Sukses

Ketegangan Geopolitik hingga Harga Minyak Ciptakan Ketidakpastian

Pasar negara berkembang tidak akan terlindung seluruhnya. Di Indonesia, kondisi makro lebih konstruktif dan tangguh dibandingkan regional.

Liputan6.com, Jakarta - Negara maju saat ini dinilai fokus meredam inflasi.  Ekonom melihat bantuan jangka pendek seiring inflasi tinggi dan kebijakan suku bunga sehingga menimbulkan resesi ringan sebagai puncak inflasi Amerika Serikat tampaknya terjadi pada kuartal III 2022.

Hal itu sebagai bagian dari rangkuman pertemuan tahunan forum investasi Ashmore pertama setelah pandemi COVID-19 yang dihadiri Mantan Menteri Keuangan Indonesia Dr Muhammad Chatib Basri, dan Strategist Asia FI/FX Rohit Arora. Chatib Basri bersama Rohit Arora membagikan pandangan tentang ekonomi global dan ekonomi domestik sebagai pembicara dalam forum tahunan tersebut, dikutip Minggu (7/8/2022).

Di tengah tingkat pengangguran rendah menjadi katalis positif, ekonom melihat bantuan jangka pendek seiring inflasi dan tingkat kebijakan suku bunga menimbulkan resesi ringan sebagai puncak inflasi Amerika Serikat tampaknya terjadi pada kuartal III 2022.

Namun, ketegangan geopolitik dan kenaikan harga minyak akan terus menciptakan ketidakpastian dan dapat menyebabkan beberapa pengalihan pada kuartal mendatang terutama memasuki musim dingin.

Di sisi lain, pasar negara berkembang tidak akan terlindung seluruhnya. Di Indonesia, kondisi makro lebih konstruktif dan tangguh dibandingkan regional.

“Surplus tiga kali lipat antara lain surplus fiskal, surplus neraca perdagangan, dan surplus transaksi berjalan yang dihasilkan dari pemulihan konsumsi domestik dan komoditas lebih tinggi,” demikian mengutip dari Ashmore.

Ashmore menyebutkan, pemerintah Indonesia bagaimana pun akan harus memilih dengan benar untuk membiayai salah satu subsidi bahan bakar dan sembako dalam rangka menjamin stabilitas.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Saham Diharapkan Lebih Unggul

Sementara itu terkait portofolio aset, alokasi asing masuk ke obligasi negara berkembang dan Indonesia kemungkinan tetap, jika tidak, aksi jual jangka pendek karena peningkatan risiko mata uang.

“Stabilitas rupiah mungkin berisiko mengingat siklus pengetatan agresif Amerika Serikat. Tapi kami yakin surplus transaksi berjalan akan dipertahankan seiring harga komoditas akan terus meningkat dalam satu tahun ke depan,” tulis Ashmore.

Kepemilikan obligasi Indonesia saat ini 80 persen lebih dipegang lembaga dalam negeri. Hal ini menjadi alasan ketahanan relatif baik pada imbal hasil dan mata uang. “Obligasi jangka panjang terlihat menarik dalam waktu jangka panjang dibandingkan berjangka pendek,” tulis Ashmore.

Kepemilikan yang merata juga diuntungkan dari likuiditas domestik sehingga memungkinkan defensif dalam kinerjanya. Namun, mengingat pandangan global dengan likuiditas yang mongering, strategi manajemen aktif dinilai akan unggul ketimbang manajemen pasifi.

“Kami berharap saham mengungguli obligasi dalam waktu dekat seperti yang telah terjadi year to date, kami sarankan untuk tetap investasi dan menambah bobot selama pasar alami koreksi,” tulis Ashmore.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 5 halaman

Rilis Data Ekonomi Selama Sepekan pada 1-5 Agustus 2022

Pada pekan ini, sejumlah data ekonomi yang keluar antara lain defisit neraca perdagangan Amerika Serikat mencapai USD 79,6 miliar pada Juni 2022, realisasi ini lebih rendah dari perkiraan pasar USD 80,1 miliar. Dari Eropa, tingkat pengangguran di Eropa mencapai 6,6 persen pada Juni 2022, dan sesuai harapan pasar dan catat rekor rendah.

