Sukses

Khawatir Rusak Cagar Budaya, Formula E disarankan di Kemayoran atau Ancol

Yayat menilai, keinginan DKI menyelenggarakan di Monas karena lokasi tersebut digunakan sebagai kekuatan branding Formula E akan diselenggarakan di pusat kota.

Liputan6.com, Jakarta - Dewan Pengarah kawasan Medan Merdeka akhirnya memberi izin Pemprov DKI menggelar Formula E di kawasan Monas Jakarta. Kendati demikian, penyelenggara Formula E tetap akan menghadapi berbagai kesulitan apabila ngotot menggunakan Monas, meski surat izin penggunaannya telah Keluar dari Komisi Pengarah.

Pengamat Tata Kota dari Trisakti Yayat Supriyatna menganggap lintasan Formula E di kawasan Monas akan merusak merusak sebagaian lokasi resapan air di sana. 

"Dikhawatirkan ada paving bloknya di sekitar halaman Monas itu mau diaspal, itu yang tidak boleh karena resapan air. Kalau jalannya (sirkuit) tidak masuk grade 3, pecah bannya. Belum lagi pembangunan pit stop dan podium," ujar Pengamat Tata Kota dari Trisakti Yayat Supriyatna, Senin (10/2/2020).

Yayat menilai, keinginan DKI menyelenggarakan di Monas karena lokasi tersebut digunakan sebagai kekuatan branding Formula E akan diselenggarakan di pusat kota. Monas sebagai fungsi cagar budaya dan makna simbolik cukup menjual dari sisi marketing.

"Jakarta itu takut kehilangan ikon, yaitu Monas. Jadi begitu ada balap, walaupun di luar Monas, tapi jadi kekuatan kalau itu diselenggarakan di pusat kota," ujar Yayat.

Meskipun mendapatkan izin di sekitar Medan Merdeka, Yayat mengatakan, banyak kesulitan yang bisa dihadapi penyelenggara. Selain tidak boleh merubah paving blok di dalam Monas, pengunaan Jalan Merdeka akan menuai konflik kepentingan dengan pengguna jalan.

"Kalau misalnya tetap di sekitar Monas seperti Jalan Merdeka Barat, boleh saja, tapi ini jadi agak kesulitan. Selama uji sirkuit tutup jalan tidak? Itu wilayah kantong bisnis, ada pusat pemerintahan, jasa, jadi otomatis kalau tutup jalan jadi implikasi berat," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rusak Cagar Budaya

Halangan lain penggunaan Monas adalah Heritage atau infrastruktur warisan yang ada seperti museum, gedung dan Istana Negara. Branding komersil dari penyelenggara jangan sampai menenggelamkan nilai-nilai sejarah yang ada.

"Begitu juga dengan simbol-simbol sejarah yang ada tidak boleh rusak dengan alasan jumlah penonton, parkiran, atau penggunaan lainnya," ucap dia. 

Yayat menjelaskan, kelebihan alternatif lain seperti Kemayoran, Ancol dan GBK. Kemayoran memiliki fasilitas lengkap mulai dari jalan bekas bandara, tempat parkir, gedung pameran dan Wisma Atlet Asean Games yang bisa dijadikan penginapan.

Sementara untuk Ancol, selain pernah memiliki sirkuit balapan, lokasi itu juga dibawah kewenangan DKI Jakarta.

"Kalau GBK memang aman tertutup. Hanya pertanyaannya apa fungsi-fungsi yang ditambah, apa fungsi-fungsi yang berkurang dari sebelumnya? Itu kan baru saja juga direnovasi saat Asean Games," tambahnya.

Yayat menambahkan, infrastruktur yang dibangun penyelenggara seharusnya sekali untuk pemakaian 5 tahun sesuai dengan kontrak Formula E dengan Pemprov DKI Jakarta. Dia meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta percaya diri untuk dan merencanakan penyelenggaran Formula E ini dengan baik.

"Jadi DKI itu harus keluar dengan rencana, misalnya, untuk Kemayoran, designnya seperti ini, GBK, seperti ini dan begitu juga untuk Monas atau Ancol. Paparkan itu kemasyarakat dan pusat, tidak perlu dipolitisir," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.