Sukses

Apa yang Harus Dilakukan Pemilih Pemula, Ini Pandangan dari Pakar Hukum

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie SH berharap agar pemilih pemula memilih pemimpin secara cerdas, logis, mempergunakan kekuatan nurani serta imaginasinya akan masa depan bangsa.

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang pemilihan umum (pemilu) 2024, guru besar hukum tata negara Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie SH berharap agar pemilih pemula memilih pemimpin secara cerdas, logis, mempergunakan kekuatan nurani serta imaginasinya akan masa depan bangsa.

"Pemilih pemula harus cerdas dan cerdik untuk memilih pemimpin yang siap untuk caring (perhatian), contributing (berkontribusi), sharing (berbagi) dan giving (memberi) atau secara umum memiliki kualitas kasih," tandas Jimly Asshiddiqie disela-sela seminar nasional yang digelar oleh Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan diunggah di akun media sosial YouTube yang dikutip pada Rabu (7/6/2023).

Dalam seminar nasional dengan tema "Pemilih Cerdas, Pemilu Demokratis: Pendidikan Politik Bagi Kaum Milenial Selaku Pemilih Pemula" Jimly mengimbau kepada pemilih pemula agar tidak menjadi golput atau tidak memilih mengingat kedaulatan berada di tangan rakyat.

Jimly yang menyampaikan pemaparannya selama kurang lebih 45 menit di hadapan para mahasiswa UKI serta praktisi hukum lainnya juga menjelaskan kepada pemilih pemula agar mencari tipe pemimpin yang memiliki karakter seperti seorang guru.

"Carilah pemimpin yang memiliki karakter seperti guru yang merupakan representasi dari digugu dan ditiru. Pemilih pemula selain mencari pemimpin yang seperti guru juga harus mencari pemimpin yang memiliki kualitas, integritas serta memiliki sikap kenegarawanan dan kebangsawanan," tandas Jimly.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pikiran dan Nurani

Dalam seminar nasional yang dibuka oleh Dekan fakultas hukum UKI Hendri Jayadi Pandiangan yang menegaskan bahwa sebagai pemilih pemula dari masyarakat akademik harus menggunakan pikiran dan nurani agar tidak dibodohi oleh kampanye kampanye partai politik yang sifatnya membodohi rakyat.

Gubernur Kalimantan tengah periode 2005-2015 yang saat ini menjadi Anggota DPD RI, Dr Agustin Teras Narang SH yang turut menjadi pembicara juga menyampaikan pandangannya terkait pemilih pemula.

Menurut Teras pada Pemilu 2024 nanti dari sebuah survei akan didominasi oleh kaum generasi Z dan milenial yang rentang usianya 17-39 tahun atau mendekati 60 persen jumlah pemilih.

"Dari hasil survei tersebut terlihat jelas bahwa pemilih pemula mendominasi jumlah pemilih pada Pemilu 2024 nanti. Sementara itu dari hasil survei CSIS, pemilih muda pemula cenderung memilih pemimpin yang jujur dan tidak korupsi dengan persentase sebesar 34,8 persen," jelas Teras Narang.

Banyaknya pemilih pemula pada pesta demokrasi 2024 nanti, Agustin Teras Narang yang juga merupakan dosen fakultas hukum UKI memberikan beberapa tips kepada pemilih pemula.

Adapun beberapa tips tersebut meliputi pastikan pemilih pemula telah masuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada 14 Febuari 2024, gunakan smart phone untuk menelusuri informasi terkait kandidat pemimpin, ikuti seputar Pemilu 2024 melalui berbagai medsos, pilih pemimpin yang lebih sedikit kekurangannya serta hindari golput.

Pembicara lain seperti Ir. Nelson Simanjuntak, SH, MH yang merupakan Dosen Fakultas Hukum UKI menyampaikan juga pesan yang kuat tentang harapan pemilu kedepan. "Adapun harapan itu yakni terpilihnya pemimpin dan wakil rakyat yang mumpuni dan berpihak pada masyarakat lemah, menguatkan pemilih muda dan cerdas, menguatkan anti politik uang dan menguatkan politik dan diskursus di era demokrasi," papar Nelson.

Selain itu Ir. Dohardo Pakpahan Kabag hubungan antar lembaga KPU menyampaikan bagaimana peranan KPU sebagai ujung tombak penyelenggaraan pemilu yang mengharapkan pemilih pemula ikut berperan aktif secara cerdas dalam pemilu 2024.

Seminar nasional yang dihadiri para praktisi hukum serta merupakan kolaborasi antara Fakultas Hukum UKI dengan Fakultas Fisipol tersebut ditutup oleh Dekan Fakultas Fisipol UKI Dr Verdinand Robertua.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.