Liputan6.com, Solo - Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi mengunjungi Pondok Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan, Solo, Jumat, 12 Januari 2018. Dalam kunjungannya, Menlu ‘mengiming-imingi’ para santri untuk mengikuti pertukaran santri ke luar negeri.
Menlu Retno datang ke pondok sekitar pukul 16.15 WIB. Mengenakan blus hitam dengan bawahan celana hitam dan dipadu jilbab merah motif bunga, kedatangan Menlu disambut langsung oleh pengasuh Pondok Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan, KH Abdul Rozak Shofawi.
Advertisement
Baca Juga
Setelah melakukan ramah tamah dengan pengasuh dan keluarga besar KH Abdul Rozak Shofawi, selanjutnya Menlu langsung menemui ratusan santri yang telah berkumpul di serambi masjid pondok. Lantas Menlu Retno disambut dengan lantunan salawat dari para santri.
Menlu melakukan diskusi dengan para santri di serambi masjid yang dipandu oleh pengasuh Pondok Pesantren Al Muayyad Windan, KH Dian Nafi'i. Dalam acara tersebut, Menlu pun mengutarakan jika kunjungannya ke pondok untuk melakukan silaturahmi dan bertukar pikiran mengenai politik luar negeri Indonesia.Dalam kesempatan itu, Menlu Retno juga mengungkapkan jika Kementerian Luar Negeri telah melakukan kerjasama pendidikan Islam antara Indonesia dengan Filipina Selatan, yakni Davao City. Kerjasama itu meliputi masalah kurikulum pendidikan, pertukaran guru dan pertukaran santri.
"Ada santri putri dan putri terbaik di sini. Nanti kalau ada bisa ikut pertukaran santri di luar negeri," kata Menlu Retno yang disambut tepuk tangan meriah ratusan santri.
Promosikan Islam Penuh Damai
Dengan program pertukaran santri itu, dijelaskan Retno, para santri dari Indonesia akan bercerita mengenai Islam di Indonesia. Mulai dari bercerita soal di lingkungan sekolah hingga mengenai pelajaran Islam yang dipelajari selama di sekolah.
"Insyaallah ke depan akan ada program-program seperti itu," ucapnya.
Dengan program pertukaran santri itu diharapkan ke depannya para santri dapat meluruskan terkait kesalahan-kesalahan interpretasi Islam di luar negeri. "Kadang-kadang potret Islam itu disalahartikan, padahal Islam itu agama yang damai ," tegasnya.
Retno menambahkan, sebagai penduduk Islam terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk meluruskan potret-potret yang salah mengenai nilai-nilai Islam yang penuh damai.
"Toleransi merupakan potensi untuk disemai dan disebarkan. Di sana sini Islamphobia dan xenophobia terjadi, hal itu harus dikikis. Phobia-phobia itu harus dihilangkan," harapnya.
Sedangkan dalam sesi tanya jawab, banyak santri yang mengajukan pertanyaan terkait dengan konflik yang terjadi di Palestina. Selain itu, mereka juga menanyakan terkait sikap dan perananan Pemerintah Indonesia dalam konflik tersebut.
Advertisement