Sukses

Tak Terdengar Suara Meriam, Tradisi Dugeran di Kota Semarang Dilakukan Sederhana

Tahun ini Dugderan dilaksanakan terbatas guna menghindari penyebaran Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Tradisi Dugderan di bulan Ramadan tahun ini di Kota Semarang digelar dengan suasana berbeda dari tahun sebelumnya. Biasanya prosesi Dugderan dilaksanakan tanpa melibatkan masyarakat umum.

Suara meriam menjadi ciri khas Dugderan biasanya dilakukan di Masjid Agung Semarang yang dikenal sebagai Masjid Kauman. Namun tahun ini prosesi Dugderan dilakukan sederhana dan khusyuk, hanya ditandai dengan pemulukan bedug oleh Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.

Dengan menggunakan masker, Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi tersebut menegaskan jika pelaksanaa tradisi Dugderan saat ini, dilaksanakan dengan mempertimbangkan sejumlah protokol kesehatan.

Hal itu dilakukan untuk menjaga seluruh masyarakat terhindar dari penularan virus Covid-19. "Tahun ini Dugderan diselenggarakan hanya dengan diikuti oleh saya, ibu Wakil Wali Kota, Pak Sekda, para Kyai, dan takmir Masjid Kauman. Jadi prosesi tetap dilaksanakan namun terbatas, guna menghindari penyebaran Covid-19," terang Hendrar Prihadi usai pelaksanaan tradisi dugderan di Majid Kauman Semarang, Kamis (23/4).

Sementara dalam kesempatan itu, Takmir Masjid Kauman, KH. Hanief Ismail Lc, menekankan jika selamat Bulan Ramadan 1441 Hijiriyah, Masjid Agung Semarang tidak menggelar salat Tarawih. Dimana sebelumnya juga Masjid Agung Semarang telah mengambil kebijakan untuk tidak menyelenggarakan salat Jumat sejak 27 Maret 2020.

"Salat Jumat yang merupakan ibadah wajib saja tidak, apalagi salat Tarawih. Maka selama bulan Ramadan ini kami imbau kepada masyarakat untuk ibadah tarawih di rumah masing-masing," jelasnya.

Tradisi Dugderan, selain merupakan tradisi budaya menyambut datangnya bulan Ramahan di Kota Semarang, juga menjadi salah satu daya tarik wisata Ibu Kota Jawa Tengah.

Sehingga penyelenggaraan Dugderan secara terbatas juga dimaksudkan untuk tidak menarik masyarakat dalam jumlah besar. Sedangkan tetap dilaksanakannya prosesi merupakan bagian dari upaya menjaga tradisi, meskipun harus dilakukan dalam suasana yang berbeda dari biasanya.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.