Sukses

Sondang PDIP soal Pernyataan Megawati: Mengingatkan Indonesia Negara Hukum dan Demokrasi

Politikus PDIP Sondang Tampubolon mengatakan, apa yang disampaikan ketua umumnya, mengingatkan Indonesia adalah negara hukum dan demokrasi.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengaku merasa jengkel bahwa ada pihak yang baru berkuasa bergaya bak orde baru.

Terkait hal ini, Politikus PDIP Sondang Tampubolon mengatakan, apa yang disampaikan ketua umumnya, mengingatkan Indonesia adalah negara hukum dan demokrasi.

“Ibu Mega mau mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara hukum dan negara Demokrasi. Instrumen negara harus tegak lurus terhadap perundang-undangan bukan untuk menekan-nekan masyarakat,” kata dia dalam keterangannya, Selasa (28/11/2023).

Wanita yang duduk sebagai Anggota DPR RI ini menuturkan, dalam negara demokrasi, mengkritik atau mengeluarkan pendapat adalah hal biasa karena hak masyarakat untuk berpendapat diatur dalam konstitusi.

"Kritik kepada pemerintah adalah hal biasa, sebagai masyarakat Bu Mega berhak mengingatkan kepada pemerintah agar menjalankan kekuasaan dalam rel yang sebenarnya. Dan pemerintah perlu menjadikan kritikan sebagai refleksi juga evaluasi," ungkap Sondang.

Dia juga menuturkan, kritikan Megawati harus diresapi sebagai oase kebijaksanaan dari pengapnya peristiwa politik yang terjadi belakangan.

"Kritikan tersebut adalah oase kebijaksanaan demokrasi yang terasa pengap atas peristiwa politik belakangan," tegas Sondang.

Selain itu, dia mengajak seluruh kader dan simpatisan PDIP serta seluruh relawan untuk menjadikan seruan Megawati sebagai spirit perjuangan untuk memenangkan Ganjar-Mahfud di Pemilu 2024.

"Tugas saya sekarang adalah bertemu rakyat untuk memenangkan partai PDI Perjuangan di pemilu legislatif dan Ganjar-Mahfud sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024. Kita berikhtiar menang satu putaran," tutupnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pernyataan Megawati

Sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri merasa jengkel dengan para penguasa yang bertindak seperti zaman orde baru. Sebab kemerdekaan Indonesia penuh dengan perjuangan.

Hal tersebut, dia sampaikan dalam acara Rakornas organisasi sukarelawan dan simpatisan pendukung capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di Hall B3-C3 JIEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (27/11/2023).

"Mustinya ibu enggak boleh ngomong gitu, tapi sudah jengkel tahu enggak. Kenapa? Republik penuh dengan pengorbanan tahu tidak? Kenapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti zaman orde baru?" kata Megawati.

Mega pun menyerukan agar seluruh relawan Ganjar-Mahfud untuk melawan dan memenangkan pasangan nomor urut 3 itu di Pilpres 2024 dengan satu putaran.

"Benari tidak? merdeka, menang kitaaa Ganjar-Mahfud satu putaran," ucap Mega, disambut riuh tepuk tangan dari seluruh relawan yang hadir.

3 dari 3 halaman

Dianggap Bentuk Kegelisahan Oleh Kubu Prabowo-Gibran

Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka membantah pernyataan Ketua PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang menyebut bahwa pemerintahan saat ini seperti rezim orde baru (orba).

Pernyataan Megawati itu dinilai sebagai kegelisahan partai pengusung yang gagal menjadikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai petugas partai politik. Terlebih, Jokowi diusung oleh PDIP sejak menjadi Wali Kota Solo hingga presiden dua periode.

"Statement yang disampaikan Bu Mega itu adalah statemen kegelisahan sebagai orang tua, kegelisahan sebagai partai pengusung yang kebetulan sebetulnya berharap supaya Pak Jokowi itu dijadikan alat partai politik dan petugas partai politik tertentu. Tetapi Pak Jokowi lebih memilih menjadi petugas negara dan petugas rakyat daripada menjadi petugas partai politik," ujar Sekretaris TKN Nusron Wahid di Media Center Prabowo-Gibran, Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2023).

Dia menuturkan bahwa kekuasaan selama 10 tahun ini dibentuk sendiri oleh Megawati sebagai partai pengusung Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019. Nusron Wahid tak melihat ada tanda-tanda orde baru di pemerintahan saat ini.

Nusron mencontohkan salah satu tanda-tanda pemerintahan orde baru adalah terjadinya sentralisasi kekuasaan di tangan satu partai. Namun, nyatanya ada banyak kader partai politik yang duduk di kursi pemerintahan.

"Kekuasaan ini terdesentralisasi ke berbagai partai. Menko Perekonomian dari Golkar, kemudian Menteri Aparatur Negara itu dari PDIP," ucapnya.

"Jadi kalau kemudian pemerintahan hari ini dikatakan orde baru ciri-ciri orde baru adalah sentralisasi kekuasaan di tangan satu partai. Hari ini tidak ada sentralisasi kekuasaan di tangan satu partai," sambung Nusron.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Dr.(H.C.) Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri adalah Presiden Indonesia ke 5 periode  23 Juli 2001 — 20 Oktober 2004.
    Dr.(H.C.) Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri adalah Presiden Indonesia ke 5 periode 23 Juli 2001 — 20 Oktober 2004.

    Megawati

  • Dr.(H.C.) Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri adalah Presiden Indonesia ke 5 periode  23 Juli 2001 — 20 Oktober 2004.
    Dr.(H.C.) Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri adalah Presiden Indonesia ke 5 periode 23 Juli 2001 — 20 Oktober 2004.

    Megawati Soekarnoputri

  • PDIP