Di sisi lain, data the Caixin China General Manufacturing PMI turun menjadi 50,4 pada Juli 2022 dari Juni yang sentuh posisi 51,7. Realisasi data manufaktur itu juga lebih rendah dari prediksi pasar 51,5.

Bank sentral Australia menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin menjadi 1,85 persen pada Agustus 2022. Sebelumnya bank sentral Australia sudah menaikkan suku bunga 50 basis poin pada Juni dan Juli, dan 25 basis poin pada Mei 2022.

Dari Indonesia, inflasi Indonesia tercatat menjadi 4,94 persen pada Juli 2022 dari Juni 4,35 persen. Data inflasi itu juga lebih tinggi dari perkiraan pasar di kisaran 4,82 persen. Inflasi ini lebih cepat naik sejak Desember 2014.

4 dari 5 halaman

Pelaku Pasar Respons Positif Langkah The Fed Redam Inflasi

Sebelumnya, pelaku pasar dinilai merespons positif langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) yang kembali menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan akhir Juli 2022.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (31/7/2022), the Fed dongkrak suku bunga 75 basis poin (bps) menjadi 2,25 persen-2,5 persen pada pertemuan Juli 2022. Hal ini mendorong biaya pinjaman ke level tertinggi sejak 2019, dan sesuai harapan pasar. Kenaikan suku bunga acuan ini dilakukan the Fed setelah inflasi sentuh level tertinggi.

Ashmore menilai, langkah the Fed tersebut direspons positif oleh pasar karena menunjukkan keseriusan the Fed untuk meredam inflasi hingga batas tertentu.

Dalam pidatonya, ketua the Fed Jerome Powell menyebutkan the Fed terbuka dengan potensi trade-off dari tingkat pengangguran lebih tinggi dan inflasi lebih rendah pada masa depan. Hal ini mengingat perkiraan pengangguran berdasarkan kenaikan harga akan tetap rendah secara historis.

"Pasar menerima berita ini secara positif, tampaknya dengan the Fed menangani inflasi dengan kebijakan agresif, aman untuk menghilangkan sentimen negatif dan fokus kembali pada kunci faktor fundamental pasar,” tulis Ashmore.

Imbal hasil obligasi Indonesia sedikit naik dan saham mengalami kenaikan berturut-turut seiring berita tersebut. Ashmore menilai, hal itu tidak mengejutkan seiring data ekonomi Indonesia yang positif.

Indeks kepercayaan konsumen Indonesia tetap tinggi selama dua bulan berturut-turut pada posisi 128, bertepatan dengan peningkatan kedatangan wisatawan 1,382 persen setelah Indonesia kembali dibuka untuk turis asing.

 

 

 

5 dari 5 halaman

Indikator Makro Ekonomi

Sementara itu, indikator makro ekonomi antara lain cadangan mata uang yang meningkat, pertumbuhan kredit 10,66 persen, tertinggi sejak 2019.

Kemudian surplus perdagangan USD 5 miliar, dan investasi investor asing tumbuh 39,7 persen pada kuartal II 2022. Dengan data ekonomi itu, pasar saham Indonesia masih mencatat kinerja terbaik year to date (ytd). IHSG sudah naik 5,62 persen ke posisi 6.951,12 hingga perdagangan Jumat, 29 Juli 2022. IHSG berada di posisi pertama di Asia dan Asia Pasifik.

“Namun, kami melihat perbaikan dan pemulihan structural ini masih belum lengkap,” kata dia.

Di sisi lain, Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan 3,5 persen. Hal ini memberikan pesan terbuka untuk investasi, dan Ashmore tetap rekomendasi saham dibandingkan dengan obligasi.

Selain the Fed kerek suku bunga, sejumlah rilis data ekonomi yang keluar pekan ini antara lain the economic sentimen indicator (ESI) di area Euro turun menjadi 99 pada Juli 2022, dan terendah sejak Februari 2021.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.