Sukses

Menelisik Muasal Covid-19 di DPRD Jabar, Klaster Keluarga?

Sejak tanggal 11 Januari 2021, DPRD Provinsi Jabar telah memberlakukan kebijakan work from home (WFH) sejak paparan Covid-19

Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 24 staf setwan (sekretariat dewan) dikabarkan terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka kini diarahkan untuk melakukan isolasi di Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD), Kota Bandung.

Kabar itu disampaikan oleh Kabag Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Jabar, Yedi Sunardi. Ia mengatakan, mereka diketahui terpapar Covid-19 dari hasil tes swab PCR yang dilakukan Selasa, 12 Januari 2021. Adapun, hasil tes diterima Jumat, 15 Januari 2021.

"Benar (positif). PNS dan Non PNS. Mereka diarahkan isolasi di Secapa. Rinciannya belum jelas tapi jumlahnya 24 semuanya," katanya saat dihubungi, Jumat (15/1/2021).

"Bukan Anggota (dewan). Semua yg positif itu staf Setwan," imbuhnya.

Yedi mengungkapkan, sejak tanggal 11 Januari 2021, DPRD Provinsi Jabar telah memberlakukan kebijakan work from home (WFH). Hanya ada 25 persen saja yang berkantor.

Kunjungan pun dibatasi hanya untuk lima orang. Mereka yang berkunjung, katanya, wajib menerapkan protokol kesehatan dan menunjukkan hasil pemeriksaan Covid-19 yang masih berlaku.

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belum ada Rencana Ditutup

Yedi menegaskan, pintu masuk Gedung DPRD juga telah dilengkapi dengan alat pendeteksi otomatis, maka tak sembarang orang bisa keluar masuk gedung. Gedung DPRD, sambung Yedi, hanya bisa dimasuki oleh yang memiliki kartu akses saja.

"Kalau yang bertugas luar selalu dicek dahulu, apakah swab atau rapid antigen," tuturnya.

Diakui Yedi, terkait penyebab masih belum dapat diketahui secara pasti. Namun, dugaannya, kasus keterpaparan tersebut bermula dari klaster keluarga.

"Tampaknya berawal dari klaster keluarga," katanya.

Adapun, saat disinggung rencana penutupan sementara, Yedi belum memberikan jawaban yang tegas.

"Kemungkinan (penutupan) selalu ada, tapi pastinya belum jelas," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.