Sukses

Wamenaker: Perusahaan di Kolaka Harus Perbanyak Penyerapan Tenaga Kerja Lokal

Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Afriansyah Noor meminta perusahaan-perusahaan yang ada di Kolaka, Sulawesi Tenggara untuk lebih banyak menyerap tenaga kerja lokal.

Liputan6.com, Jakarta Penyerapan tenaga kerja lokal menjadi aspek penting dalam keberlangsungan sebuah perusahaan yang menjalankan roda bisnisnya di sebuah daerah. Pasalnya, dengan menyerap tenaga kerja lokal, perusahaan dapat memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat luas serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.

Berkaitan dengan itu, Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Afriansyah Noor meminta perusahaan-perusahaan yang ada di Kolaka, Sulawesi Tenggara untuk lebih banyak menyerap tenaga kerja lokal.

"Saya meminta perusahaan-perusahaan yang ada harus peduli dengan penyerapan tenaga kerja lokal. Hal tersebut dibutuhkan agar kesempatan masyarakat berusaha dapat seimbang dengan kesempatan masyarakat untuk bekerja," ujarnya saat acara Festival Pelatihan Vokasi dan Jobfair 2024 Kolaka, Sulawesi Tenggara, Kamis (22/2/2024).

Afriansyah Noor juga mengungkapkan bahwa penyerapan tenaga kerja sangat penting karena Indonesia akan menghadapi puncak bonus demografi. Ia mengatakan, hal itu membuat perubahan struktur penduduk Indonesia dengan jumlah usia penduduk produktif lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia non-produktif.

"Hal tersebut memberikan potensi besar bagi pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan baik," ungkapnya.

"Oleh karena itu, penting bagi kita untuk dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dalam memanfaatkan potensi angkatan kerja yang besar ini," jelas Afriansyah Noor.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Strategi Digitalisasi yang Tepat

Afriansyah Noor menjelaskan bahwa bonus demografi saat ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan digitalisasi di dunia. Ia menyebut, seiring dengan digitalisasi, sudah seharusnya diiringi dengan strategi yang tepat karena tidak semua negara dan tidak semua kelompok masyarakat menikmati buah manis digitalisasi.

"Jika upaya peningkatan kualitas angkatan kerja Indonesia tidak dilakukan secara masif, maka pekerja Indonesia rentan masuk ke dalam kelompok digital underclass," jelasnya.

"Underclass merupakan kelompok yang tidak hanya kurang mengakses dan menggunakan teknologi digital, tetapi juga mereka yang terkena dampak negatif dari digitalisasi," imbuh Afriansyah Noor.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini