Sukses

Keraton Yogya Dibangun di Atas Cangkang Kura-Kura, Kok Bisa?

Dalam konsep tersebut, Keraton Yogyakarta ternyata diketahui berada di tengah dua kekuatan alam, yakni Gunung Merapi di utara dan Pantai Selatan di sisi selatan.

Yogyakarta - Keraton Yogyakarta didirikan bukan asal dibangun begitu saja. Dalam proses pendiriannya tentunya melalui berbagai tahapan spiritual layaknya yang sering dilakukan masyarakat Jawa. Termasuk di dalamnya soal pemilihan lokasi, seperti tempat saat ini Keraton Yogyakarta berdiri.

Jika dilihat, permukaan tanah yang kini dijadikan tempat berdiri bangunan Kraton Yogyakarta merupakan gundukan yang lebih tinggi dibanding permukaan tanah di sekitarnya. Orang Jawa menyebut posisi ini sebagai Bathok Bulus atau cangkang kura-kura.

Letak seperti ini akan membuat Kraton Yogyakarta terhindar dari banjir meski hujan deras mengguyur. Letaknya yang tinggi membuat posisi Kraton Yogyakarta juga mudah terlihat oleh masyarakat kala itu.

Bahkan, salah satu bangsal di kraton ada yang bernama Siti Hinggil atau tanah tinggi. Bangsal ini sering dipergunakan sebagai tempat bercengkerama Sultan sambil menikmati indahnya panorama Gunung Merapi dari kejauhan.

Dalam mitologi Jawa dikenal adanya konsep Palemahan (hubungan harmonis antara umat manusia dengan alam lingkungan), Pawongan (hubungan harmonis antara sesama umat manusia) dan Parahyangan (hubungan harmonis antara manusia dengan Pencipta).

Dalam konsep tersebut, Kraton Yogyakarta ternyata diketahui berada di tengah dua kekuatan alam, yakni Gunung Merapi di utara dan Pantai Selatan di sisi selatan.

Pantai Selatan disimbolkan sebagai Palemahan, Kraton Yogyakarta di tengah-tengah sebagai Pawongan sedangkan Gunung Merapi sebagai Parahiyangan. Posisi Pantai Selatan, Kraton Yogyakarta dan Gunung Merapi merupakan satu garis lurus yang ditarik dari selatan hingga utara.

Selain diapit Pantai Selatan dan Gunung Merapi di selatan dan utara, letak Keraton Yogyakarta juga diapit dua sungai besar, yakni Sungai Code di timur dan Winongo di barat. Letak di antara dua sungai besar ini diyakini mampu mendatangkan kelancaran bagi masyarakat Mataram saat itu.

Seperti kehidupan kerajaan lain di Nusantara, zaman dahulu keberadaan sungai merupakan denyut perekonomian masyarakat yang utama. Selain itu, keberadaan sungai juga dianggap menunjang kesejahteraan masyarakat sebagai sumber pengairan.

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

Ikuti berita menarik lainnya dari krjogja.com di tautan ini.

Simak video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.