Sukses

Bursa Saham Asia Beragam, Investor Menanti PDB China

Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Senin, 17 Januari 2022 seiring investor menanti PDB China.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia-Pasifik bervariasi pada Senin (17/1/2022) jelang pengumuman data ekonomi dari China termasuk terkait Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal IV 2021.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 beranjak naik 0,79 persen pada awal perdagangan. Indeks Topix juga menghijau dengan menguat 0,57 persen.

Beberapa saham besar negeri kanguru juga mayoritas mengalami tren positif. Indeks ASX 200 naik 0,11 persen. Subindeks sektor keuangan naik 0,33 persen dan sektor saham energi meroket 1,15 persen.

Sayangnya, bursa saham Korea Selatan justru mengalami banyak yang tersendat naik. Indeks Kospi tergelincir 0,5 persen dan Kosdaq turun setidaknya 0,4 persen.

Kondisi di bursa saham Asia sejatinya mengikuti akhir yang juga beragam dari bursa Amerika Serikat atau wall street pada Jumat, 14 Januari 2022. Pekan lalu, wall street mencatatkan sebagai minggu negatif kedua berturut-turut sejak memulai perdagangan pada 2022.

"Pasar bereaksi defensif terhadap data ekonomi AS yang mengecewakan untuk Desember. Hal ini karena penjualan ritel turun tajam dan produksi manufaktur menurun.Ini merupakan imbas dilanda tiga kali lipat inflasi tinggi, kekurangan pasokan yang sedang berlangsung dan Omicron,” tulis analis ANZ Research dalam catatan, dilansir dari laman CNBC, Senin (17/1/2022).

Analis ANZ Research pun berharap The Fed segera merevisi perkiraan inflasi dan panduan suku bunga untuk bulan-bulan mendatang pada pertemuan minggu depan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sentimen dari Lesunya Ekonomi China

Para ekonom memperkirakan data dari Beijing yang intisarinya adalah terjadi perlambatan ekonomi terbesar kedua dunia.

Situasi ini sebagian disebabkan karena tindakan ketat regulator China sebagai upaya antisipasi penyebaran COVID-19 varian omicron, masalah di sektor properti yang tak kunjung usai dan tingkat konsumsi masyarakat lesu. Rencananya rilis ini akan dipublikasikan pada Senin, 17 Januari 2022.

Jajak pendapat Reuters menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) China kemungkinan tumbuh 3,6 persen pada kuartal Oktober – Desember dari tahun lalu . Saat itu laju terlemah sejak kuartal kedua 2020 dan melambat lebih dari 4,9 persen pada kuartal Juli-September.

Pekan lalu, bank investasi AS Goldman Sachs memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China 2022  dari 4,8 persen menjadi 4,3 persen.

3 dari 3 halaman

Mata Uang dan Harga Minyak

Di pasar mata uang, dolar AS diperdagangkan 0,08 persen lebih tinggi pada 95,243 terhadap sekeranjang rekan-rekannya. Usai pekan lalu naik dari level dekat 94,87.

"Dolar bisa tetap berat minggu ini dan menuju ke 94,11,” kata analis dari Commonwealth Bank of Australia dalam catatan Senin (17/1/2022).

Mereka juga mencatat tidak ada rilis data ekonomi yang relevan dengan kebijakan minggu ini atau pidato terjadwal dari pejabat Fed yang dapat mempengaruhi harga pasar untuk kenaikan suku bunga bank sentral AS.

 “Kami juga perkirakan pasar akan terus dukung kenaikan suku bunga pada Maret. Pada saat yang sama, pandangan omicron tidak mungkin menggagalkan pemulihan ekonomi global menjadi beban pada siklus USD,” ujar Analis CBA.

Adapun Yen Jepang diperdagangkan 114,38 per dolar AS. Harga minyak menguat pada jam perdagangan di Asia. Harga minyak mentah AS naik 0,69 persen menjadi USD 84,4 per barel.

 

Reporter: Ayesha Puri

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.