Sukses

Bos Texmaco Marimutu Manimaren Tewas Bunuh Diri

Bos PT Texmaco yang juga tokoh Partai Golkar Marimutu Manimaren tewas bunuh diri dengan cara meloncat dari lantai 56 Hotel Aston, Jakpus. Manimaren ditemukan tewas sekitar pukul 05.15 WIB.

Liputan6.com, Jakarta: Bos PT Texmaco yang juga tokoh Partai Golkar Marimutu Manimaren tewas bunuh diri dengan cara meloncat dari lantai 56 Hotel Aston di Jalan Garnizun, kawasan Semanggi, Jakarta, Selasa (5/7) pagi. Sebelum sampai ke tanah, tubuh Manimaren diperkirakan menyentuh tenda awning dan atap sebuah mobil Toyota Kijang. Sebab, di tempat tersebut terdapat ceceran darah dan serpihan organ tubuhnya.

Personel Kepolisian Sektor Setiabudi yang datang ke lokasi kejadian, menemukan tapak kaki di atas meja dekat jendela kamar Manimaren. Sehingga adik Marimutu Sinivasan ini dipastikan bukan tewas terpeleset atau kecelakaan biasa seperti dugaan sebelumnya. Kepala Satuan Reserse Polres Metro Jakarta Selatan Komisaris Polisi Merdisyam menyatakan, pihaknya menduga korban bunuh diri dengan meloncat dari lantai 40. Namun, untuk memastikan penyebab kematian Manimaren, polisi masih terus menyelidiki kasus ini.

Menurut Manajer Property Hotel Aston Ronald August, pria yang tercatat sebagai warga Kebon Kacang RT 012 RW 06 Tanahabang, Jakarta Pusat, ini masuk ke hotel sekitar pukul 10.00 WIB, Senin kemarin. Sepengetahuan pihak hotel, pria kelahiran Medan pada 1957 ini tidak pernah keluar dari kamarnya serta tak pernah menerima kunjungan tamu hingga ditemukan tewas sekitar pukul 05.15 WIB. Ronald menambahkan, kamar 5607 tempat Manimaren menginap masih dalam keadaan cukup rapi saat dibuka polisi. Namun, pintu jendela ditemukan dalam keadaan terbuka.

Saat ini, jenazah almarhum masih berada di kamar mayat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, untuk diotopsi tim forensik RSCM. Tokoh-tokoh Partai Golkar juga memastikan bahwa mereka telah mendapat kabar bahwa seorang fungsionaris mereka tewas bunuh diri. Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Setya Novanto mengaku sudah mengkonfirmasi kematian Manimaren dengan datang ke RSCM untuk melihat langsung jenazahnya.

Di tempat terpisah, rekan almarhum, Hariman Siregar, mengaku terkejut mendengar kematian Manimaren. Mantan aktivis mahasiswa ini tak habis pikir Manimaren berbuat sebodoh itu karena bukan menjadi kebiasaannya untuk menyerah dengan keadaan. "Saya kenal dekat dengan dia. Dan saya tidak menyangka dia melakukan hal itu," ujar Hariman.

Menurut Hariman, Manimaren memang sering mengeluh tidak bisa tidur dalam bulan-bulan terakhir. Dia juga mengeluhkan macam-macam soal dunia bisnis hingga kredit yang susah didapat. Belakangan, dia mendapat desakan untuk memecat sebagian besar karyawannya. Sebab itu, Hariman menilai almarhum mengalami gejala depresi yang juga sering dialami para pebisnis lainnya. Karenanya, dia menganjurkan Manimaren untuk berkonsultasi dengan ahli jiwa. "Saya melihat kehadirannya di Hotel Aston sebagai cara untuk mengatasi depresi," tambah dia.

Sekadar diketahui, Marimutu Manimaren adalah pebisnis ulung. Bersama saudaranya, Marimutu Sinivasan, mereka membangun kerajaan tekstil di bawah bendera Texmaco. Berawal dari Kendal, Jawa Tengah, Texamco kini menjadi raksasa tekstil yang menguasai industri hulu hingga hilir. Bahkan, cabang bisnisnya terbentang dari Amerika Utara, Irlandia hingga Uganda. Belakangan, kerajaan bisnis Texmaco merambah industri otomotif yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat.

Manimaren juga berperan mendekatkan Texmaco dengan sumber kekuasaan di zaman Orde Baru saat Presiden Soeharto berkuasa. Buktinya, pada 1995, Texmaco memberi sumbangan politik dengan menyelamatkan Bank Putera Sukapura milik Keluarga Cendana. Bank ini kembali memenuhi imbauan politik Keluarga Cendana untuk mendirikan pabrik tekstil di Timor Timur dengan nilai investasi US$ 575 juta, pada 1997.

Saat B.J. Habibie tampil sebagai presiden, pada 1999, kiprah Marimutu Manimaren di bidang politik makin berkibar, sehingga pengaruhnya pada bisnis Texmaco makin terasa. Saat itu, Texmaco mendapat order pembuatan truk pengangkut untuk keperluan militer. Di zaman ini pula, Manimaren memasukkan order bisnis ke Texmaco dengan mensuplai berbagai jenis komponen untuk PT PAL, Maleo, dan IPTN yang kini menjadi PT Dirgantara Indonesia.

Manimaren pun menjabat sebagai wakil bendahara Partai Golkar saat Habibie berkuasa. Namanya makin sering dimuat di media massa saat Kasus Bank Bali terungkap. Sebab, dia bersama rekannya, Setya Novanto, disebut-sebut oleh Rudy Ramli terlibat dalam pengambilalihan tagihan Bank Bali.

Kejayaan Manimaren tidak redup meski kekuasaan berganti dan tak lagi menjabat wakil bendahara Partai Golkar. Kelihaian dan kecerdikannya membuat Manimaren dan bisnisnya tetap menempel dengan penguasa baru. Dia tercatat sebagai seorang anggota rombongan Presiden Megawati Sukarnoputri ke Rusia, pada April silam. Pada kesempatan ini Megawati menandatangani kesepakatan pembelian pesawat tempur Sukhoi. Dan keterlibatanya itu Manimaren juga dipanggil Panitia Kerja DPR untuk dimintai keterangan soal pembelian Sukhoi.

Di sisi lain, PT Texmaco saat ini masih menjalani restrukturisasi utang yang berjumlah kurang lebih US$ 2,7 miliar. Lilitan utang dalam skala besar ini membuat manajemen Texmaco sulit untuk melanjutkan operasi secara normal. Pada Januari 2001, Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) merestrukturisasi utang Texmaco melalui dua tahap.

Tahap pertama BPPN membentuk sebuah perusahaan induk bernama Newco yang bertugas menampung aset-aset Texmaco. Bersamaan dengan itu, perusahaan ini dirampingkan dalam divisi tekstil dan mesin dengan maksud mengontrol arus kas yang selama ini dinilai mengalir ke hal lain di luar kepentingan usaha.

Pengalihan aset itu dilanjutkan dengan proses restrukturisasi utang Texmaco. Penjadwalan utang selama sebelas tahun ini belum memperhitungkan utang Texmaco ke kreditor asing, termasuk Marubeni Jepang, senilai kurang lebih US 1,7 miliar. Di tengah himpitan utang yang begitu besar, pertengahan tahun ini Texmaco kembali menyedot perhatian dengan berita seputar permintaan penambahan modal kerja buat kelangsungan usaha.(PIN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.