Sukses

Solusi Murah Ritual Ngaben

Jika Ngaben dipaksakan sendiri-sendiri, maka mungkin saja ada yang mesti menjual warisan maupun harta benda lainnya.

Liputan6.com, Klungkung - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengapresiasi pelaksanaan ritual Ngaben (kremasi) massal yang dilaksanakan oleh masyarakat Banjar (dusun) Tulang Nyuh, Desa Tegak, Kabupaten Klungkung. Dengan solusi Ngaben massal ini, umat bisa menunaikan kewajiban tanpa harus tertekan masalah biaya.

Sebelumnya, kata dia, masyarakat sering beranggapan bahwa untuk bisa Ngaben harus mempunyai dana "ngabehin" atau melebihi. Dengan pemahaman seperti itu, tentu Ngaben menjadi "label" bagi masyarakat yang kaya secara harta, sehingga yang kurang mampu akan merasa tidak akan bisa melaksanakan kewajibannya kepada leluhur.

Dengan Ngaben massal, warga yang kaya maupun kurang mampu berada di posisi yang sama, yakni bisa sama-sama melaksanakan kewajiban kepada leluhur. Bahkan menjadi kesempatan bagi yang mampu untuk membantu yang kurang mampu.

"Jika Ngaben dipaksakan sendiri-sendiri, maka mungkin saja ada yang mesti menjual warisan maupun harta benda lainnya. Namun jika dilakukan secara gotong-royong, tentu akan jauh lebih ringan," kata dia di sela-sela menghadiri rangkaian ritual tersebut di Semarapura, Klungkung, Minggu, 16 Juli 2017, dilansir Antara.

Menurut Sudikerta, Ngaben merupakan salah satu "utang" yang dipercaya dalam ajaran agama Hindu yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat. Tujuannya mengantarkan arwah leluhur agar berjalan dengan baik pada dunia setelah kehidupan dan mendapat tempat yang lebih baik.

Sudikerta mengharapkan agar masyarakat dalam melaksanakan upacara tersebut didasari rasa tulus ikhlas. Walaupun dilaksanakan secara massal, tapi harus tetap menggunakan sarana yang lengkap dan berdasarkan sastra-sastra agama, sehingga tidak mengurangi nilai dan maknanya.

Kelian Banjar (kepala dusun) Tulang Nyuh Wayan Sudarna mengapresiasi kehadiran Wagub Sudikerta selaku "upasaksi" pelaksanaan upacara tersebut.

Menurut Sudarna, upacara Ngaben massal itu merupakan kali keempat yang digelar di dusunnya. Biaya tidak hanya berasal dari iuran keluarga yang meninggal dan mengikuti prosesi tersebut, tetapi juga berasal dari punia dan kas banjar.

Saksikan video menarik di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.