Sukses

Ketika Peternak Belanda Berbagi Ilmu Wujudkan Swasembada Susu di Indonesia

Saat ini, produksi susu dominan terdapat di Pulau Jawa dengan kontribusi mencapai 98,34%,

Liputan6.com, Jakarta - Produksi susu nasional Indonesia dinilai masih belum memenuhi standar, baik kualitas maupun kuantitas. Kebutuhan susu nasional ada di angka 4,5 juta ton, tapi produksi lokal baru mencapai 864,6 ribu ton atau sekitar 19 persen dari kebutuhan nasional.

Berkomitmen meningkatkan kesejahteraan peternak dan keberlanjutan industri susu nasional, Frisian Flag Indonesia tetap melanjutkan program Farmer2Farmer dengan mengirim empat peternak Indonesia belajar tentang Good Dairy Farming Practices langsung ke Belanda.

"Kami yakin, langkah-langkah yang diambil ini merupakan investasi dalam sistem pangan yang berkelanjutan. Lewat program Farmer2Farmer setidaknya ada tiga aspek yang akan terpenuhi, yaitu peternak sejahtera, pemenuhan bahan baku industri pengolahan susu, dan konsumsi susu segar terpenuhi,” ujar Fetti Fadliah, PR Manager Frisian Flag Indonesia dalam keterangannya, Sabtu (6/7/2019).

Dia menilai usaha peternakan sapi perah di Indonesia umumnya masih dilakukan dengan cara tradisional dan skala kecil dengan jumlah ternak kurang dari sepuluh ekor. Manajemen kandang serta sistem pemeliharaan yang dilakukan pun masih jauh dari standar yang ditetapkan FAO.

"Sebagian besar usaha peternakan di Indonesia masih belum memperhatikan manajemen pemeliharaan secara umum, mengabaikan pengendalian kesehatan hewan, kondisi biologi dan veteriner hewan, pemberian pakan dan air minum, lingkungan dan infrastruktur serta penanganan produk yang dihasilkan," imbuh dia.

Fetti menambahkan, produksi susu dominan terdapat di Pulau Jawa dengan kontribusi mencapai 98,34%, sementara Luar Jawa 1,66%. Produksi susu 5 tahun terakhir menurun rata-rata 1,03% per tahun atau rata-rata sebesar 847,09 ribu ton.

"Periode 2017 hingga 2020, Indonesia diperkirakan akan mengalami defisit susu sebesar 71 ribu hingga 103 ribu ton. Produktivitas sapi perah juga masih rendah sekitar 8-12 liter/ekor/hari. Padahal, idealnya adalah 15 liter/ekor/hari. Selain rendah produksi, kualitas susu dalam negeri juga masih rendah dan belum terjamin kebersihannya," jelas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proses Seleksi

Setelah melakukan proses seleksi secara intens, sebanyak 110 peternak sapi perah terpilih mengikuti kompetisi dan telah melalui proses penilaian sejak Februari 2019. Jumlah ini mengerucut menjadi 4 peternak.

Peternak-peternak ini berhak mengikuti pelatihan GDFP yang berisi keterampilan teknis dan nonteknis terkait dengan peternak sapi perah di Belanda.

“Pengetahuan ini sekarang juga dibagi secara luas melalui transfer pengetahuan seperti yang dilakukan dalam Program Farmer2Farmer,” ujar Tino Nurhadianto - Fresh Milk QA/QC Manager, Frisian Flag Indonesia.

Tahun ini merupakan kedua kalinya para pemenang dikirim ke Belanda untuk belajar GDFP. Selama di Belanda, mereka diajarkan pengetahuan dan keterampilan serta penerapan aspek teknis beternak yang dimiliki oleh seorang peternak.

Standar penilaian keberhasilan usaha peternakan sapi perah menurut FAO terdiri dari beberapa aspek teknis antara lain: aspek pembibitan dan reproduksi, pakan dan air minum, pengelolaan, kandang dan peralatan, kesehatan dan kesejaahteraan ternak.

“Salah satu masalah utama yang sering kami temui di lapangan adalah pemberian pakan sapi oleh peternak lokal. Masalah lainnya adalah lahan, lewat F2F kami ingin memaksimalkan produksi setiap sapi laktasi. Jika dilakukan dengan benar, meski pun jumlah sapi yang dimiliki hanya 10 ekor, tetap bisa menghasilkan keuntungan yang maksimal,” ujar Tino

Para peternak juga diajarkan untuk melakukan seleksi pada ternaknya. Para peternak umumnya melakukan seleksi berdasarkan produksi susu. Ternak dengan produksi susu yang rendah akan dikeluarkan dari peternakan sehingga total produksi susu dapat terjaga dan pendapatan ternak tidak menurun.

“Sebelum mengikuti F2F, produksi susu dari peternakan biasanya hanya di angka 8-12 liter/ekor/hari. Setelah program F2F, produksi sekarang biasanya stabil di angka 15-18/liter/ekor/hari. Bahkan beberapa hari bisa mencapai 26 liter. Secara pendapatan, kami juga mengalami kenaikan bahkan saat ini, anak saya tertarik untuk melanjutkan usaha ini,” ujar pemenang Kompetisi F2F 2019 Nenih dari Lembang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini