Sukses

Melihat Sekolah Khusus Beruk di Kota Pariaman

Satu-satunya sekolah yang muridnya adalah beruk (Macacus nemestrinus) ada di Sumatera Barat, tepatnya Desa Apar, Kecamatan Pariaman Timur Kota Pariaman.

Liputan6.com, Sumatera Barat Pernah dengar beruk masuk sekolah? Di Kota Pariaman, tepatnya Desa Apar, Kecamatan Pariaman Timur, Provinsi Sumatera Barat, ada sekolah khusus beruk bernama Sekolah Tinggi Ilmu Beruk (STIB).

Di sekolah itu, primata bernama latin Macacus nemestrinus ditempa. Beruk jebolan STIB diklaim akan jadi beruk yang bermanfaat terutama untuk memetik buah kelapa.

Pembelajaran di STIB mengikuti enam kurikulum khusus yang berlangsung selama beberapa bulan. Waktunya setiap pagi dan sore.

Selama tiga bulan awal, monyet mengikuti pembelajaran mencakup pengenalan diri. Ini masih pada tahap diberi makan dan dimandikan.

Dua bulan selanjutnya, akan mengikuti tahapan yang disebut karambiah pancang. Beruk diperkenalkan dengan buah kelapa yang telah pada dipancang pada media berupa kayu.

Ada pula pembelajaran karambiah sompong. Tahapan ini berupa memutar-mutar buah kelapa yang dipancang dalam jangka waktu satu bulan belajar.

Pembelajaran selanjutnya berlangsung selama dua bulan, disebut karambiah gantuang. Mencakup cara menjatuhkan buah kelapa yang digantung di antara pohon kelapa lainnya.

Sebelum siap turun ke lapangan, dan dapat membedakan mana buah kelapa tua atau muda, terlebih dahulu mengikuti pelatihan yang disebut manjatuahkan karambiah. Pembelajarannya berlaku selama tiga bulan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Destinasi Wisata

Sebagai daerah penghasil buah kelapa, tak heran banyak di antara masyarakat Kota Pariaman memelihara beruk atau beruak. Hewan tersebut sering dimanfaatkan sebagai pemetik buah kelapa.

Hal ini menginisiasi Desa Apar untuk membangun sekolah khusus beruk. STIB tersebut sejatinya di bawah naungan BUMdes Apar Mandiri.

Direktur BUMdes tersebut, Fadel Muhammad, mengklaim STIB yang dipimpinnya bertujuan sebagai wisata edukasi. Juga terdapat konservasi penangkaran penyu dan hutan bakau (Mangrove) di desa tersebut.

"Jadi semua itu satu paket," jelas Fadel, kepada Liputan6.com, Selasa (1/10/2019).

Selain menampilkan atraksi memetik buah kelapa, beruk diajar cara menyambut dan menyalami tetamu yang datang. Saat ini baru ada tiga beruk yang bersekolah di STIB.

3 dari 4 halaman

Biaya Sekolah

Tenaga pengajar di STIB ada tiga orang. Ketiganya merupakan pawang monyet yang berasal dari desa setempat.

"Jadi otomatis kami jadikan tukang mengajarnya," kata Fadel.

Untuk satu ekor beruk, dipungut biaya sekolah sesuai dengan harga beruk itu sendiri. Seekor beruk yang mahir memetik buah kelapa harganya berkisar antara Rp5-6 juta.

"Kalau beruk pandai bisa segitu," kata Fadel.

Antara beruk jantan dan betina terdapat perbedaan harga. Harga beruk betina jauh lebih mahal dari beruk jantan.

"Jantan kecil itu kisaran Rp700-800 ribu. Kalau betina minimal Rp1,5 juta," sebut Fadel.

Beruk betina disebut-sebut memiliki kecenderungan lebih manut sama laki-laki, begitu pun sebaliknya dengan beruk jantan. Inilah alasan mengapa pawang yang notabene laki-laki lebih mudah melatih beruk betina.

"Ada juga satu bulan pandai. Tapi itu dipaksa. Jadi tidak boleh. Melatihnya itu mirip manusia juga. Tidak boleh dipaksa, lembut. Kalau kasar melawan," klaim dia.

4 dari 4 halaman

Tiga Beruk Satu Dinas

STIB yang ada di Desa Apar dapat dikatakan sebagai sekolah beruk perdana di Indonesia dan pertama di dunia. Kehadirannya diharap bisa jadi salah satu ajang promosi wisata di kota yang terkenal dengan kuliner "sala lauak" itu.

Untuk saat ini, para pengunjung cukup antusias. Tetamu yang berkunjung ke STIB tersebut bahkan turis mancanegara.

"Kemarin ada dari Australia, Malaysia, dan Taiwan," sebut Fadel.

Dengan adanya STIB ini, Fadel berharap ekonomi masyarakat setempat meningkat. Juga mengedukasi, bahwa beruk yang dipandang "garang" bisa berguna bahkan bersahabat jika ditempa dengan porsi yang terukur.

"Kelapa, kan begitu banyak di Pariaman. Jadi, beruk dilatih, sehingga pemiliknya bisa memanfaatkan untuk memetik kelapa," katanya.

Untuk mendukung keberadaan sekolah yang baru dua bulan dibuka ini, pemerintah kota setempat berencana menyumbang tiga ekor beruk dari tiap dinas. Kehadiran sekolah beruk sendiri disebut-sebut merupakan inisiasi sang wali kota.

"Idenya pak wali kota," ungkap Fadel.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.