Sukses

6 Berita Terpanas dari Riau, Geger Serangan Bonita dan Teroris

Mulai dari fenomena Bonita si harimau sumatera betina yang menyerang warga, penyerangan Polda Riau oleh terduga kelompok teroris, dan berita lainnya bikin heboh masyarakat Tanah Air.

Liputan6.com, Pekanbaru - Tahun 2018 akan berakhir dalam hitungan hari dan tahun 2019 segera menyongsong. Dari Januari hingga Desember 2018, ragam peristiwa terjadi di Provinsi Riau dengan belasan kabupatenya.

Di antara kejadian itu, ada beberapa yang menyedot perhatian khayalak ramai. Mulai dari fenomena Bonita si harimau sumatera betina yang menyerang warga, penyerangan Polda Riau oleh terduga kelompok teroris, tragedi harimau betina mati dijerat dengan dua janin, hingga penghinaan terhadap Ustadz Abdul Somad (UAS).

Berikut enam peristiwa yang bisa disebut paling panas selama 2018 dari Negeri Lancang Kuning.

Kasus Teror Harimau Sumatera Bonita

Kisah Bonita sejatinya bermula akhir tahun 2017 ketika harimau sumatera itu memasuki permukiman di Desa Tanjung, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir. Langkah-langkah kemudian disiapkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.

Hanya saja, gerak Bonita ternyata lebih cepat. Bonita lebih dulu beraksi dengan mengepung tiga karyawan harian PT THIP, tepatnya di KCB Blok 10 Afdeling IV Eboni Estate.

Satu karyawan bernama Jumiati yang berhasil memanjat sawit dikejar hingga ke atas pohon. Dia pun diseret dan diterkam hingga tewas disaksikan oleh dua rekannya dari atas pohon sawit.

Bonita menghilang hingga beberapa bulan, seolah tahu dirinya diintai petugas. Kelengahan masyarakat lalu dimanfaatkan Bonita pada 10 Maret 2018, meski saat itu dirinya telah dibidik oleh senapan bius petugas.

Adalah Yusri, buruh bangunan, yang menjadi korbannya pada malam tanggal itu. Yusri dan beberapa warga lainnya sempat memanjat gedung kosong. Bonita sudah menunggu di bawah, lalu seolah menghilang karena hari sudah mulai gelap.

Merasa aman, Yusri dan beberapa rekannya turun. Dalam perjalanan pulang, Yusri dicegat hingga pontang-panting dan terpisah dari rekannya. Yusri salah posisi lari karena mengarah ke Bonita hingga akhirnya diterkam, lalu mengapung tak bernyawa di rerumputan di atas rawa.

Perburuan Bonita ini juga melibatkan bule cantik asal Kanada, Sakti Wolvers Teegh, yang dipercaya bisa membaca frekuensi suara satwa. Kehadirannya beberapa pekan di desa itu, pencarian Bonita sedikit membuahkan hasil karena Bonita sering keluar dari sarangnya.

Hingga akhirnya, pencarian selama 100 hari lebih, Bonita tak berdaya setelah belangnya ditembus dua bius. Dia pun dibawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, Sumatera Barat.

"Kondisinya bagus, mulai liar lagi. Saat ini masih dipelajari di mana lokasi pelepasliarannya," kata Kepala BBKSDA Riau Suharyono, beberapa waktu lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Polda Riau Diserang Terduga Teroris

Pagi 16 Mei 2018, sejumlah polisi dan wartawan sudah berkumpul di depan lobi Mapolda Riau, Jalan Jenderal Sudirman, untuk janji konferensi pers penangkapan puluhan kilogram sabu dan ribuan ekstasi. Dijadwalkan pukul 09.00 WIB, tiba-tiba saja terdengar benturan keras dari gerbang depan.

