Sukses

Wisata Pantai Katembe dan Legenda Putri Duyung di Buton Tengah

Pantai Katembe di Buton Tengah, selain memiliki keindahan pasir putih dan sumber air tawar, juga menyajikan cerita rakyat tentang keberadaan putri duyung.

Liputan6.com, Buton Tengah - Lokasi wisata Pantai Katembe, berada di Desa Madongka, Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton Tengah. Hamparan pasir putih dan samudera biru, akan selalu diingat mereka yang pernah berkunjung ke tempat ini.

Membentang dari jalan masuk menuju pantai, pasir putih di wilayah ini cukup luas. Malah, hamparannya kerap dijadikan sarana olahraga bola voli pantai atau sepakbola mini.

Namun, nama pantai Katembe ternyata bukan dikenal karena keindahan pasirnya. Katembe dalam bahasa daerah setempat, berarti air tawar.

Nah, sekitar 30 meter dari bibir pantai, ternyata ada sebuah sumur air tawar. Cukup aneh, sebab hanya satu-satunya sumur yang ada di sekitar pantai.

Sumur ini, sudah ada sejak puluhan tahun lamanya di lokasi wisata pantai Katembe. Tak ada cerita yang jelas, siapa yang menggali dan awalnya ditemukan.

"Sumur yang lain banyak tapi payau dan kadang berasa. Hanya 1 sumur air tawar di sana. Makanya, dinamakan Pantai Katembe," ujar LaOde Muhammad Idrus, salah seorang wisatawan.

Sumur ini, kerap digunakan warga setempat untuk mengambil air bersih. Bagi wisatawan, sumur selalu diserbu untuk mandi setelah berenang di pantai.

Idrus mengakui senang berwisata di Pantai Katembe. Dia mengungkapkan, selain sumur air tawar, Pantai Katembe di sore hari menjadi spot tepat bagi pemburu sunset.

Indahnya matahari terbenam, menjadi salah satu sumber insprasi dan tempat terbaik melepas lelah.

Tidak hanya itu, ada satu dermaga yang dibangun warga Buton Tengah. Jika langit sedang cerah, lokasi ini menjadi salah satu spot buruan selebgram atau vloger di lokasi wisata pantai Buton Tengah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Legenda Putri Duyung

Pantai Katembe, berada di wilayah Selatan Pulau Muna. Pada saat tertentu setiap tahun, wilayah ini kerap dilewati iring-iringan duyung atau dugong.

Nelayan setempat, kadang secara kebetulan mendapat duyung tersangkut di dalam pukat ikan. Jika sudah terjebak, warga biasanya membawa pulang dan menjual dagingnya dengan harga tinggi.

Ternyata, ada cerita rakyat yang melegenda dan dikenal oleh hampir setiap warga di sana. Konon kisahnya di wilayah itu, hiduplah seorang wanita dengan dua orang anaknya yang masih kecil.

Ayahnya telah tiada, sehingga ibunya yang bersusah payah membesarkan mereka. Anaknya sulungnya bernama, La Nturungkoleo dan adiknya diberi nama La Mbata-mbata.

Khusus di wilayah Pulau Buton dan Muna, anak yang berawal dengan nama La karena berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan nama anak dengan Wa, berjenis kelamin perempuan.

Suatu hari, karena mereka sudah tak punya apa-apa untuk makan, kedua anaknya merengek meminta ikan. Merajuklah keduanya kepada sang ibu.

Berhari-hari, keduanya meminta ibunya memasak ikan. Padahal, tak ada satu pun pria yang tinggal di kampung itu yang bisa dimintai tolong.

Karena ingin membahagiakan putranya, sang ibu berangkat ke laut. Setelah berhari-hari menanti, ibu kedua bocah itu tak juga kembali.

Kedua anak itu pergi ke tepi pantai memanggil-manggil nama ibunya. Namun, konon kabarnya ibunya tak kunjung datang dan kembali kepada mereka karena kata 'orang pintar', ibu mereka sudah menjadi ikan duyung.

3 dari 3 halaman

Pantai Kurang Fasilitas

Kondisi Pantai Katembe seperti kebanyakan pantai di Indonesia. Meskipun pemandangannya indah, tetapi fasilitas di dalam belum banyak mendapat sentuhan seni.

Sejumlah gazebo yang berdiri di pesisir pantai, tidak terawat. Malah, nyaris roboh karena sejak dibangun beberapa tahun lalu, tak pernah diperbaiki.

Selain itu, hanya ada satu warung kopi dan fasilitas kamar mandi di sekitar pantai. Pada momen tertentu, warga harus lama mengantre untuk masuk membersihkan diri setelah berenang di pantai.

"Padahal, jika fasilitas ada seperti banana boat atau perahu, wisatawan tidak sekadar menikmati pantai saja," kata La Ode Muhammad Idrus.

Dia menambahkan, gazebo yang ada kurang maksimal. Padahal, jika disewakan bisa memberikan pendapatan bagi masyarakat sekitar.

"Hal lainnya, akses jalan raya yang jelek menuju lokasi wisata. Selain Katembe, sebenarnya masih banyak lokasi wisata di Buton Tengah," ujarnya.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.