Sukses

Mengintip Ritual Motolohuta, Memberi Makan Arwah Gentayangan di Gorontalo

Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan dihuni banyak keanekaragaman budaya, etnis, agama hingga adat istiadat dan tradisi.

Liputan6.com, Gorontalo - Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan dihuni banyak keanekaragaman budaya, etnis, agama hingga adat istiadat dan tradisi. Maka tak heran jika di setiap daerah memiliki budaya dan karakteristik yang berbeda.

Seperti halnya yang ada di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Provinsi Gorontalo. Di sini terdapat ritual tua yang dikenal dengan motolohuta atau memberi makan makhluk gaib.

Motolohuta merupakan upacara penyajian kepada arwah para leluhur yang sudah lama meninggal. Arwah itu dipercaya memang sudah gentayangan sejak mereka meninggal.

Bahkan, ritual ini memang sudah dikenal sejak lama dan sudah turun temurun hingga saat ini. Biasanya, dalam ritual ini seluruh penduduk kampung menyediakan bahan makanan hasil bertani dan beternak sebagai sesajen.

Sesajen itu kemudian dikumpulkan di satu tempat yang memang sudah menjadi lokasi mahluk gaib untuk makan. Di Sebuah pohon beringin besar yang sudah sudah hidup kurun waktu puluhan tahun.

Sebelum disajikan, makanan itu dimasak oleh warga kampung di sekitar pohon besar tersebut, ukuran makanan pun berbeda-beda tergantung untuk siapa makanan itu. Biasa ukuran paling besar adalah untuk sang raja makhluk gaib.

"Ukuran berbeda, beda-beda, contoh potongan daging ayam besar itu dikhususkan untuk sang raja setan atau penguasa wilayah," kata Kadu Engi, sesepuh dalam ritual tersebut Kepada Liputan6.com.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Simak Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengatur Arwah Gentayangan

Menurutnya, ritual ini merupakan pemberian makan pada mahluk gaib yang gentayangan. Biasanya, jika makhluk ini sudah lapar ditandai dengan banyaknya warga kampung yang mulai sakit-sakitan.

"Biasanya kalau mereka lapar, mereka pasti mengganggu warga kampung hingga dibuat sakit," tuturnya.

"Ritual ini biasanya dilaksanakan sekali dalam setahun, yah, tergantung jika mulai ada tanda-tanda maka kita segera laksanakan," ungkapnya.

Tidak hanya itu kata Kadu, ritual ini sebagai bentuk upaya untuk mengatur roh gentayangan. Dirinya percaya, orang yang mati gentayangan bisa jadi arwahnya berkeliaran.

"Nah, dengan ritual ini mereka akan diatur agar tidak mengganggu manusia," ungkapnya.

Saat ritual berlangsung, warga kampung tidak bisa ribut dan keluar rumah. Sebab, ketika ini dilanggar, maka akan berakibat fatal pada orang tersebut.

“Pokoknya saat ritual warga kampung harus tenang, tidak bisa keluar rumah, Jika keluar rumah dan ribut, maka ditakutkan akan ditabrak makhluk gaib, karena mereka saat itu tengah berpesta,” ujarnya.

 

 

3 dari 3 halaman

Tradisi Tua

Ditempat yang sama, Noval Gani warga setempat mengatakan, jika ia tidak pernah melawati upacara ritual tua tersebut. Sebab, ritual ini sudah dikenalnya sejak lama, saat dirinya masih kecil.

"Saya datang untuk mengambil air yang sudah didoakan saat ritual. Agar kami tidak akan diganggu oleh arwah gentayangan," kata Noval.

"Sudah lama saya mengenal ini. Kalau dilihat dari sisi positif, ini bukan syirik tapi ini merupakan tradisi leluhur kami," ia menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.