Sukses

Mengunjungi Makam Keramat Raja Buloggodu Gorontalo yang Sarat Misteri

Jalan menuju makam diberikan penanda arah yang dipasang oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo, sehingga para pengunjung yang baru mendatangi makam keramat tersebut bisa dengan mudah menemukan lokasinya.

Liputan6.com, Gorontalo - Makam Raja Blongkod atau dikenal dengan Bulonggodu hingga kini masih memiliki cerita misteri. Hal ini dikarenakan makam raja tersebut memiliki posisi yang bukan seperti makam pada umumnya. Posisi makam keramat tersebut membujur dari arah timur ke barat.

Makam yang terletak dalam wilayah Desa Dunggala, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone bolango, Provinsi Gorontalo, berada di hamparan tanah tegalan yang ditanami jagung milik warga sekitar. Makan ini diperkirakan sudah ada sebelum agama Islam hadir di lengan utara Pulau Sulawesi.

Jalan menuju makam diberikan penanda arah yang dipasang oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo, sehingga para pengunjung yang baru mendatangi makam keramat tersebut bisa dengan mudah menemukan lokasinya.

Selain arah hadap makam itu yang berbeda, struktur bangunan makam ini menggunakan batu karang, bahkan struktur pagar juga mengunakan bahan yang sama yang berbentuk seperti mahkota.

Masyarakat Dunggala yang ada di sekitaran makam, mengenal Raja Atinggola atau Raja Bulonggodu yang artinya dalam bahasa Gorontalo yakni petir.

Mengunjungi makam tersebut, Liputan6.com ditemani oleh Abdul Wahab Arugay (83) seorang kakek tua yang selalu membersihkan makam itu.

Abdul Wahab mengatakan bahwa di sekitaran makam Raja Blongkod, dulunya merupakan tanah makam para raja, keluarga raja, dan prajuritnya. Namun, karena lokasi tersebut merupakan perkebunan milik warga, lambat laun jejak makam para keluarga raja dan prajuritnya hilang begitu saja.

"Makam Raja Blongkod sebenarnya berada di tengah–tengah makam lainnya. Di sekitaran makam itu ada makam para keluarga raja dan juga panglima atau prajurit dari Raja Blongkod," kata Abdul Wahab, Selasa, 18 Juni 2019.

Umur yang terbilang tua, Abdul Wahab pun tak cerita banyak tentang sejarah Raja Blongkod, dikarenakan dirinya tak mampu lagi mengingat kisah makam keramat Blongkod.

"Saya sudah lupa, yang saya ingat menurut cerita orangtua saya makam ini sudah ada sejak awal kejayaan Islam di Gorontalo yang memerintah di pesisir utara Pulau Sulawesi," Abdul mengungkapkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Misteri Penjaga Makam

Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo, Buhanis Ramina menjelaskan, makam ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional dengan SK menteri PM.10/PW.007/MKP/210 dan telah dilakukan pemagaran dan pembuatan papan situs BPCB Gorontalo pada tahun 2012.

"Masih perlu riset panjang terkait sejarah dari makam Blongkod. Dan hingga kini kita juga belum mengetahui siapa yang dimakamkan di tempat itu," Buhanis mengungkapkan.

Namun menurut informasi yang didapat Buhanis, raja ini dipercaya pernah memerintah Pohalaa atau Kerajaan Atinggola dan Bintauna. Dari segi tekstur dan bahan makam tersebut terlihatlah status sosial yang tinggi orang yang dimakamkan.

"Dengan bentuk makam dan beberapa bangunan di sisinya, memperjelas bahwa makam ini dimiliki oleh petinggi atau seorang raja yang memiliki gelar tertinggi di Gorontalo," jelas Burhanis.

Di sekitar makam ada juga beberapa struktur makam yang berada di luar pagar makam raja Blongkod. Namun, Buhanis menambahkan, hingga saat ini belum ada orang yang tahu persis sejarah keempat struktur makam tersebut. Para petani yang menggarap ladang di sekitaran makam mengenal sebagai makam Raja Atinggola.

"Sejumlah orang pun menganggap makam ini penuh mistik. Apalagi cerita tentang penjaga makam yang katanya seekor kucing hitam berkalung emas yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu," dia menuturkan.

Selian itu, Idris Ntoma (71) seorang pemilik kitab tua berumur 200 tahun dengan segel masa pemerintahan kolonial Belanda mengungkapkan, Raja Bulonggodu sendiri dipercaya merupakan anak dari Sultan Eyato.

"Bulonggodu terkenal dengan istrinya yang enam orang, para istri tersebut bernama Putri Dumpa, Purti Nggeyuhi, Putri Bilungungo, Putri Wahimolongo, Putri Bintalo, dan Putri Botutihe," ungkap Idris Ntoma.

Idris Ntoma mmengjelaskan raja tersebut pernah memimpin di wilayah Bintauna yang berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara.

"Dan kenapa dia dimakamkan di daerah sekitar Bone Bolango, karena dia diberikan kekuasaan oleh ayahnya, karena sebelumnya ia merupakan raja asli Bolango," Idris menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.