisi ke energi bersih dan berkelanjutan.

“Kami bertekad untuk terus mendukung pengembangan hilirisasi sebagai agenda strategis pemerintah, serta memberdayakan masyarakat sekitar,” kata dia.

Sementara itu, pada semester I 2923, penjualan tembaga AMMAN mencapai 76 juta pon dengan harga jual rata-rata USD 4,48 per pon dan penjualan emas sebesar 119 kilo ons dengan harga jual rata-rata USD 2,004 per ons.

Terjadi penundaan penjualan tembaga dan emas selama empat bulan pada periode tersebut karena berakhirnya izin ekspor AMNT pada Maret 2023. Konsentrat tersebut disimpan di gudang penyimpanan hingga izin ekspor baru diberikan pada Juli 2023.

“Tak lama setelah kami menerima izin tersebut, kami berhasil menjual persediaan empat bulan dalam waktu enam minggu. Antara semester I  2022 dan semester I/2023, harga jual rata-rata tembaga meningkat dari USD 4,23 per pon menjadi USD 4,48 per pon (bersih), sedangkan untuk emas meningkat dari USD 1.852 per ons menjadi USD 2.004 per ons (bersih),” kata dia.

3 dari 4 halaman

Laba Merosot

Perseroan mencatat EBITDA turun 61 persen menjadi USD 336 juta pada semester I 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 871 juta. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan karena tertundanya pemberian izin ekspor serta peningkatan biaya pemrosesan bijih stockpiles dengan kadar lebih rendah.

Margin EBITDA turun menjadi 58 persen dari 63 persen pada periode sama tahun lalu. “Hasil tersebut sesuai dengan perkiraan sebelumnya yang juga sudah dikomunikasikan apda waktu proses IPO,” kata Direktur Keuangan Amman Mineral Internasional Arief Sidarto.

Hingga semester I 2023, perseroan mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk USD 118,804 juta, turun 78,87 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 562,50 juta.

Penjualan perseroan turun 58,13 persen menjadi USD 580,52 juta pada semester I 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,38 miliar.

4 dari 4 halaman

Pengendalian Biaya

Direktur Keuangan Arief Sidarto menuturkan, meski perseroan tak dapat jual konsentrat karena tertundanya pemberian izin ekspor mulai 1 April hingga 24 Juli 2023, perseroan tetap menjaga ketahanan Cinansial dan posisi kas yang sehat selama semester pertama 2023.

"Kami juga berhasil menjual persediaan konsentrat selama empat bulan dalam waktu enam minggu, segera setelah mendapat izin ekspor pada Juli 2023,” ujar dia.

Ia menuturkan, hasil ini menunjukkan pengendalian biaya (cost discipline) dan manajemen keuangan yang bijaksana yang selalu perseroan terapkan.

"Kami tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai hasil semester kedua yang lebih kuat dan mencapai target satu tahun yang lebih baik,” kata dia.

Perseroan menargetkan akan  menyelesaikan lebih dari 70% proyek smelter pada Desember 2023, dengan target penyelesaian mekanis pada Mei 2024

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini