Sukses

Deretan Fakta soal Banjir yang Genangi Aceh Utara dan Timur

Bahkan, banjir dengan ketinggian 2 meter yang melanda Kabupaten Aceh Timur turut memaksa 9.988 orang mengungsi.

Liputan6.com, Jakarta - Banjir terjadi di kawasan Aceh Utara dan Aceh Timur, Provinsi Aceh. Banjir akibat hujan deras yang terus mengguyur itu terjadi sejak Jumat, 4 Desember 2020.

Bahkan, banjir dengan ketinggian 2 meter yang melanda Kabupaten Aceh Timur turut memaksa 9.988 orang mengungsi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur, Ashadi, Senin, 7 Desember 2020 mengatakan, banjir disebabkan hujan deras selama tiga hari ditambah meluapnya sungai di daerah tersebut sehingga ketinggian air di beberapa lokasi mencapai 2 meter.

Dia menyebutkan adapun daerah yang terdampak banjir dengan ketinggian air mencapai 2 meter tersebut, antara lain Desa Payah Laman dan Desa Ule Jalan, Kecamatan Banda Alam.

"Hampir seluruh desa di Banda Alam, tergenang. Bahkan beberapa unit rumah milik warga hanyut disapu banjir. Sedangkan untuk lokasi banjir di daerah lainnya ketinggian air rata-rata 30-120 centimeter," ujar Ashadi.

Sementara itu, PT PLN Unit Induk Wilayah (UIW) memadamkan 330 gardu listrik di Kabupaten Aceh Utara karena banjir yang melanda kawasan tersebut.

"Bencana banjir yang melanda Aceh Utara berimbas terhadap pelayanan PLN kepada masyarakat. Pemadaman ini kita lakukan untuk keamanan," ujar General Manager PLN Unit Induk Wilayah Aceh Jefri Rosiadi, seperti dilansir Antara.

Berikut fakta-fakta banjir yang menggenangi kawasan Provinsi Aceh dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Penyebab Banjir

Wahana Lingkungan Hidup atau WALHI menilai, banjir yang merendam sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh akibat terjadinya perubahan fungsi hutan karena perbuatan manusia sendiri.

"Terjadinya perubahan fungsi hutan akibat dari maraknya praktek illegal logging (pembalakan liar), pertambangan dan tingginya pembukaan kebun sawit," ujar Direktur Eksekutif WALHI Aceh Muhammad Nur, Minggu, 6 Desember 2020, dikutip dari Antara.

Dia mengatakan, daerah kabupaten di Aceh yang menjadi langganan banjir tahunan, semuanya karena perubahan kondisi hutan akibat dari aktivitas manusia sendiri.

"Di Kabupaten Aceh Besar, fungsi hutan berubah karena tingginya pembalakan liar, di Kabupaten Pidie illegal logging dan pertambangan emas," kata Nur.

Kemudian, lanjut dia, untuk Kebupaten Aceh Utara, Bireuen, Aceh Timur, sampai Aceh Tamiang fungsi hutan di sana juga sudah berubah akibat illegal logging dan tingginya pembukaan lahan sawit.

Selain itu, kata Nur, perubahan fungsi hutan juga disebabkan karena tingginya pembangunan proyek-proyek strategis seperti bendungan, infrastruktur jalan di kawasan hutan, bahkan masuk dalam hutan lindung.

"Memang setiap kabupaten punya kegiatan yang berbeda-beda, tapi pada akhirnya adalah mengubah fungsi hutan yang seharusnya melindungi sumber air ketika musim hujan seperti ini," ucap dia.

Karena itu, menurut Nur, wajar ketika datangnya musim penghujan sebagian wilayah kabupaten/kota di Aceh mengalami banjir serentak hingga merendam rumah rumah dan lahan warga, serta merusak infrastruktur.

"Ini adalah resiko yang kita tanggung bersama, itu akibat dari perilaku kita sendiri yang harus dipertanggungjawabkan kepada alam semesta," jelas Nur.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), kabupaten/kota yang terdampak banjir serta longsor akibat hujan deras beberapa hari ini yakni Aceh Timur, Aceh Utara, Lhokseumawe, Bener Meriah, Aceh Tenggara, Subulussalam dan Simeulue.

Sejauh ini, kondisi terparah di Kabupaten Aceh Timur yang merendam 17 kecamatan dan Aceh Utara sebanyak 16 kecamatan sudah tergenang banjir.

