Sukses

Tragedi Sang Pahlawan Medis, Jenazahnya Ditolak Warga

Makam sudah digali, jenazah sudah datang, namun tiba-tiba dihadang warga dan diusir dari Sewakul Ungaran Barat.

Liputan6.com, Semarang - Nuria Kurniasih, seorang perawat perempuan bertugas di bagian geriatri di RSUP dr Kariadi meninggal dunia. Perawat berusia 38 tahun ini sempat dinyatakan positif terkena corona covid-19.

Menurut Junait, Ketua DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Semarang, perawat tersebut sempat dirawat di ICU RSUP Kariadi satu minggu lebih, Ia mengalami sesak napas, dan menunjukkan ada gejala covid-19.

''Ada gangguan respirasi, jadi ada dugaan corona covid-19. Seminggu lebih dirawat,'' kata Junait.

Jenazah sang perawat kemudian akan dimakamkan di wilayah tempat tinggalnya, yakni Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sewakul, Ungaran Barat. Namun tiba-tiba warga Sewakul menolak kedatangan jenazah tersebut.

Menurut Humas Gugus Tugas Pencegahan Corona Covid-19 Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan, sekelompok orang yang mengaku warga menghadang dan menolak masuknya jenazah.

Berdasarkan penelusuran Liputan6.com, sebelumnya tak ada masalah dan lembaga RT juga sudah sepakat terkait rencana pemakaman tersebut. Petugas penggali kubur juga sudah bekerja menyiapkan lubang di TPU yang masuk wilayah RT 06 RW VIII Sewakul itu

"Entah mengapa, tiba-tiba ada penolakan kedatangan jenazah perawat itu oleh sekelompok masyarakat. Padahal informasi awal dari RT setempat sudah tidak ada masalah,” kata Alex.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

 

Simak Video Sang Perawat Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pak RT Dibully Warganet

Setelah ditolak warga Sewakul, Ungaran Barat, jenazah sang perawat itu akhirnya dimakamkan di pemakaman belakang RSUP Dr Kariadi Semarang. Pemakaman dilakukan sesuai protokol kesehatan dan ditangani tim khusus.

Penolakan pemakaman jenazah perawat ini langsung mendapat respon banyak kalangan. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Semarang dr Elang Sumambar menyebut kemungkinan adanya provokator.

“Paparan kronologis dari Ketua PPNI Jateng dan sumber-sumber lainnya, menunjukkan adanya provokator yang tidak jelas maksudnya,” kata dr Elang.

Menurut Elang, siapapun yang mempengaruhi masyarakat menolak harus mendapatkan pelajaran. Pemerintah daerah Kabupaten Ungaran dan juga polisi serta tentara perlu menelusuri siapa provokator sehingga terjadi kejadian ini.

Ucapan duka cita dan dukungan kepada Sang Perawat pun membanjiri media sosial. (foto: Liputan6.com/FB/edhie prayitno ige)

“Kami juga berharap, teman-teman PPNI menggunakan jalur hukum agar provokator ini mempertanggungjawabkan perbuatannya,” kata Elang.

Perawat yang terpapar ini juga merupakan korban tertular dari pasien. Menurutnya, banyak pasien yang tidak jujur kepada tenaga kesehatan mengenai kondisi mereka, sakit tetapi tidak mengaku sakit misalnya.

JIka tenaga kesehatan mengetahui pasien sakit, pasti sudah menggunakan alat pelindung diri.

“Kalau masyarakat tidak mau, akan makin banyak yang terinfeksi. Tenaga kesehatan yang ada di garda belakang justru paling berbahaya dan akan tumbang semua. Lalu siapa nanti yang mengurus mereka,” kata Elang.

 

3 dari 3 halaman

Akhirnya Minta Maaf

Penolak jenazah tersebut akhirnya dilacak warganet, melalui akun FB. Setelah nomer telepon diketemukan kemudian diumumkan. Melalui nomer telepon itulah kemungkinan sang penolak jenazah yang mengatasnamakan warga mendapat hujatan.

Pria bernama Purbo itu akhirnya meminta maaf secara resmi. Permintaan maaf disampaikan Purbo di samping Ketua DPW PPNI Jawa Tengah, Edy Wuryanto, di kantor PPNI Jateng. Purbo yang merupakan Ketua RT 6 Dusun Sewakul, Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang itu minta maaf kepada keluarga besar almarhumah.

"Saya minta maaf kepada keluarga besar almarhumah yang sempat tidak jadi dimakamkan di Sewakul. Secara pribadi menyesal, saya mohon maaf sekali," kata Purbo, Jumat (10/4/2020).

Purbo mengaku sebagai ketua RT ia mencoba menampung aspirasi warga dan menyampaikan kepada perangkat desa.

"Saya tidak punya daya, kewajiban saya berkoordinasi ke perangkat desa saja. Saya juga meminta maaf kepada perawat seluruh Indonesia," kata Purbo.

Peristiwa meninggalnya perawat dan jenazahnya ditolak warga ini langsung mendapat respon dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Ungkapan duka cita bukan hanya secara verbal, namun juga dilakukan dengan memakai “Pita Hitam di Lengan Kanan” selama bertugas, terhitung mulai 10-16 April 2020.

"Beliau adalah salah satu perawat terbaik di RSUP dr Kariadi Semarang. Kami menyampaikan bela sungkawa sedalam-dalamnya dan memberikan penghormatan setinggi-tingginya sebagai “Pahlawan Kemanusiaan” atas komitmen dan dedikasinya selama memberikan pelayanan kesehatan di garda terdepan yang saat ini sangat dibutuhkan masyarakat untuk melawan pandemik Covid-19," seru Ketua DPW PPNI Jawa Tengah Edy Wuryanto dalam surat edaran yang ditujukan ke pengurus organisasi profesi perawat se -Jateng.

Edy meminta seluruh perawat di Jawa Tengah untuk tetap memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat dengan semangat tulus dan ikhlas. Keselamatan masyarakat sesuai dengan doktrin dan sumpah profesi perawat Indonesia di tengah keterbatasan sarana dan prasarana yang ada saat ini tetap harus diutamakan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.