Sukses

Purnama 9 Nini Gongseng, Film Horor dari Bali

Purnama 9 Nii Gongseng. Film ini diproduksi oleh sineas Bali yang juga mengambil cerita kisah mistis Pulau Dewata.

Liputan6.com, Denpasar - Bagi Anda pencinta film bergenre horor, film yang satu ini tak boleh dilewatkan begitu saja. Ya, film berjudul Purnama 9, Petaka Nini Gongseng merupakan film horor yang pasti bikin bulu kuduk bergidik. Bagaimana tidak, film karya sineas Bali ini memang kaya unsur mistis.

Purnama 9, Petaka Nini Gongseng mengadopsi kisah turun-temurun yang diceritakan para tetua adat di Pulau Dewata. Film ini diproduksi oleh rumah produksi Balimoon Creative.

Adalah Anak Agung Ngurah Wijayaningrat, sang sutradara film yang menerjemahkannya kisah yang sering diceritakan orangtuanya dalam bentuk karya. Kini, film karya Agung Wijayaningrat bisa Anda saksikan di Cineplex Denpasar mulai tanggal 29 Juli hingga 31 Agustus 2018.

Agung Wijayaningrat bercerita, film ini bercerita tentang Nini Gongseng yang menganut ilmu hitam. “Untuk mencapai keabadian, Nini Gongseng harus menumbalkan anak gadis yang lahir yang lahir pada purnama kesembilan.

"Istilahnya melik atau mereka yang menjadi incaran mereka yang berburu ilmu hitam,” kata Agung Wijayaningrat kepada Liputan6.com di Denpasar, Kamis, 26 Juli 2018.

Adalah Sabrina Wandasari yang memerankan Nini Gongseng yang tengah berusaha keras mencapai keabadian dalam ilmu hitamnya. Nini Gongseng mendapatkan calon tumbalnya yakni Kadek Asih yang lahir tepat pada bulan purnama kesembilan.

"Untuk bertahan hidup setiap harinya, Nini Gongseng harus meminum darah pemuda di desanya," paparnya.

Banyak pemuda desa yang dibunuh Nini Gongseng untuk memperpanjang usianya.

Namun, tak mudah bagi Nini Gongseng menumbalkan Kadek Asih. Sebab, banyak yang memberi perlindungan terhadap gadis berparas manis itu.

Singkat cerita, untuk membunuh Nini Gongseng harus menggunakan senjata khusus, yakni mutik. Adalah kakak Kadek Asih yang berupaya keras mempelajari lontar untuk masuk ke alam gaib mengambil senjata mutik untuk membunuh Nini Gongseng.

"Senjata mutik itu berada di wong gaib. Untuk meraihnya harus masuk ke alam gaib dengan mempelajari lontar. Singkat cerita kakaknya Kadek Asih bisa masuk ke alam gaib mengambil senjata itu dan berhasil membunuh Nini Gongseng," katanya.

Agung Wijayaningrat bercerita, pengambilan gambar film ini dilakukan di dua lokasi, yakni Bayung Gede dan Kuburan Ari-ari, Desa Penebel, Tabanan. Agung Wijayaningrat berharap karyanya mendapat dukungan luas dari masyarakat.

"Genre horor dipilih karena masyarakat Bali masih menyukai film dengan nuansa seperti ini. Saya harap masyarakat dapat menikmati dan menerima karya ini," harapnya.

Di sisi lain, produser film ini, Likhah Surya Luwih menjelaskan, biaya produksi yang dihabiskan sebanyak Rp200 juta.

"Penggarapan dimulai dari bulan Februari. Hanya satu bulan untuk take gambar. Target penonton 1.500. sejak diluncurkan sudah ada 300 orang yang membeli tiket," papar dia.

Untuk para pemeran, Surya menuturkan banyak dilibatkan artis-artis Bali yang memiliki banyak penggemar seperti Jni Agung, Yudi Leeyonk Sinatra, Sabrina Mandasari, Dita Saraswati, Kiki Soleil, Yuni Baratha, Ajik Weca, Wayan Agus, Gede Partha serta artis pendukung lainnya.

"Untuk harga tiket Rp 100 ribu. Kami berharap dapat dukungan luas dan dapat diterima oleh masyarakat," katanya.

Sementara itu, Joni Agung mengaku tak membutuhkan waktu lama untuk bisa memerankan dukun santet dalam film ini. Meski ia merupakan musisi, namun ia dapat dengan lancar menjalankan perannya.

"Ya, ini pengalaman pertama saya bermain film. Sebagai pemeran dukun santet, saya hanya butuh waktu dua jam untuk take gambar. Semoga ini tonggak kebangkitan perfilman Bali," tutur dia.

Pemeran Nini Gongseng, Sabrina mengaku awalnya ia ragu ketika ditawari bermain dalam film ini. "Berkat dukungan dari produser dan semua kru, meski pengambilan gambar dilakukan di lokasi kuburan yang gelap, namun semua berjalan lancar," urainya.

Sabrina sempat mengalami peristiwa mistis. “Saya sempat kesurupan sehari sebelum syuting pada saat melakukan persembahyangan di rumah. Tapi, setelah itu tidak dirasakan lagi,” ujarnya.

Sejak tahun 2007-2011, Balimoon Creative lebih banyak memproduksi sinetron yang tak lepas dari kearifan lokal masyarakat Bali yang diperuntukkan bagi program stasiun televisi lokal Bali.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.