Sukses

Berlakukan Tarif Progresif KRL Commuter, PT KAI Merugi

"Pendapatan turun 10-15 persen tiap hari," ujar Direktur Utama PT KAI Ignasius Yonan.

Pemberlakuan tarif progresif dan sistem tiket elektronik (e-ticketing) untuk kereta Commuter Line sejak 1 Juli 2013 lalu di 66 stasiun Jabodetabek ternyata membuat pendapatan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menurun.

"Pendapatan turun 10-15 persen tiap hari," ujar Direktur Utama PT KAI Ignasius Yonan di Ruang Rapat Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (7/7/2013). Namun, Yonan tak mau menyebut berapa kerugian itu jika dirupiahkan.

Saat ini, tarif progresif untuk KRL Commuter hampir sama dengan KRL Ekonomi, yaitu hanya Rp 2.000 per 5 stasiun dan Rp 500 untuk 3 stasiun berikutnya. Harga itu disesuaikan dengan subsidi dari pemerintah melalui penerapan Public Service Obligation (PSO). Padahal tarif penjalanan KRL sebelumnya sebesar Rp 8.000.

Namun, menurut Yonan penerapan tarif progresif tersebut untuk jangka panjang. Karena itu, dia yakin di masa mendatang pendapatan akan terus meningkat. "Ini kan jangka pendek, mungkin pendapatan turun. Tapi saya tidak mau revisi target. Jalan saja terus," ujar Yonan. (Eks/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.