Sebuah mobil mini bus melacu kencang ke arah lobi, menabrak apa saja di depan. Rentetan senjata api terdengar hingga akhirnya terlihat empat orang terkapar tak bernyawa. Mereka adalah terduga teroris dari Jaringan Anshor Daulah (JAD), satu tewas di belokan arah lobi, satu di depan lobi, dan dua lagi di gerbang keluar.

Dua orang polisi terkena sabetan senjata tajam, satu dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit. Dua jurnalis televisi juga menjadi korban, satu di antaranya sempat dirawat intensif di rumah sakit karena ditabrak mengenai bagian punggung.

"Upaya penyerangan berhasil dipatahkan, sekarang masih dikejar terduga lainnya yang masih satu jaringan," kata Kabid Humas Polda Riau AKBP (sekarang udah Kombes) Sunarto usai kejadian.

Usai kejadian ini, rentetan penggeledahan dilakukan di sejumlah lokasi termasuk di Kota Dumai. Sedikitnya enam orang ditangkap karena diduga menyiapkan penyerangan itu.

Kejadian ini, menimbulkan duka mendalam bagi Polri. Meski begitu, beberapa anggota Polda Riau mendapat kenaikan pangkat dari Bripka menjadi Aipda, Kompol menjadi AKBP dan mendapatkan pin emas dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

 

3 dari 6 halaman

Merakit Bom di Kampus Ternama Riau

Keheningan kampus Universitas Riau, tepatnya di gelanggang mahasiswa pada 2 Juni 2018, pecah dengan kehadiran puluhan anggota Densus 88 bersenjata lengkap. Tiga orang, satu di antaranya alumnus dan sisanya mahasiswa, digiring karena diduga merakit bom di sana.

Menurut kepolisian kala itu, tiga terduga, di mana satunya dikenal dengan panggilan Jek, sudah membuat bom. Dia juga sempat berhubungan dengan penyerang Polda Riau karena darinya dipesan bom meski akhirnya ditolak.

"Bom ini diduga dibuat untuk meledakkan kantor DPR," kata Kapolda Riau Irjen Nandang kala itu.

Sehari sebelumnya, Jek sempat dilihat mahasiswa di sana membawa benda ke lapangan basket. Tak lama kemudian terdengar ledakan seperti bom. Diduga, Jek tengah menguji hasil bom rakitannya.

Jek kini berada di markas Densus 88 dan ditetapkan sebagai tersangka. Sementara dua rekannya inisial K dan D masih tertahan di Mako Brimob Polda Riau karena keterkaitannya dengan JAD masih ditelusuri.

Usai kejadian ini, gelanggang mahasiswa sempat ditutup. Sekarang, tidak boleh lagi bermalam ataupun menginap di sana.

Menurut Rektor Universitas Riau Aras Muladi kala itu, kejadian ini diakui sebagai kecolongan pihaknya. Dia tidak menyangka ada alumnus yang berpaham radikal masuk ke kampus dan sempat pula meracik bom.

"Karena selama ini memang tidak ada yang mencurigakan," kata Aras saat itu.

 

4 dari 6 halaman

Penghinaan terhadap Ustaz Abdul Somad

Beberapa tahun belakangan, nama Ustadz Abdul Somad (UAZ) bersinar sebagai pendakwah yang digandrungi semua kalangan. Pria berdarah Batak dan besar di Riau ini selalu ditunggu-tunggu dengan ceramahnya nan berisi, punya landasan kuat, serta guyonan segar yang membuat pendengar tak bosan.

Sebagai manusia, tentu saja tidak semua suka. Ada juga yang menolak kehadirannya, mulai dari persekusi kemudian hinaan di media sosial dengan sebutan beragam.

Salah seorang yang melakukan penghinaan terhadap ustaz kondang ini adalah Joni Boy. Dia berurusan dengan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau setelah dijemput FPI Pekanbaru di rumahnya di Marpoyan Damai pada 5 September 2018.

