Sukses

Penyakit Kencing Tikus Mengintai Warga Blora, Ini Bahayanya

Gejala penyakit Leptospirosis tampak setelah dua hingga empat minggu. Biasanya terjadi tiba-tiba dengan demam dan gejala lainnya

Liputan6.com, Blora - Banjir nyaris selalu memicu dampak lanjutan berupa risiko bangkitnya berbagai macam penyakit. Salah satu yang patut diwaspadai adalah penyakit leptospirosis atau kencing tikus.

Penyakit ini rentan menular pada musim penghujan. Terlebih, usai terjadi banjir.

mengungkapkan, jenis penyakit tersebut kerap muncul disaat musim hujan datang dan rentan menjangkit khususnya korban banjir.

"Penyakit Leptospirosis disebut kencing tikus karena ditularkan melalui hewan, yang paling umum adalah tikus," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DKK Blora, Lilik Hernanto, Rabu (8/1/2020).

Lilik mengungkapkan,acancaman kasus penyakit Leptospirosis di Kabupaten Blora bukan isapan jempol belaka. Penyakit ini pernah terdeteksi di kabupaten ini pada dua hingga tiga tahunan lalu.

Sebaran terbanyak adalah wilayah rawan banjir rendaman. Pasalnya, air kencing dan kotoran tikus bercampur dengan kubangan air atau rendaman.

"Di Blora ini kan hewan tikus tergolong merajalela. Tikus itu bisa buang kotoran atau kencing dan bercampur dengan air seperti di kubangan, selokan atau air akibat banjir,” dia menjelaskan.

Gejala penyakit Leptospirosis tampak setelah dua hingga empat minggu. Biasanya terjadi tiba-tiba dengan demam dan gejala lainnya.

Adapun dua fase penyakit leptospirosis atau kencing tikus, yaitu setelah fase pertama (dengan demam, kedinginan, sakit kepala, nyeri otot, muntah, atau diare) pasien dapat pulih untuk sementara waktu. Akan tetapi, si pasien akan sakit kembali.

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pencegahan Penyakit Leptospirosis

"Jika fase kedua terjadi, itu lebih parah. Orang tersebut mungkin mengalami gagal ginjal atau hati atau meningitis," ucap Lilik.

Umumnya penyakit Leptospirosis berlangsung beberapa hari hingga tiga minggu atau lebih. Tanpa pengobatan, pemulihan orang dengan penyakit kencing tikus kemungkinan menghabiskan waktu berbulan-bulan.

Agar tidak mudah terjangkit penyakit Leptospirosis, masyarakat dianjurkan untuk memakai alas kaki dan pelindung lainnya. apabila seseorang terluka kulit lalu bersentuhan dengan air atau tanah yang terkontaminasi kencing tikus, penyakit ini akan gampang menular.

Selain penyakit Leptospirosis, Lilik juga meminta agar masyarakat mewaspadai penyakit yang sering datang pada musim hujan, seperti penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare dan Demam Berdarah (DB).

“Segera minta pertolongan ke petugas medis terdekat jika mengalami Gastroenteritis atau penyakit yang disebabkan karena infeksi virus dan bakteri,” kata Lilik.

Karenanya, masyarakat mesti menjaga kebersihan. Saah satunya dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara kontinyu dan rajin menjaga kebersihan melalui Gerakan 3M, yakni menguras, menutup dan mengubur.

Menjaga kebersihan bisa dimulai dari rumah. Misalnya dengan rutin menguras bak mandi, vas dan tempat penampungan air minimal dilakukan dalam satu minggu sekali. Menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras.

Kemudian menutup rapat-rapat tempat penampungan air. Atau, memelihara ikan di tempat-tempat penampungan air. Berikutnya, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air.

“Perilaku hidup bersih bisa dilakukan baik untuk diri sendiri, rumah maupun lingkungan,” ucapnya.

Pola hidup sehat konsumsi makanan bergizi adalah kunci untuk memperkuat pertahanan tubuh agar lebih resisten terhadap infeksi virus atau kuman penyebab penyakit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.