Sukses

Terbiasa Pakai Pertamax, Ini yang Terjadi pada Busi Jika Menggunakan Pertalite

Karena tidak bisa langsung terlihat, terkadang keberadaan busi terlupakan oleh pemilik kendaraan. Padahal busi yang sehat akan memengaruhi performa kendaraan dan bisa mencegah mesin mogok.

Liputan6.com, Jakarta - Karena tidak bisa langsung terlihat, terkadang keberadaan busi terlupakan oleh pemilik kendaraan. Padahal busi yang sehat akan memengaruhi performa kendaraan dan bisa mencegah mesin mogok.

Isu busi juga selalu terkait dengan komponen lain yang membentuk proses kombusi di dalam mesin, salah satunya bahan bakar minyak (BBM) atau bensin. Bensin yang berkualitas akan memicu proses pembakaran optimal hingga produksi tenaga untuk menjalankan kendaraan.

Yang jadi pertanyaan, bila kualitas BBM tersebut kemudian dikurangi, apakah yang terjadi dengan busi, contohnya dari motor terbiasa minum Pertamax kemudian diturunkan jadi Pertalite? Mungkinkah bakal menghambat kinerja busi itu sendiri?

Timbul Residu

Diko Oktaviano, Technical Support and Product Knowledge PT NGK Busi Indonesia menjawab, ruang bakar di dalam mesin ibarat pencernaan manusia. Bila sudah terbiasa diisi dengan makanan bernutrisi tinggi layaknya BBM Pertamax, tentu akan membuat kondisinya selalu bersih.

"Ruang bakar kita ibaratin kek pencernaan ya. Pada saat pake pertamax ruang bakar jadi lebih bersih karena emang Pertamax sedikit residu yg dihasilkan otomatis kerja busi jadi lebih ringan," ungkap Diko.

Ketika kemudian terganjal oleh harga Pertamax yang tinggi dan bila terpaksa harus turun ke Pertalite, tidak bisa dipungkiri pasti ada efek sampingnya.

Menurutnya Pertalite cenderung menyisakan residu yang menempel di ruang bakar dan area kepala busi. Makanya sering ditemukan busi berjelaga hitam.

"Nah setelah biasa minum Pertamax trus downgrade ke Pertalite efeknya bakal ada residu yg nempel di ruang bakar dan ke area kepala busi. Residu ini yg bakal bikin si busi cepet kerak item," terangnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Potensi Knocking

Pengaruh pemilihan BBM juga mencakup kemungkinan mesin mengalami anomali.

Perlu dipahami lebih dulu bahwa bensin selalu identik dengan oktan. Nilai ini merujuk pada seberapa besar tekanan di dalam silinder sebelum campuran bahan bakar dan udara meledak secara spontan.

Menurut keterangan Auto2000, dikutip Selasa (30/8/2022), semakin tinggi nilai oktan suatu bensin, sebenarnya makin sulit terbakar. Makanya dibutuhkan kompresi mesin yang sesuai; makin kuat kompresi, butuh bensin beroktan tinggi.

Campuran itu ditekan sampai dengan volume yang sangat kecil kemudian dibakar oleh percikan api busi. Kalau sampai timbul pembakaran sebelum mencapai busi akibat oktan BBM terlalu rendah, misalnya seharusnya minum Pertamax tapi diisi Pertalite, akan terjadi knocking atau ketukan dalam mesin (ngelitik).

Ketika penyakit itu muncul, kondisi ruang bakar tidak lagi sesuai dengan settingan yang semestinya, seperti adanya peningkatan panas.

Mesin Modifikasi

Problem yang sama turut berlaku bila kompresi mesin dimodifikasi, ditinggikan untuk mendorong energi. Tidak bisa dipungkiri, masing-masing baik busi dan bensin wajib disesuikan kembali.

Apabila masih ada knocking, dari sisi busi sendiri, kemungkinan mengalami overheat alias temperatur yang diterima busi di luar batas kemampuannya beradaptasi.

Konsekuensi paling parah, busi akan meleleh atau keramiknya pecah.

"Konsep dasar modifikasi kalo kita mengubah kompresi, ubah pula tipe busi yang dipake, minimal naikkan satu tingkat panas dari standarnya atau pakai busi jenis logam mulia, dah itu paling aman," jelas Diko menjelaskan.

Makanya probabilitas kerusakan busi cukup besar terpengaruh oleh kualitas bensin dan kompresi.

Kalau mau efisien, ya jurus terkahir pastinya mending sekalian pakai busi terbaik guna memaksimalkan tenaga sekaligus menekan dana pengeluaran gara-gara sering beli busi baru. Apalagi buat mereka yang suka oprek-oprek mesin.

Sumber: Otosia.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.