Sukses

Pilkada DKI Jakarta dalam Bingkai Puisi

Isu pilkada menjadi satu puisi di antara total 37 puisi yang dibacakan di pelataran parkir TIM, Cikini, Jakarta Pusat.

Liputan6.com, Jakarta - Gemuruh Pilkada DKI Jakarta 2017 tak hanya terjadi dalam berita televisi atau media sosial. Pesta demokrasi warga Ibu Kota juga dipotret dalam puisi berjudul Tuhan dan Pilkada DKI.

Puisi-puisi itu dibacakan di pelataran parkir Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (30/10/2016) malam. Isu pilkada menjadi satu puisi di antara total 37 puisi lainnya dalam buku bertajuk Cintai Manusia Saja karya Denny JA.

Sekitar 20 pekerja seni, penyair, deklamator, sutradara bergantian membaca puisi Denny JA. Isu yang diangkat dalam puisi juga sangat beragam. Namun benang merah buku puisi itu soal harapan agama yang ramah dan Indonesia tanpa diskriminasi.

Ical dari Taman Sastra Cikini selaku koordinator menyatakan ini acara rutin sebulan sekali di TIM agar puisi berjumpa dengan publiknya. Para pencinta puisi dari Jakarta dan sekitarnya berkumpul di sini, bebas membacakan puisi kesayangannya. Bahkan untuk kali ini ada pula pencinta puisi yang datang khusus dari Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Sengaja kami pilih pelataran parkir agar kesannya merakyat. Bahkan konsep acara kami outdoor. Jika hujan, pasti terganggu. Namun selama ini lancar saja," kata Ical.

Panitia sengaja menetapkan topik tertentu setiap bulannya. Bulan Oktober ini mengangkat puisi Denny JA karena temanya sesuai dengan spirit Sumpah Pemuda dan satu Indonesia.

Menurut Ical, yang dominan dibacakan malam ini memang puisi Denny JA. Namun dibacakan pula karya penyair lain seperti Toety Heraty, Soebagyo  Sastrowardoyo, dan Hartojo Andang Djaya.

Di antara pembaca puisi Denny JA, terdapat nama yang sudah lama malang melintang di dunia seni. Misalnya, Iwan Burnani dari Bengkel Teater Rendra, Ismail SS, penyair Fatin Hamamah, dan juga pendatang baru seperti pekerja seni Monica Anggi JR dan Mae Shafira.

Seperti dikatakan Sapardi Djoko Damono, Puisi Denny JA memberikan warna berbeda dunia perpuisian, baik untuk tema ataupun cara penulisan.

"Denny JA mengangkat isu sosial baru seperti kasus LGBT, diskriminasi, agama dalam pilkada," kata Sapardi Djoko.

Gaya penulisan puisinya juga khas yang disebut genre puisi esai. Edisi puisi esai panjangnya misalnya penuh dengan catatan kaki layaknya makalah ilmiah. Namun untuk puisi pendeknya, puisi Denny JA bertutur layaknya cerpen. Ada plot dan narasi di sana. Ia sengaja memilih judul bukunya Cintai Manusia Saja.

"Sejak lama saya ingin ikut berikhtiar  menyentuh hati orang lain. Bahwa kita mencintai manusia saja, terlepas dari agama, suka, ras dan aneka latar belakang sosialnya," ujar dia.

Buku puisi Cintai Manusia Saja adalah buku puisi karya Denny JA yang ke-25. Ia juga tak menyangka dalam tempo empat tahun menghasilkan total 25 buku puisi.

Denny juga membuat karya budaya lain, yaitu film layar lebar, layar pendek, teater, lukisan hingga lagu. Film layar lebarnya, Mencari Hilal memenangkan tujuh nominasi Festival Film Indonesia 2015.

"Saya bereksperimen menggabungkan karya budaya dan aktivisme sosial," ujar Denny.

"Karya budaya saya, juga banyak hasil riset saya sesungguhnya berada dalam payung yang sama, Indonesia tanpa diskriminasi," Denny JA memungkasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.