Sukses

Tanggapi BNPT, Moeldoko Minta Kampus Bersih dari Radikalisme

Moeldoko mengatakan, paham radikal tidak boleh dibiarkan berkembang. Apalagi jika radikalisme itu berkembang di kampus.

Liputan6.com, Bandung Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko menanggapi terkait pandangan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Hamli yang mengatakan hampir semua perguruan tinggi negeri (PTN) sudah terpapar radikalisme.

Moeldoko mengatakan, paham radikal tidak boleh dibiarkan berkembang. Apalagi jika radikalisme itu berkembang di kampus.

“Paham ini tidak boleh berkembang apalagi paham ini berkembang di kampus, berbahaya. Para mahasiswa ini calon pemimpin masa depan kalau dia dari awal disusupi kena radiasi sama paham-paham seperti itu berbahaya,” ujar Moeldoko ditemui usai panen kopi di Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Selasa, 29 Mei 2018.

Moeldoko justru berpesan agar para mahasiswa ‘berjihad’ membantu para petani kopi yang menggantungkan pencahariannya dari bertani.

“Saya menyarankan para teman-teman jihad pada petani. Ini para petani perlu diangkat nasibnya bukan ideologi gak jelas,” ungkapnya.

Untuk meminimalisir radikalisme tersebut, Moeldoko meminta agar kampus melakukan tindakan tegas.

“Beri tindakan tegas. Kalau ada yang tidak beres tindak tegas,” ujarnya.

Moeldoko menjelaskan, radikal di kampus itu adalah sebuah paham atau isme, bukan diskusi atau seminar khilafah.

“Kalau mendiskusikan pancasila boleh. Bahwa terjadi diskursus di mana pergulatan ideologi terjadi itu pasti karena pancasila ideologi terbuka tetapi yang diperlukan bagaimana kita memiliki kematangan jiwa untuk memahami pancasila,” jelasnya.

Ia mengharapkan, diskusi yang terjadi adalah bagaimana memandang pancasila. Bukan memberikan pembenaran pada isme yang baru.

“Kalau kita memiliki pemahaman pancasila lemah dan buru-buru kita dihantam isme-isme yang lain, maka ada kencederungan menjadi mudah memberikan pembenaran terhadap isme-isme baru itu,” tegasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Melarang Keras Masuknya Radikalisme

Sebelumnya, Hamli dalam diskusi di Jakarta mengatakan, hampir semua PTN sudah terpapar paham radikal.

BNPT membeberkan, Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), hingga Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB) sudah disusupi radikalisme.

Dikatakannya, pola penyebaran paham radikalisme yang berkembang di lingkungan lembaga pendidikan saat ini sudah berubah. Awalnya penyebaran paham tersebut dilakukan di lingkungan pesantren. Namun saat ini, kampus negeri maupun swasta menjadi sasaran baru dan empuk bagi penyebar radikalisme.

Selain BNPT, upaya melawan terorisme dan radikalisme terus digelorakan oleh setiap elemen masyarakat. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk mencegah paham radikal dan intoleransi masuk ke semua lini masyarakat, terutama dunia kampus.

Menristekdikti Prof Mohamad Nasir menyatakan, melarang keras masuknya paham radikalisme dan intoleransi di dunia kampus. Dia mengakui ada beberapa kampus yang sedang diawasi karena telah dimasuki paham tersebut.

Namun, dia enggan menyebutkan, kampus mana yang disinyalir memasukkan paham radikalisme dan intoleransi itu. Namun demikian, dia mengaku sudah memanggil seluruh rektor dan direktur politeknik se-Indonesia.

"Adalah jumlahnya, sedikit kok dari 4579 kampus di Indonesia dan kami pantau terus," kata dia saat berkunjung ke Cirebon, Jumat, 18 Mei 2018.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.