 

3 dari 7 halaman

330 Gardu Listrik di Aceh Utara Dipadamkan

PT PLN Unit Induk Wilayah (UIW) memadamkan 330 gardu listrik di Kabupaten Aceh Utara karena banjir yang melanda kawasan tersebut.

"Bencana banjir yang melanda Aceh Utara berimbas terhadap pelayanan PLN kepada masyarakat. Pemadaman ini kita lakukan untuk keamanan," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah Aceh Jefri Rosiadi, Senin, 7 Desember 2020, dikutip Antara.

Menurut dia, debit air sungai yang meluap semakin meningkat, sehingga merendam sejumlah gardu PLN serta pusat pengendali di Gardu Hubung PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Lhoksukon.

Jefri Rosiadi yang turut didampingi Manajer Komunikasi PLN Unit Induk Wilayah Aceh T Bahrul Halid menyatakan terjadi di Ibu Kota Aceh Utara, Lhoksukon, dan beberapa kecamatan lainnya di Aceh Utara.

"Dampak dari luapan air yang semakin meningkat, pihanya harus melakukan pemadaman listrik di Lhoksukon dan beberapa Kecamatan di Aceh Utara sejak tadi Sabtu, 5 Desember mulai jam 23.30 WIB," ucap dia.

Jefri menyebutkan, demi alasan keamanan, pihaknya memadamkan sebanyak tujuh penyulang (jurusan) dan 330 unit trafo dari total 414 unit, dengan total beban sekitar 8,7 Mega Watt.

"Hanya kecamatan Nibong dan sekitarnya yang masih beroperasi dalam keadaan normal karena banjir belum berimbas ke Kecamatan tersebut," terang dia.

Saat ini daerah yang masih mengalami pemadaman adalah Kecamatan Lhoksukon, Kecamatan Cot Girek, Kecamatan Baktiya Barat, Kecamatan Lapang, Kecamatan Matangkuli, Kecamatan Paya Bakong, Kecamatan Pirak Timu, dan sebagian Kecamatan Syamtalira Aron.

 

4 dari 7 halaman

18.000 Warga Aceh Utara Mengungsi

Banjir luapan air sungai melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Aceh Utara akibat curah hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan sekitar 18.000 warga harus mengungsi.

"Sejumlah 18.000 lebih warga harus mengungsi ke meunasah (mushalla) dan titik aman lainnya karena rumahnya sudah terendam banjir," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Sunawardi dalam laporan kondisi terakhir di Banda Aceh, Senin, 7 Desember 2020, dilansir Antara.

Dia menjelaskan, akibat curah hujan intensitas tinggi selama dua hari lalu menyebabkan air sungai (krueng) Keureuto dan Krueng Peuto yang melintas sejumlah kecamatan meluap ke pemukiman penduduk.

Akibatnya, kata Sunawardi, banjir mengepung 87 desa di 23 kecamatan Kabupaten Aceh Utara sejak Jumat, 4 Desember 2020 lalu. Lalu, lanjut dia, akses jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Pirak Timu dan Kecamatan Matangkuli kabupaten setempat juga lumpuh.

"Bahkan akibat bendungan Krueng Pase jebol, lebih 3.000 hektare sawah terancam gagal panen. Sedangkan di Gampong Leubok Mane, Kecamatan Langkahan salah satu warga patah tulang akibat tumbang pohon dan sudah dirujuk ke rumah sakit," terang Sunawardi.

Menurut Sunawardi, pihaknya telah bertolak ke Aceh Utara untuk menyalurkan bantuan bantuan masa panik, lengkap dengan perahu polyetilen lengkap, logistik pangan dan dan sandang.

Tim BPBA turut membantu tim TRC BPBD Aceh Utara melakukan evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.

"BPBA telah mengirim juga dua unit boat polyethilen dan mesinnya untuk membackup evakuasi korban yang terjebak banjir," jelas dia.

Sementara itu, Kepala BPBD Aceh Utara Amir Hamzah mengatakan empat perahu karet disiagakan di pusat Kota Lhoksukon, Aceh Utara.

Ia juga meminta pengguna jalan Banda Aceh-Medan agar berhati-hati karena ketinggian air pada badan jalan telah mencapai 1-2 meter.

Muspika dan perangkat gampong dapat melapor secara terus menerus terkait perkembangan dan meminta tim BPBD yang bertugas terus memantau lokasi, kewaspadaan, dan koordinasi guna membangun kerjasama seluruh instansi terkait penanganan bencana banjir.

 

5 dari 7 halaman

Rendam 14.566 Rumah di Aceh Timur dan Hanyutkan 1 Orang

Sebanyak 14.566 unit rumah di Desa Matang, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh diterjang banjir, Minggu, 6 Desember 2020. Satu orang warga bahkan dilaporkan meninggal dunia akibat terbawa arus.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur, Ashadi mengungkapkan, data sementara tercatat ada 14.566 unit rumah yang tersebar di 176 desa dalam 17 kecamatan di Aceh Timur yang terendam banjir dengan ketinggian mulai 30 hingga 120 sentimeter.

"Untuk total jumlah pengungsi saat ini 6.409 jiwa atau 1.708 kepala keluarga (KK) di sejumlah kecamatan seperti Madat, Darul Aman, Idi Rayeuk, Pereulak Barat, Nurussalam, Ranto Pereulak, Indra Makmur, Sungai Raya dan Pereulak Timur," jelas Ashadi dilansir Antara, Minggu, 6 Desember 2020.

Bencana alam di penghujung tahun 2020 tersebut juga telah memakan korban jiwa. Remaja 14 tahun bernama Lia Ramadhani, warga Gampong Masjid, Kecamatan Nurussalam, meninggal dunia karena terbawa arus.

Tak hanya itu, banjir tersebut juga menyebabkan empat unit jembatan penghubung antar desa di Kabupaten Aceh Timur rusak parah.

"Tapi kita masih terus mendata kerusakan berbagai fasilitas umum lainnya serta koordinasi dengan instansi terkait penyaluran logistik melalui Dinas Sosial," jelas dia.

Satu unit rumah di Kecamatan Julok juga dilaporkan ikut hanyut terbawa arus akibat hujan deras sejak, Jumat, 4 Desember 2020.

"Satu unit rumah di Kecamatan Julok milik Rahma Tina (34) hanyut terbawa arus akibat hujan deras akibat air sungai di daerah itu meluap," kata Ashadi.

 

6 dari 7 halaman

Hampir 10.000 Orang Mengungsi di Aceh Timur

Banjir dengan ketinggian 2 meter yang melanda Kabupaten Aceh Timur memaksa 9.988 orang mengungsi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur Ashadi, Senin, 7 Desember 2020 mengatakan, banjir disebabkan hujan deras selama tiga hari ditambah meluapnya sungai di daerah tersebut sehingga ketinggian air di beberapa lokasi mencapai 2 meter.

Dia menyebutkan adapun daerah yang terdampak banjir dengan ketinggian air mencapai 2 meter tersebut, antara lain Desa Payah Laman dan Desa Ule Jalan, Kecamatan Banda Alam.

"Hampir seluruh desa di Banda Alam, tergenang. Bahkan beberapa unit rumah milik warga hanyut disapu banjir. Sedangkan untuk lokasi banjir di daerah lainnya ketinggian air rata-rata 30-120 centimeter," kata Ashadi.

Dia menambahkan, akibat banjir di Aceh Timur total jumlah rumah yang terendam sebanyak 17.648 unit yang tersebar di 226 gampong atau desa di kecamatan, Kabupaten Aceh Timur.

Sebanyak 18 kecamatan yang terendam banjir di Aceh Timur antara lain, Kecamatan Peureulak Timur terdiri 14 desa, Julok sebanyak 25 desa, Peudawa terdapat tujuh desa, Sungai Raya terdiri 13 desa, Indra Makmur 11 desa, Bireum Bayeun satu desa, Pereulak ada 23 desa, Ranto Pereulak terdapat 22 desa Pante Bidari dua desa.

Kemudian Kecamatan Idi Rayeuk terdiri 12 desa, Darul Ihsan satu desa, Madat dua desa, Darul Aman dua desa, Simpang Ulim tujuh desa, Nurussalam empat desa, Pereulak Barat 12 desa dan Idi Tunong juga 22 desa, serta 13 desa di Banda Alam.

"Baru kali ini banjir terparah. Kondisi ini dipicu luapan sungai akibat guyuran hujan lebat selama tiga hari. Mudah-mudahan banjir surut. Tapi, jika hujan terus mengguyur, tidak tertutup kemungkinan tinggi air bisa bertambah," jelas Ashadi.

7 dari 7 halaman

Banjir Datang, Waspada Klaster Pengungsian

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.