Sukses

Tutut Diduga Terlibat Skandal Tank Scorpion

Harian terkemuka Inggris, The Guardian, membeberkan kasus dugaan korupsi yang dilakukan Alvis dalam penjualan 50 tank Scorpion ke Indonesia. Tutut disebut menerima komisi sekitar 160 juta pound.

Liputan6.com, Jakarta: Nama Siti "Tutut" Hardijanti Rukmana disebut-sebut terlibat penyelewengan dana pembelian 50 tank Scorpion dari Inggris pada Maret 1995. Putri tertua mantan presiden Soeharto itu diduga menerima suap dari produsen Scorpion (Alvis) sebesar 16,5 juta poundsterling atau sekitar Rp 260 miliar dengan kurs sekarang. Dugaan kasus suap ini terungkap dalam artikel harian terkemuka Inggris The Guardian edisi 9 Desember 2004.

Mengutip tulisan The Guardian, jual beli puluhan tank itu harus dilakukan oleh anggota keluarga TNI dan eksekusi pembelian pun harus melibatkan perusahaan milik TNI. Sementara untuk mencairkan dana pembayaran yang mencapai 160 juta poundsterling dari anggaran pemerintah Indonesia, sekitar 10 persen harus diserahkan kepada "Madam Tutut" sebagai komisi. Dalam artikel itu juga dibeberkan komisi untuk Tutut disetor melalui rekeningnya di luar negeri. Akhirnya, pada Maret 1995, pemerintah Inggris mengeluarkan izin ekspor 50 tank Scorpion ke Indonesia.

Berdasarkan informasi yang dihimpun www.liputan6.com, pimpinan Alvis, Nick Prest, mengaku pertama kali bertemu Tutut yang berkunjung ke Inggris, pada Februari 1994. Saat itu, Tutut mewakili perusahaan Global Select. Kedua pihak akhirnya menandatangani perjanjian pada 4 Mei 1994. Alvis mematuhi "syarat-syarat" yang diajukan Indonesia.

Dua bulan kemudian, Tutut datang bersama dua anggota TNI berpangkat jenderal ke pabrik Alvis di Coventry, Inggris. Tujuan kedatangan kali ini adalah untuk meyakinkan pihak militer Indonesia untuk memilih tank Scorpion. Sementara pihak Alvis melobi pemerintah Inggris untuk mengeluarkan surat ekspor. Setahun kemudian, tank asal Inggris itu tiba di Indonesia.

Tank Scorpion itu sempat diterjunkan ke wilayah Aceh pada 2003. Namun hanya berlangsung beberapa saat dan ditarik karena salah satu syarat pembelian tank itu tidak boleh dipergunakan untuk kegiatan yang melangar hak asasi manusia. Tank yang dioperasikan Batalyon Kavaleri I Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat itu digantikan kendaraan pengangkut personel buatan PT Pindad dan Mabes TNI [baca: Puluhan Tank Stomer Ditarik dari Aceh].(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini