Sukses

4 Tradisi Unik di Surabaya yang Mulai Memudar

Saat berkunjung ke Surabaya, sempatkan untuk berburu deretan tradisi unik nan langka ini agar dapat memperoleh pengalaman berwisata yang berbeda dan menyenangkan.

Liputan6.com, Surabaya - Surabaya memiliki sejumlah tradisi unik yang beragam. Wisata budaya dan tradisi tersebut sebenarnya masih bertahan, tetapi beberapa di antaranya mulai jarang ditemui.

Saat berkunjung ke Surabaya, sempatkan untuk berburu deretan tradisi unik nan langka ini agar dapat memperoleh pengalaman berwisata yang berbeda dan menyenangkan. Mengutip dari berbagai sumber, berikut deretan tradisi unik Surabaya yang mulai memudar:

1. Gulat Okol

Gulat okol merupakan tradisi sekaligus seni pertunjukan yang menampilkan permainan gulat layaknya sumo. Tradisi ini dimainkan oleh dua orang di atas tumpukan jerami.

Salah satu yang berhasil menjatuhkan lawan, maka akan menjadi pemenang. Umumnya, tradisi ini digelar saat musim kemarau sebagai salah satu ritual memanggil hujan.

2. Larung Ari-Ari

Berbeda dengan kebiasaan masyarakat lain yang memendam ari-ari, warga di kawasan pesisir Surabaya justru memiliki tradisi unik larung ari-ari ke lautan. Mereka percaya, melarung ari-ari bayi ke lautan akan memberikan rezeki melimpah untuk orang tua dan anak.

Tradisi ini diawali dengan melakukan upacara sederhana di rumah. Selanjutnya, orang tua dari sang anak akan menyanyikan semacam tembang Jawa sembari menuju lautan untuk melarung ari-ari dari bayi yang baru saja lahir.

3. Sedekah Bumi

Masyarakat Surabaya juga memiliki tradisi sedekah bumi yang digelar di kawasan Sambikerep. Dengan melakukan sedekah hasil bumi, warga berharap akan diberi rezeki melimpah dan dijauhkan dari bahaya.

Masyarakat akan berebut sayuran yang dibuat menjadi gunungan besar. Mereka percaya, jika memakan hasil bumi dari sedekah ini akan memberikan banyak sekali rezeki.

4. Undukan Doro

Undukan doro adalah tradisi yang melibatkan hewan cantik burung dara atau merpati. Tradisi ini sudah dilakukan masyarakat Surabaya sejak puluhan tahun lalu.

Mereka akan berkompetisi menerbangkan merpati yang dimiliki. Biasanya kompetisi itu diikuti merpati jantan, sedangkan merpati betina digunakan sebagai pancingan.

 

Penulis: Resla

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.