Sukses

Petani di Balung Diajak Terapkan CSA untuk Pertanian Cerdas Iklim

Petani diajak untuk tidak terlalu mengandalkan bahan-bahan kimia dalam mengerjakan pertanian mereka.

Liputan6.com, Jakarta Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Balung, Jember, menggelar pelatihan untuk petani bertajuk Training of farmer (TOF) pada tanggal 22-24 September lalu. Kegiatan yang menggunakan fasilitas World Bank (WB) dan Asian Investasi Infrastrucutre Bank (AIIB) ini merupakan tindak lanjut dari Training of Trainer (TOT) Climate Smart Agriculture (CSA) di Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan, Malang, Agustus lalu.

Pelatihan untuk petani di BPP Balung diikuti 24 peserta dari dua wilayah DI yaitu DI Talang dan Pondok Waluh. Yang menarik, kegiatan ini adalah melibatkan petani milenial yaitu petani dengan usia antara 22 sampai 40 tahun.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, mengatakan bahwa dalam pandemi Covid-19 dan perubahan iklim, ketersediaan pangan menjadi sangat utama. Ini agar masyarakat Indonesia tidak kelaparan.

"Bila pangan tercukupi, maka masyarakat Indonesia tidak bermasalah dengan pangan. Ini juga sekaligus untuk ketahanan nasional," katanya seperti rilis yang diterima media.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nusyamsi menjelaskan, penerapan pertanian cerdas iklim sangat penting.

"Terutama penerapan teknologi hemat air, penggunaan pupuk organik, serta penerapan pertanian ramah lingkungan. Selain akan meningkatkan produksi dan kualitas komoditas pertanian, juga akan meringankan pemerintah dalam pemberian subsidi pupuk pada petani dan tentunya akan meningkatkan pendapatan petani sekaligus melestarikan lingkungan," ujarnya.

 

Materi di ToF SIMURP sendiri dinilai menarik. Terlebih diikuti dengan praktek, seperti cara pembuatan pestisida nabati dan pupuk organik. Pelatihan dirasa sangat membantu petani selain ramah lingkungan dan mudah melakukannya.

"Bahkan para petani muda ingin mengajak petani di kelompoknya memahami dan menerapkan ilmu tentang pertanian cerdas iklim. Mereka menyadari manfaat pertanian cerdas iklim ini dan mengakui bahwa selama ini budidaya pertanian yang mereka dapat dari warisan orang tua dan nenek moyang secara turun temurun harus diubah sesuai dengan perkembangan teknologi tepat guna," kata Dedi.

Selama ini, petani hanya mengandalkan air dan pupuk serta pestisida kimia yang diyakini dapat meningkatkan hasil panennya secara cepat. Namun penggunaan air, pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan dan terus menerus akan memicu bertambahnya unsur gas rumah kaca (GRK CH4, N2O dan CO2).

Demikian juga limbah pertanian dan kotoran ternak jika tidak dikelola dengan baik akan menghasilkan gas rumah kaca. Ditambahkan Dedi Nursyamsi, pengetahuan tentang CSA mengubah pola pikir petani.

"Ternyata dengan memanfaatkan limbah pertanian dan diolah menjadi pupuk organik dan pestisida nabati menggunakan bahan organik yang ada disekitar kita sebagai pupuk organik dan pestisida nabati. Sehingga penurunan emisi rumah kaca bisa ditekan seminim mungkin," ujarnya.

 

Saksikan Video Petani di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berkelanjutan

Salah seorang peserta, Fauzan, berharap kegiatan ToF bisa berkelanjutan sebagai salah satu upaya untuk mencerdaskan petani. Sehingga petani mampu meningkatkan pendapatan pertanianya dengan cerdas.

Fauzan akan terus mengajarkan ini khususnya di wilayah kerjanya yaitu Desa Mojosari dan Desa Mojomulyo Kecamatan Puger tentang Penerapan pengendalian organisme pengganggu tanaman (POPT) ramah lingkungan dengan menggalakan pelestarian musuh alami.

"Pelatihan ToF bisa mengubah perilaku petani yang biasanya selalu tergantung dengan bahan kimia bisa beralih menggunakan bahan organik," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Jajar Legowo

 

Fauzan juga mengajarkan petani tentang manfaat penggunaan bibit muda dengan sistem tanam jajar legowo, yaitu dengan bibit usia muda peranakan produktif lebih banyak.

Sistem jajar legowo bisa melancarkan sirkulasi udara sehingga kondisi kelembaban rendah. Ini membuat pertumbuhan hama dan penyakit terutama fungi serta perkembangan hama penyakit dapat dikendalikan. Selain itu Fauzan juga mengajarkan petani berlatih mengoperasikan combine harvester.

Dengan dukungan Koordinator Penyuluh BPP Balung Moh. Syafii, Fauzan memiliki komitmen untuk terus menerus menyebarkan ilmu CSA ini ke petani di desa binaannya. Ini agar petani mau dan mampu menerapkan budidaya dengan sistem CSA yang diharapkan dapat meningkatkan IP, produksi dan potensi menurunkan emisi gas rumah kaca.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.