Sukses

Harimau Narsis dari Taman Nasional Kerinci Seblat

Seekor harimau Sumatera sering 'narsis' di kamera pengintai yang dipasang peneliti di Taman Nasional Kerinci Seblat.

Liputan6.com, Jakarta - Seekor harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) diam-diam suka “candid” dan narsis. Si harimau seolah berkomunikasi dengan tim Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS) dan Fauna & Flora International – Indonesia Programme (FFI-IP) yang terus mengamati mereka bertahun-tahun.

Harimau ini malah menunjukkan dirinya beberapa kali. Ia terekam kamera sejak usia anakan hingga dewasa di kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Pertama kali tertangkap kamera pengintai (camera trap), harimau betina ini masih berusia belia pada tahun 2015 bersama indukannya. Dia kembali tertangkap kamera pengintai pada 2017.

Dari data yang dikumpulkan BBTNKS dan FFI-IP, anakan harimau akan hidup bersama indukannya kurang lebih satu tahun. Selama periode tersebut, anakan akan belajar untuk dapat bertahan hidup di alam dari indukannya untuk kemudian akan mulai mencari wilayah kekuasan sendiri dan berpisah dari indukannya.

Pada saat terekam kamera pertama kali, beberapa foto memperlihatkan, indukan betina sedang mengasuh tiga anakannya. Ketiga anakan itu sedang bermain di depan kamera, bahkan ketertarikan mereka pada objek asing sangat tinggi. Salah satu anakan menggigit kamera yang dipasang tim.

Pada tahun 2017 salah satu kamera merekam foto harimau betina dewasa sedang berjalan melewati kamera. Setelah dilakukan identifikasi individu melalui pola belang pada tubuhnya, diketahui bahwa harimau betina dewasa ini adalah harimau anakan yang pada tahun 2015 menggigit kamera.

Kamera ini akan aktif selama 24 jam sehari dan akan secara otomatis merekam foto objek yang lewat di depannya. Hal ini dilakukan untuk upaya monitoring intensif terhadap populasi harimau sumatera yang ada di dalam dan sekitar kawasan TNKS melalui pemasangan kamera pengintai.

Dengan adanya bukti perkembanganbiakan spesies ini di alam memberikan harapan akan tetap terjaganya populasi harimau khususnya di kawasan TNKS yang semakin terancam akibat adanya ancaman dari kegiatan perburuan maupun kerusakan hutan yang merupakan habitat bagi harimau itu sendiri.

(Wido R. Albert – Peneliti Fauna & Flora Internasional Indonesia Programme / FFI-IP)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini