Sukses

Kirim Surat Resmi ke Dubes, Fraksi PKS Minta Swedia Ambil Langkah Tegas Buntut Aksi Pembakaran Al-Qur'an

Doni Tata pernah mewakili Indonesia di ajang balap motor 250cc (sekarang Moto2), kini dia turun di Trial Game Asphalt International Championship 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Fraksi PKS DPR RI mengirimkan surat resmi ke Duta Besar Swedia di Jakarta sebagai bentuk protes atas aksi pembakaran Al-Qur'an yang belum lama ini terjadi di Stockholm.

Surat berkop Fraksi PKS tersebut ditandatangani oleh Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini dan Sekretaris Fraksi PKS Ledia Hanifa Amaliah.

Menurut Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini surat tersebut mewakili perasaan kekecewaan masyarakat muslim khususnya atas aksi intoleran, provokatif dan tidak bertanggung jawab tersebut. Apalagi insiden tersebut bukan pertama kali terjadi di Swedia.

"Sebagai bentuk tanggung jawab dan kecintaan Fraksi PKS atas ketertiban dan perdamaian dunia, Fraksi PKS mengirim surat resmi ke Duta Besar Swedia di Jakarta HE Mrs. Marina Berg. Fraksi PKS berharap kerjasama Indonesia dan Swedia semakin kuat termasuk dalam upaya mempromosikan ketertiban dan perdamaian dunia," ujar Jazuli melalui keterangan tertulis, Jumat (7/7/2023).

Wakil Presiden Forum Anggota Parlemen Muslim Dunia (IIFP) ini menerangkan, setidaknya ada tiga tujuan surat resmi Fraksi PKS ke Dubes Swedia di Jakarta.

"Pertama, menyampaikan protes dan kekecewaan atas aksi yang melukai perasaan umat Islam tersebut. Surat PKS mewakili keprihatinan dan kekecewaan umat Islam di Indonesia dan dunia," ucap Jazuli.

Kedua, lanjut dia, sebagai negara sahabat, Fraksi PKS mendorong Swedia untuk mengambil langkah yang tegas dan konkrit agar aksi serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Ketiga, Fraksi PKS mengingatkan pentingnya kesadaran dan tanggung jawab bersama seluruh negara dan warga dunia untuk mewujudkan dunia yang damai, tenang, aman dan kondusif.

"Untuk itu penting untuk melawan segala bentuk aksi intoleransi, insinuasi kebencian dan permusuhan. Sebaliknya warga dunia harus mengedepankan rasa tanggung jawab, saling menghormati dan menghargai, serta toleransi atas berbagai perbedaan khususnya soal agama dan keyakinan," ungkap Jazuli.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

PKS Tegaskan Tak Ada Kebebasan yang Langgar Hak Asasi Orang Lain

Menurut Jazuli, dalam suratnya, Fraksi PKS berpendapat bahwa peradaban dunia tidak bisa dibangun di atas dasar kebencian dan intoleransi.

"Sikap hipokrit tersebut sama sekali bukan merupakan ekspresi kebebasan yang bertanggung jawab dan tidak mencerminkan peradaban modern," ucap dia.

Jazuli menegaskan, Fraksi PKS menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada kebebasan yang melanggar dan menghina hak asasi orang lain. Kebebasan itu harus ada batasnya supaya tidak melanggar hak asasi orang lain demi menjaga ketertiban dan perdamaian.

"Selain itu, Fraksi PKS akan terus mendorong langkah-langkah terpadu dan kolektif untuk mencegah terulangnya insiden pembakaran Al-Quran di Swedia dan kemungkinan kejadian di negara lainnya, salah satunya dengan menggalang dukungan dan gerakan bersama dari inter-Parliamentary Union (IPU)," pungkas Jazuli.

 

3 dari 3 halaman

Miris, Al Quran Diinjak dan Dinodai saat Umat Muslim di Swedia Rayakan Idul Adha

Sebelumnya, seorang pria di Swedia melakukan penistaan terhadap Al Quran dengan meletakkan daging di atasnya, merobeknya hingga membakarnya di luar Masjid Pusat Stockholm, ketika umat muslim merayakan Idul Adha pada Rabu 28 Juni 2023.

Dilansir Al Jazeera, Kamis 29 Juni 2023, pria tersebut diidentifikasi sebagai Salwan Momika, seorang pengungsi Irak yang berusaha melarang Al Quran di Swedia, yang juga menginjak Al Quran dalam aksi protes yang dilakukannya itu.

Namun, aksinya tersebut justru diabaikan oleh ratusan orang yang berkumpul di luar masjid.

Avsan Mezori (32) seorang manajer keuangan, mengatakan: "Saya merasa kasihan padanya, dan bukan untuk kami".

Dia menambahkan bahwa, sebagai seorang Muslim, "apa yang saya miliki dalam diri saya, dia tidak dapat mengambilnya. Saya tidak ingin memberinya perhatian".

Husam El Gomati, seorang aktivis politik yang berasal dari Libya, juga mengabaikan aksi tersebut dan menilainya sebagai "tipuan", yang dimaksudkan untuk memprovokasi reaksi untuk "mengaitkan muslim dengan kekerasan".

Gomati mengatakan Momika memilih Hari Raya Idul Adha untuk "menanam kebencian", tetapi menambahkan bahwa dia bangga dengan masyarakat muslim di sana karena tetap tenang dan tidak bereaksi.

Direktur Masjid Pusat Stockholm dan Imam Mahmoud Khalfi mengatakan pada Rabu bahwa pihaknya kecewa dengan keputusan polisi yang memberikan izin protes pada hari raya tersebut.

Polisi kemudian mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki salah satu pria atas "hasutan terhadap kelompok etnis".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.