Dalam status Facebook atas nama akun Jhoni Boy Ok, dia menyebut UAS sebagai dajal, pemecah persatuan serta ujaran kebencian lainnya. Meski ditetapkan sebagai tersangka, Joni tak ditahan dengan alasan hukumannya di bawah 4 tahun.

Perbuatan Joni ini berbuntut panjang. Dia bahkan diancam oleh Lembaga Adat Melayu Riau terkena sanksi dan sumpah adat. Paling berat di antara hukuman itu adalah diusir dari tanah Melayu.

Ditangani sejak September, berkas Joni seolah jalan di tempat. Hingga kini berkasnya masih bolak-balik dari penyidik ke kejaksaan dengan alasan diteliti dan masih ada kekurangan.

"Masih P-19, masih ada sejumlah petunjuk dari jaksa yang harus dilengkapi penyidik," kata Kabid Humas Polda Riau Kombes Sunarto beberapa waktu lalu.

 

5 dari 6 halaman

Harimau dan Dua Janin Mati Terjerat

Tahun 2018 di Riau bisa juga dikatakan tahunnya konflik antara satwa liar dilindungi dengan manusia. Hingga Desember 2018 tercatat sejumlah konflik, baik yang menimbulkan korban dari manusia ataupun satwa.

Salah satu yang paling menyedihkan tentu saja nasib seekor harimau betina di Kabupaten Kuantan Singingi. Kemunculannya di perbatasan antara Desa Muara Lembu dan Pangkalan Indrarung, sekaligus menjadi akhir hidupnya pada 26 September 2018.

Harimau betina ini ditemukan tak bernyawa di pinggir jurang terlilit jerat. Dari pemeriksaan petugas, harimau ini sedang mengandung dua janin yang diprediksi beberapa pekan lagi lahir. Kedua janin itu ikut mati terbawa oleh induknya.

Dokter BBKSDA menyimpulkan satwa ini akan melahirkan 14 hari ke depan kalau tidak mati. Harimau ini diperkirakan masih muda dan merupakan kehamilan pertama, melihat dari struktur rahim dan susunan giginya.

Dalam kasus ini, Kepala BBKSDA Riau Suharyono menyatakan menangkap seorang warga di lokasi karena dicurigai memasang jerat maut itu. Kasus ini tengah ditangani Balai Gakkum Wilayah II Sumatera dan segera disidang karena sudah dilimpahkan ke pengadilan.

"Berkasnya dinyatakan lengkap dan diadili oleh Pengadilan Negeri Kuantan Singingi," kata Suharyono.

 

6 dari 6 halaman

Tembok Maut SDN 141 Pekanbaru

Pada 14 November 2018, aktivitas mengantarkan anak serta adik di SDN 141 Pekanbaru, tepatnya di Jalan Abidin, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukitraya, berubah isak tangis. Tembok yang sudah miring di sekolah dan tak diperbaiki itu roboh dan menimpa sejumlah siswa dan pengantar murid.

Dalam kejadian ini, siswi SMAN 14 bernama Yanitra Octavizoli jadi korban. Dia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Syafira, tapi nyawanya tak tertolong karena luka serius di kepalanya.

Satunya lagi adalah William Malaeki Hutahean, murid kelas 1 di sekolah tersebut. Bocah ini mengembuskan nafas di depan ibunya, Erlin Sihite, yang mengantarkan anaknya itu.

Selain korban meninggal dunia, ada empat korban luka. Turut pula beberapa sepeda motor hancur karena terhimpit material tembok itu.

Kasus tembok roboh ini masuk dalam bidikan Polresta Pekanbaru. Hanya saja, sejak diusut hingga tahun hampir berganti, tidak ada pihak yang bertanggung jawab terjerat dalam peristiwa itu.

"Sudah ada sembilan saksi diperiksa, termasuk ahli bangunan," kata Kapolresta Pekanbaru Kombes Susanto ketika ditanyai perkembangan kasus ini.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.