Sukses

Mitratel Siapkan 4 Strategi untuk Jaga Tren Pertumbuhan

Ada empat strategi yang akan dijalankan Mitratel untuk tangkap peluang pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) yang bergerak di bisnis menara telekomunikasi memiliki empat strategi yang akan dijalankan pada 2022 untuk jaga tren pertumbuhan.

Berdasarkan riset terbaru Google, Temasek, dan Bain & Company yang dirilis akhir tahun lalu menyebutkan valuasi ekonomi digital Indonesia tumbuh 49 persen sepanjang 2021 menjadi USD 70 miliar dari sebelumnya USD 47 miliar pada 2020. 

Melihat prediksi ekonomi digital Indonesia yang akan terus melesat dalam beberapa tahun ke depan, Theodorus Ardi Hartoko atau yang akrab disapa Teddy, Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk menegaskan, pihaknya tidak akan melewatkan kesempatan tersebut. 

Untuk menjaga tren pertumbuhan pada 2022, Teddy menuturkan, setidaknya ada empat strategi yang akan dijalankan Mitratel. 

Pertama, memperbesar kontribusi pertumbuhan bisnis organik dengan cara menggenjot layanan built to suit (B2S) dan kolokasi menara dari operator jaringan seluler (MNO) yang menjadi klien perusahaan. 

Kedua, melanjutkan aksi merger dan akuisisi (M&A) aset menara dari Telkomsel maupun mengakuisisi saham perusahaan menara yang lebih kecil.  Kemudian yang ketiga, Mitratel akan melakukan ekspansi dengan menyediakan beberapa layanan baru.

“Saat ini kami tengah mengambangkan portfolio layanan Infrastruktur digital lengkap bagi operator. Termasuk dengan melakukan fibersisasi menara, mengaplikasikan Infrastruktur as a service sehingga kami bisa menyediakan jaringan IoT bagi pelanggan non-MNO, serta ekspansi ke penyediaan small cells sehingga bisa memberikan solusi Infrastruktur untuk pemanfaatan 5G," ujar Teddy dalam acara Media Gathering di Jakarta, Senin (10/1/2022). 

Dia menuturkan, dengan kemampuan pendanaan baik dari hasil penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) senilai lebih dari Rp 18 triliun, serta leverage dan biaya utang (cost of debt) terendah dibanding operator lainnya, Mitratel optimistis menyambut setiap peluang yang ada pada 2022.

Terakhir, Mitratel akan terus meningkatkan efisiensi belanja modal (capex) dan biaya operasional (opex) perusahaan sehingga bisa meningkatkan profitabilitas serta menambah arus kas.

Sebelumnya, pada November 2021 lalu, Mitratel melangsungkan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) dengan jumlah sebanyak 23.493.524.800 lembar saham dan resmi mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham MTEL. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mitratel Bangun 516 Site

Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) berkontribusi dalam program pembangunan Base Transceiver Station (BTS) blankspot di daerah Terpencil, Terluar, dan Tertinggal (3T).

Melalui program BTS 3T, Mitratel menjangkau pelosok Indonesia dengan membangun ratusan menara telekomunikasi dan puluhan menara transmisi backbone.

Direktur Bisnis Mitratel, Noorhayati Candrasuci, pembangunan BTS daerah blankspot 3T merupakan upaya untuk pemerataan layanan telekomunikasi bagi seluruh lapisan masyarakat bekerja sama dengan BAKTI. Program BTS blankspot lastmile BAKTI dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo nomor 25 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi dan Informatika.

"Program pembangunan BTS 3T ini adalah untuk menyediakan konektivitas telekomunikasi antar wilayah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat mengakses layanan telekomunikasi dan data secara adil dan merata di wilayah NKRI,” ujar Candrasuci dalam keternagan yang diterima Liputan6.com, Kamis, 9 Desember 2021.

Saat ini, Mitratel telah membangun lebih dari 516 site BTS perbatasan di seluruh Indonesia. Adapun jumlah site terbanyak yang dikerjakan oleh Mitratel berada di wilayah Maluku dan Papua, yaitu sebanyak 364 site atau sebesar 70 persen dari semua site yang telah dibangun Mitratel.

Selain peran serta strategis di BTS perbatasan, Mitratel juga berperan dalam pembangunan lebih dari 60 menara transmisi backbone, khususnya di Papua dan Natuna.

Mitratel memiliki jangkauan layanan yang luas dan ekosistem bisnis telekomunikasi yang lengkap, serta memiliki rekam jejak nasional yang kuat di seluruh wilayah Indonesia. Mitratel berkomitmen untuk mendukung penuh pemerataan ekonomi dan akses internet hingga ke pelosok negeri.

"Kehadiran Mitratel diharapkan dapat mendukung akselerasi digitalisasi bangsa demi menghadapi era 5G dan mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu menjadi salah satu negara dengan ekonomi digital terbesar khususnya di Asia Pasifik pada tahun 2025," ujar Candrasuci.

Selain pengelolaan menara telekomunikasi dengan jumlah lebih dari 28.000 yang tersebar di seluruh Indonesia, Dayamitra Telekomunikasi juga melakukan ekspansi portfolionya.

Pengembangan bisnis utamanya untuk  memaksimalkan  ekosistem menara telekomunikasi dalam mendukung pertumbuhan infrastruktur digital di kemudian hari seperti fiberisasi maupun pemanfaatan space menara telekomunikasi untuk layanan digital.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.