Sukses

Ratusan ASN Garut Laksanakan Salat Istisqa Minta Hujan

Para aparatur sipil negera itu berharap, musim hujan segera datang untuk menghindari meluasnya ancaman kekeringan.

Liputan6.com, Garut - Ratusan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Sekretariat Pemerintahan Daerah (Pemda) Kabupaten Garut, Jawa Barat melangsungkan salat istisqa atau salat minta hujan.

Musim kemarau yang cukup panjang tahun ini, menyebabkan ribuan lahan pertanian di beberapa wilayah kabupaten Garut, mulai mengalami kekeringan.

Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, ancaman kekeringan sudah di depan mata akibat semakin menipisnya kantong cadangan air yang berada di permukiman warga. "Kemarau di kita itu sudah mulai darurat," ujarnya, Selasa (17/9/2019).

Saat ini, ribuan lahan pertanian di beberapa wilayah sudah mulai tidak produktif, akibat minimnya pasokan air, terutama yang menggantungkan hidupnya pada air hujan.

"Banyak lahan pertanian yang sudah mulai retak-retak," kata dia.

Menggunakan area lapangan tenis di wilayah lapangan perkantoran setda Garut, ratusan ASN dari berbagai bidang itu, tampak khusuk melaksanakan salat meminta hujan selama hampir 30 menit.

Sesekali Ceng Rohmat, pimpinan pesantren Asa’diyah, Tarogong, mengingatkan pentingnya memperbanyak istigfar memanjatkan ampunan dan doa.

"Sesuai dengan ajaran baginda Rasul bersama para sahabat, jika kemarau berkepanjangan kita disunatkan melaksanakan salat istisqa termasuk memperbanyak istigfar dan doa," kata dia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Langkah Antisipasi

Rudy mengatakan, dengan adanya ikhtiar salat istisqa tersebut, pihaknya berharap hujan segera membasahi wilayah Garut. "Sangat ditunggu-tunggu karena kekeringan sudah sangat dibutuhkan," ujarnya.

Bahkan, khusus di beberapa wilayah Garut utara dan bagian selatan, ketiadaan sumber air akibat kemarau panjang itu, telah masuk kategori siaga bencana.

"Semoga dengan salat ini doa kita bisa dikabul oleh Allah SWT," pinta dia.

Untuk menghadapi kemungkinan bencana kekeringan yang semakin lama, pihaknya mengklaim telah menyiapkan sejumlah upaya penyediaan air minum secara gratis bagi masyarakat.

"Kita siapkan juga MCK serta disebar di seluruh daerah terdampak," ujarnya.

Selain memohon doa untuk keselamatan masyarakat Garut, pelaksanaan salat istisqa itu juga digunakan untuk memanjatkan doa bagi warga Kalimantan yang sedang menghadapi musibah asap akibat kebakaran hutan.

"Kita berharap supaya bencana asap di Kalimantan segera bisa teratasi," pinta dia.

 

3 dari 3 halaman

Siaga Bencana Kekeringan

Sebelumnya, Rudy menyatakan, akibat kemarau panjang yang terjadi beberapa bulan terakhir, sekitar 2.760 hektare lahan pertanian di kabupaten Garut mengalami kekeringan.

Jumlah itu diprediksi bertambah seiring masih banyaknya lahan terdampak kekeringan. "Kekeringan ini sudah darurat," ujar Bupati Garut Rudy Gunawan.

Menurut Rudy, kemarau panjang yang terjadi tahun ini menyebabkan sejumlah sumber mata air dan irigasi mengalami kekeringan. Akibatnya, sejumlah lahan pertanian mengalami kekeringan hingga gagal panen.

Ribuan lahan pertanian khususnya di wilayah Garut utara dan selatan, selama ini menggantungkan harapan utamanya, pada pasokan air hujan.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga, menambahkan, selain 2.760 hektare lahan dalam kategori kering, ada sekitar 5.600 hektare lahan lain di wilayah utara dan selatan Garut, terancam kekeringan.

"Dari 2.600-an yang kering itu, 1.200 hektare tanaman padi puso, mutlak kering enggak ada sumber air," kata dia.

Akibatnya, sekitar 6.000 ton padi menjadi puso. Angka itu naik signifikan dibanding tahun lalu saat musim kemarau masih diselingi hujan. "Sekarang sangat besar (puso) karena kemarau panjang," kata dia.

Meskipun ancaman puso terbilang besar, tetapi produksi gabah padi di Garut tahun ini, ujar dia, diklaim masih surplus hingga 7.500 ton. 

Untuk menghindari kerugian yang cukup besar, pihaknya, lanjut dia, menganjurkan petani untuk menanam tanaman palawija, meninggalkan padi yang selama ini menjadi garapan mereka.

"Cuma memang masih banyak yang tanam padi, mungkin pertimbangan dari hasilnya (lebih besar)," kata dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.