Sukses

Anak-Anak, Berikut Cara Menyelamatkan Diri Saat Gempa Bumi

Simulasi Kebencanaan terutama Gempa Bumi terus disosialisasikan agar dapat mengurangi risiko korban jiwa jika terjadi bencana di wilayah Gunungkidul.

Liputan6.com, Gunungkidul - Belum lama ini, pada Jumat (14/4/2023), di wilayah Jawa khususnya Tuban, Jawa Timur terjadi gempa bumi dengan magnitudo 6,6. Gempa terjadi sekitar pukul 16.55 WIB berlokasi di 6.29 LS,111.92 BT atau 68 km Barat Laut Tuban.

Gempa dirasakan hampir di seluruh Jawa hingga menyebar ke beberapa pulau lainnya. Meski belum ada laporan kerusakan atas kejadian tersebut, kejadian ini sempat membuat warga panik meski BMKG menyebut bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Yuni Dwi Trisnowati, Staf Data dan Informasi Stasiun Geofisika Sleman menyampaikan bahwa letak geografis Indonesia yang berada di Cincin Api Pasifik serta tumbukan lempeng Indo-Australia, menjadikan salah satu negara yang memiliki aktivitas seismik paling aktif di bumi. Hal ini ditandai dengan seringnya terjadi Gempa Bumi.

Setidaknya, ada 500 aktivitas kegempaan dengan magnitudo bervariasi, baik ringan hingga besar. Atas kejadian itu, simulasi penyelamatan saat terjadi gempa akan sangat penting untuk mengurangi risiko jatuhnya korban jiwa.

"Aktivitas gempa di Indonesia sekarang ini memiliki frekuensi yang tinggi, maka perlunya pemahaman terkait apa saja yang harus dilakukan melalui simulasi-simulasi. Bahkan, untuk anak-anak usia dini juga tak kalah penting mendapatkan simulasi," kata Yuni.

Sementara itu, Fasilitator Forum Penanggulangan Resiko Bencana (FPRB) BPBD Gunungkidul, Surisdiyanto mengatakan bahwa simulasi dilakukan mengingat tahun 2006 lalu wilayah Yogyakarta mengalami gempa dengan magnitudo 5,6. Atas kejadian tersebut, setidaknya ada ribuan jiwa menjadi korban.

Maka dari itu, simulasi gempa terus dilakukan agar dapat mengurangi risiko korban jika terjadi gempa bumi melanda wilayah Gunungkidul. Bukan hanya untuk kalangan keluarga di tingkat kelurahan, dunia pendidikan dari SD hingga SMA juga harus menjalankan simulasi gempa agar mengetahui langkah cepat dan tepat saat terjadi gempa.

"Untuk simulasi kali ini di TK PKK Catur Tunggal Kalurahan Kemadang, Tanjungsari, Gunungkdiul, kita menyasar siswa siswi beserta wali siswa, dan guru," terang Suris senin (17/4/23).

Suris menjabarkan bahwa simulasi penyelamatan diri saat gempa bumi diajarkan kepada warga sejak dini karena bencana memakan korban tidak mengenal umur. Lebih lanjut, Suris merinci apa saja yang diajarkan kepada anak-anak dalam simulasi tersebut adalah sebagai berikut.

Saat di Sekolah

  1. Tidak panik begitu merasakan gempa.
  2. Hindari benda-benda yang mudah terjatuh. Contohnya,  proyektor yang tergantung di langit-langit atau benda-benda yang diletakkan di atas lemari.
  3. Hindari berada di sebelah kaca.
  4. Sangat penting untuk melindungi kepala-leher-dada. Lakukan mekanisme drop-cover-hold (merunduk-berlindung-bertahan). Anda bisa mengajarkan mereka untuk sembunyi di bawah meja dan memegang erat kaki meja dengan kedua tangan.
  5. Jika tidak ada meja di dekatnya, merunduklah dan bertahan di tempat lain seperti di bawah kusen pintu.
  6. Jika tidak ada apapun, gunakan buku tebal atau tas untuk melindungi kepala.
  7. Selalu waspada, dengarkan baik-baik dan ikuti instruksi guru untuk keluar perlahan, rapi dan tidak panik.
  8. Setelah berhasil dari dalam gedung kelas atau sekolah, segera berkumpul di tempat berkumpul darurat.

 Saat di Indoor Playground

  1. Tidak panik begitu merasakan gempa.
  2. Hindari di dekat kaca maupun benda-benda tergantung atau tersimpan di atas.
  3. Selalu merunduk, lindungi kepala-leher-dada dan bertahanlah.
  4. Keluar gedung dengan tangga darurat. Jangan menggunakan lift.
  5. Ikuti instruksi dari petugas keamanan playground atau yang berwenang.
  6. Begitu bisa keluar dari ruangan bermain, segera berkumpul di tempat berkumpul darurat.

Saat di Outdoor Playground

  1. Tidak panik begitu merasakan gempa.
  2. Merunduk dan lindungi kepala-leher-dada.
  3. Hindari pepohonan, tiang listrik atau benda-benda lain yang berpotensi roboh menimpa tubuh.
  4. Segera berkumpul di tempat berkumpul darurat.

Jika ada anak yang terjebak reruntuhan saat terjadi gempa, Suris menuturkan, orangtua memastikan bahwa anak-anak dapat melakukan hal-hal berikut:

  1. Ajarkan anak agar tetap terdengar atau terlihat.
  2. Ajarkan untuk membuat bunyi-bunyian saat terjebak.
  3. Ajarkan anak mengenali lingkungan timpat tinggal atau wilayah.
  4. Usahakan untuk tidak teriak agar tidak kehausan dan keletihan.

"Jika keadaan darurat dan terjebak reruntuhan dan tidak dapat jalan keluar, hal hal tersebut harus diajarkan kepada anak. Dan bisa juga diajarkan sandi-sandi untuk mudah ditemukan," jelasnya.

Suris menambahkan, biasanya anak-anak yang lebih muda bisa jadi punya pikiran untuk menyelamatkan dan turut serta menyelamatkan mainan kesayangan mereka. Untuk mengantisipasi hal tersebut, beri mereka pemahaman bahwa yang harus diutamakan adalah keselamatan dan nyawa manusia.

"'Betapa sedihnya jika sampai bapak ibu kehilangan kamu', informasikan hal tersebut terus menerus kepada mereka agar lebih memahami pentingnya keselamatan," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.