Sukses

Hidayat Nur Wahid: Bung Karno Poligami Tapi Tak Korupsi

Politisi Partai Demokrat Sutan Bhatoegana menyebut pejabat yang berpoligami dapat memicu terjadinya korupsi.

Politisi Partai Demokrat Sutan Bhatoegana menyebut pejabat yang berpoligami dapat memicu terjadinya korupsi. Pernyataan tersebut memunculkan pertentangan di kalangan para politisi, salah satunya Anggota Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid.

Hidayat mengatakan, meski dirinya tak berpoligami, tetapi tetap saja itu tak ada kaitannya antara poligami dengan korupsi. Lantaran, praktik korupsi itu tidak melihat apakah orang itu berpoligami atau tidak.

"Secara prinsip harus dipahami bahwa tidak ada hubungan antara poligami dengan korupsi," kata Hidayat saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (13/11/2013).

Hidayat mencontohkan, ketidakterkaitan antara poligami dan korupsi itu dapat terlihat dari banyaknya pejabat publik yang ditangkap KPK justru tidak berpoligami.

"Seperti kasus Hambalang semuanya tidak poligami dan semuanya itu kawan Bang Sutan Bhatoegana itu, kasus Wisma Atlet itu juga kawannya Bang Sutan Bhatoegana dan juga nggak poligami. Kemudian kasus Al-quran tidak ada yang poligami, kemudian kasus SKK Migas tidak poligami," jelasnya.

Karena itu, Mantan Presiden PKS ini mengatakan, pernyataan Sutan Bhatoegana itu menjadi aneh bin ajaib bila kemudian poligami diindentikan dengan pintu masuk terjadinya korupsi. Apalagi menurutnya Indonesia pernah memiliki Presiden yang berpoligami tetapi tidak korupsi yaitu Soekarno atau yang biasa disapa Bung Karno.

"Apalagi pernah kita ketahui bahwa Indonesia pernah punya presiden yang berpoligami, Bung Karno dia poligami tapi tidak korupsi. Wakil Presiden yang berpoligami juga ada, Pak Hamzah Haz dia poligami tapi nggak korupsi," ungkapnya.

"Jadi jangan menyederhanakan masalah dengan mengaitkan poligami dengan korupsi, mestinya yang dilihat itu bukan poligami atau tidak poligaminya, tapi pelanggaran hukum itu sendiri," tukas Hidayat. (Mut/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.