Sukses

Viral Petugas Bea Cukai Sebut Netizen Babu, Advisor AGI Ami Raditya: Sikap Represif Hambat Ekonomi Kreatif

Viral sikap petugas Bea Cukai bernama Widy Heriyanto yang menyebut netizen "babu" dan "bacot" sejatinya bukan semata soal sikap petugas yang tidak ramah. Tapi juga membongkar praktik kepabeanan yang selama ini sangat mempersulit developer game untuk berkembang.

Liputan6.com, Jakarta - Viral sikap petugas Bea Cukai bernama Widy Heriyanto yang menyebut netizen "babu" dan "bacot" sejatinya bukan semata soal sikap petugas yang tidak ramah. Tapi juga membongkar praktik kepabeanan yang selama ini sangat mempersulit developer game untuk berkembang. Padahal, Presiden Joko Widodo beberapa kali menyatakan komitmennya menjadikan game sebagai industri prioritas baru.

“Permasalahan yang diungkap Kris Antoni menunjukkan betapa susahnya para developer game seperti dia menghadapi Bea Cukai. Sedangkan pengiriman barang melalui pesawat, baik dibawa langsung atau melalui air cargo, menjadi salah satu infrastruktur pengembangan game terkait pengiriman devkit dan physical copy game,” kata Ami Raditya, advisor Asosiasi Game Indonesia (AGI), Minggu (26/3).

Kris Antoni dan Widy Heriyanto saling berbalas twit pada Rabu (22/3) lalu. Saat itu, Kris yang founder sekaligus CEO di rumah produksi game di Indonesia, Toge Productions, mengeluhkan pelayanan Bea Cukai yang tutup mata dengan status barang yang dibawa penumpang masuk ke Indonesia. Kris yang membawa sejumlah piala hasil menjuarai sejumlah ajang kompetisi game di luar negeri harus membayar pajak untuk piala-piala yang dia bawa.

Kris juga harus membayar pajak bea masuk untuk physical copy game yang dia kembangkan sendiri. Physical copy game adalah duplikat fisik game dalam bentuk compact disc.

“Sudah sering dijegal Bea Cukai. Sampai physical copy game hasil karya sendiri yang buat kenang-kenangan dan dikasih gratis sama publisher pun kena pajak,” kata Kris melalui akun Twitter miliknya @kerissakti.

Tak lama kemudian, Widy Heriyanto melalui akun @wadawidy menanggapi cuitan Kris itu. “Sebelum lo ngetwit, mending belajar dulu deh ketentuan impor itu gimana. Kalau sekarang kan jadinya lo bacot tapi minim literasi peraturan,” katanya.

Tweet tersebut menuai banyak komentar dari netizen lainnya. Bukannya menghentikan sikap tak terpujinya itu, Widy justru membalas. “Ciee babunya datang,” katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hambat Pertumbuhan Game Developer

Ami Raditya yang juga berprofesi sebagai notaris itu mengatakan, sikap represif Bea Cukai tersebut menghambat pertumbuhan game developer Tanah Air. Seharusnya mereka bisa membuka dialog terkait barang-barang yang masuk. Tidak menganggap semua barang bawaan WNI adalah barang impor.

“Yang paling mencengangkan. Kris Antoni membawa devkit atau development kit Nintendo Switch. Ini alat agar game produk Indonesia bisa masuk ke Nintendo Switch. Sama Bea Cukai Kris malah dikira mau jualan. Bahkan insiden devkit itu divideokan, ditayangkan di tv nasional dan wajahnya di-blur. Hanya karena ketidaktahuan petugas Bea Cukai,” kata Ami Raditya yang juga praktisi hukum dari Jawara Jatim tersebut.

Sikap petugas Bea Cukai tersebut, kata Ami, bertentangan dengan komitmen Presiden Joko Widodo untuk memprioritaskan ekonomi kreatif sebagai komoditas baru yang strategis.

Dalam berbagai kesempatan, Presiden selalu menyampaikan pentingnya negara memprioritaskan ekonomi kreatif. Dalam Konferensi Ketiga Ekonomi Kreatif Dunia Tahun 2022 di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, misalnya, Jokowi menyatakan bahwa Indonesia akan mengambil peran terdepan untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif.

“Presiden berharap bahwa ekonomi kreatif bisa menjadi pilar utama untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi karena ini membuka kesempatan bagi semua orang tanpa mempedulikan batas geografis, ras, dan sosial ekonomi. Dan game adalah salah satu subsektor di ekonomi kreatif. Kenapa malah Bea Cukai menghambat dengan perilaku represif terhadap game developer seperti ini?” kata Ami.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.