Sukses

Tradisi Bikin Dodol di Bangkalan Saat Wanita Hamil Bersamaan dalam Satu Keluarga

Dodol harus dibagikan sampai habis ke orang yang lewat.

Liputan6.com, Bangkalan Dua hari lalu, di sebuah pertigaan jalan Desa Lantek Barat, sekelompok 'emak-emak' sedang bergotong-royong membuat dodol, Sabtu (10/9).

Setelah camilan manis yang terbuat dari adonan tepung ketan, gula merah, dan santan itu jadi dan dipotong-potong, lantas dibagikan sampai habis kepada siapa saja yang melintas di pertigaan jalan itu.

"Dodol ini untuk menolak sial," Nafiyeh (49), warga yang punya gawe pembuatan dodol itu.

Dalam tradisi masyarakat di desa yang terletak di Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan itu, ada kepercayaan bila perempuan hamil bersamaan dalam satu keluarga besar, maka salah satu bayi bisa terkena sial.

Agar semua perempuan yang hamil itu bisa melahirkan bayinya dengan selamat, keluarga mereka dianjurkan membuat dodol sebagai penangkal. Untuk pemilihan lokasinya sengaja di pertigaan jalan, semata agar mudah dibagikan.

"Saat ini, dalam keluarga besar kami ada tiga perempuan yang hamil bersamaan, agar semua melahirkan selamat, ada tradisi leluhur agar membuat dodol," Nafiyeh menjelaskan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dodol Hanya Simbol

Kesialan yang dikhawatirkan itu bersifat umum. Itu bisa berupa keguguran, mati saat persalinan, atau sakit-sakitan selama kehamilan. Maka, membagikan dodol diharapkan bisa mencegah datangnya berbagai keburukan itu.

"Setelah dodol jadi, mereka yang hamil harus memakannya walaupun sedikit, selebihnya diberikan ke orang lain," kata Imam Faiq, suami dari Qurrota A'yun, satu dari tiga perempuan yang hamil itu.

Bagi Imam, dodol hanyalah simbol dari sedekah yang dalam ajaran Islam memang bisa mencegah datangnya berbagai keburukan, membuka pintu rezeki, dan membuat damai kehidupan.

"Rezeki itu tak hanya uang, bayi yang lahir dengan selamat dan sehat juga adalah rezeki," dia mengungkapkan.

3 dari 3 halaman

Tradisi di daerah lain

Nun jauh di Semarang, ada juga tradisi terkait hamil bersamaan semacam ini. Nanda Septiana, seorang blogger, menceritakan beberapa mitos terkait kehamilan dalam keluarganya.

Suatu kali, dua orang sepupunya, mereka kakak beradik, hamil bersamaan. Dalam tradisi mereka, bila saudara kandung hamil bersamaan, maka si kakak harus membuka dagangan kecil-kecilan di rumahnya.

Maka, si kakak menjadi pedagang dadakan. Ia kulakan aneka dagangan kemudian dipajang layaknya orang jualan sungguhan. Dalam tradisi ini, hanya si adik menjadi satu-satunya pembeli.

"Bila tak melakukannya, dikhawatirkan salah satu dari mereka, bayinya akan mengalami sesuatu yang membahayakan si jabang bayi," tulis Nanda dalam blognya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini